Moca duduk diam memeluk bantal dipangkuan Sarah, sementara wanita itu mengolesi lebam di punggungnya dengan salep. "Apakah kau mau kembali tidur?" Sarah bertanya seusai ia memakai bajunya kembali. Gadis itu menggeleng. "Hm, baiklah, isi waktu luangmu. Aku akan pergi ke Istana Emas." Sarah mengecek dirinya pada cermin dan beranjak keluar ruangan. "Aku percaya padamu, Moca."
Moca hanya menatap Sarah sampai ia pergi dan hanya terlihat pintu yang menutup.
Tidak ada orang, ini merupakan kesempatan besar yang tidak boleh dilewatkan. Ia menyelinap masuk ke dalam ruangan atas segenap keinginannya. Melihat rak yang berada cukup tinggi diatas, ia sudah mengamatinya sebelum ini jadi ia yakin kalau benar disitu tempatnya.
Ia menyeret kursi kayu lingkar yang ringan kemudian naik ke atas, tangannya dengan mudah meraih kotak logam yang dingin itu.
Ia turun dari kursi itu, duduk diatasnya dan membuka kotak itu. Senyumnya langsung merekah lebar. "Chocolate!" Matanya berbinar ketika tangannya sudah memasukkan sebagian dari coklat batangan.
.
.
.
Sarah.. Sebenarnya siapa dia?
"It has been years since last we met.." Sang Ratu secara resmi mengundangnya untuk menikmati teh bersama di taman. ".. Princess." Ucapan itu mencuri atensi Sarah.
"Aku hanya seorang penjaga Istana prajurit." Sarah langsung mengelak, sebutan "putri" itu sudah ia buang jauh-jauh dari hidupnya sejak pangeran, adik pemilik takhta, suaminya, menghembuskan napas terakhir oleh tangan Raja itu sendiri.
"Berhubungan dengan itu, sepertinya kau melakukan tugas mu dengan baik." Sang Ratu memulai percakapan dengan basa-basi.
"Hm, karena sebagian besar waktu mereka digunakan untuk berlatih diluar, itu tidak terlalu sulit."
"Kau juga memiliki anak dengan kemampuan brilian jadi aku yakin kau menikmati waktumu disana." Seperti yang ia kira, pembahasan ini ada hubungannya dengan Eli. Sarah hanya tersenyum, meminta kelanjutan dari perkataannya. "Ketika dua orang hebat bersama tidak bisa dipungkiri masyarakat pasti akan menilai yang mana yang lebih baik."
Sarah menghapus senyumnya, "Apa yang anda maksud?"
"Satu-satunya orang yang menyaingi keberhasilan Pangeran Yo adalah pengawalnya, anak sulung pelatih pasukan perang nomor satu, Eli George."
"Dia adalah teman yang baik untuk Pangeran, tapi juga bisa menjadi musuh terbesarnya."
Sarah juga bisa mengerti kalau mungkin saja itu benar, kalau anak itu bukanlah Eli. "Aku yakin pemuda itu tidak akan pernah bermaksud demikian."
"Aku ingin kau mencari apa kelemahan pemuda George itu." Sarah berusaha untuk tetap anggun, ia mengangkat gelas tehnya. "Atau kau sudah tau apa kelemahannya? Karena kau sudah bersamanya sejak ia kecil."
Sarah tersenyum, "Apa hanya itu yang anda butuhkan, Yang Mulia?" Melihat wanita dihapannya tidak menjawab, ia bangkit berdiri. "Aku akan mencari tahu, Yang Mulia." Ia memberikan hormat untuk undur diri dan berjalan menjauh.
.
.
.
Gadis itu berjalan masuk ke lapangan, dengan pakaian trainingnya. Gadis itu tersenyum pada Pascal. "Hari ini aku juga akan latihan disini, aku mau melihat kemampuan kalian."
Para pemuda itu agak kesal pasalnya gadis itu secara tidak langsung menyatakan kalau ia yang perempuan itu lebih kuat daripada mereka. Tapi mereka juga tidak bisa melawan, tidak berani. Yo Ai bukan sembarang orang yang mereka bisa jatuhkan dengan memenangkan pertandingan.
"Hmm, aku tidak lihat lelaki pengecut itu hari ini." Yo Ai menyeringai. "Apa dia kabur?"
"Ia baru saja pergi ke toilet."
"Bagus, aku berharap ia tidak kembali sekalian xixixi."
Andrass yang kembali dari toilet itu melihat temannya yang tengah dipimpin oleh Yo Ai langsung berjalan untuk kembali ke istana. Raut mukanya agak kesal, ia menendang kerikil yang ada di jalan. "Dasar penyihir!" Ia sendiri tak mengerti kenapa perempuan itu suka sekali membully dirinya.
[[Mozart, Twinkle, Twinkle, Little Star KV 265]]
Musik itu mulai dimainkan, "Sarah..?" Ia berpikir tidak ada salahnya menonton Sarah daripada harus menjadi bahan bulian.
Andrass : "...!!"
Sosok kecil itu tengah memainkan jarinya diatas tuts.
"Tidak, permainannya sedikit berantakan, itu bukan Sarah." Yo Ai yang mendengar dari kejauhan mendekatkan alisnya. "Lalu siapa? Andrass?" Ai yang penasaran akhirnya memutuskan untuk memeriksa.
Sementara Eli yang juga dalam perjalanan mengambil bukunya turut mendengar permainan itu. Musik yang jelas pemainnya bukanlah Sarah.
Eli : "Moca?"
Ai : "....who?" Ia sedikit terkagum akan kecantikan lelaki itu.
Moca menyelesaikan satu permainan kecilnya.
"Hwah, Lumayan.. Siapa_" sesegera Moca menekuk lengannya ketika seseorang dengan suara yang ia tidak kenal menyentuh punggungnya. "Moca lepaskan!" Suara Sarah membuat Moca tersentak, tangannya mengendor sehingga Ai langsung bergerak menjauh.
"Tcih, beraninya kau!" Ai merupakan seseorang dengan harga diri tinggi, ia selalu menunjukkan kekuasaannya dimanapun ia berada.
SLAP!
Semua orang yang disana menjadi diam melihat Sarah menampar Moca dengan keras. "Apa yang telah kamu lakukan terhadap Princess Yo?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
Historical FictionTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021