Seorang perempuan seperti Yo Ai tidak terlalu diperbincangkan di Istana. Raja juga tidak mempercayakan tugas apapun padanya yang berarti ia cukup bebas melakukan apa saja.
Keluarganya mulai mencarikan pasangan untuknya setiap tahun, tapi setiap tahun juga gadis itu dapat lolos dari yang namanya perjodohan.
Saat hidupnya menjadi terlalu mudah dan santai, ia mulai mencari tantangan, mencari permainan.
.
.
.
Rasanya sama seperti ujian sudah didepan mata namun tidak satupun bab yang dikuasai. Ia menjejalkan dengan paksa semua huruf kedalam otaknya. Terima kasih untuk daya ingatnya yang kuat.
Entah berapa juta ilmu yang sudah ia dapatkan setelah sebulan berada disana. Tapi itu masih belum cukup juga, pasalnya ada ribuan buku di perpustakaan dan ia baru menyelesaikan secuil kecilnya yang membuatnya makin memaksakan diri.
Rey sendiri akhirnya tersadar ketika mata panda itu semakin menghitam bahkan berkamuflase dengan bintik kecil itu. Bahkan bibir gadis itu menggumamkan bahasa Filia. "Monica, r u okay?" gadis itu tidak merespon ucapannya.
Rey mengguncangkan sedikit tubuh itu dengan tangannya. Gerakan gadis itu juga tidak seimbang, bahkan ia sering kehilangan langkahnya. "?" Gadis itu kembali fokus dan tersenyum tipis pada Rey.
"Kau terlihat tidak sehat.."
"Aku baik-baik saja." Gadis itu hanya belum tertidur selama 5 hari. "Aku hanya perlu istirahat setelah ini."
Rey mengangguk, asalkan gadis itu tau kapan waktunya istirahat.
Hari berikutnya, tidak seperti biasa gadis itu meminta bantuan pada Rey untuk belajar berdansa bersamanya. Seharian penuh. Rey cukup kelelahan, tapi melihat gadis itu masih berada dalam stamina yang sama dengannya ia mulai heran. "Kau tidak lelah?"
"Lelah." Tentu saja, hari sudah malam.
"Kau masih bisa bermain satu putaran lagi?" Rey menguji stamina gadis itu. Gadis itu menggeleng. "Lebih baik bersih-bersih." gadis itu menjawab.
Bahkan gadis itu masih tampak fit ketika mereka berpisah menuju kamar masing-masing. Thanks to Pascal's training.
Itu sangat bagus baginya untuk menyelesaikan puluhan dan mulai mencapai seratus buku. Bahkan ia sedikit takjub pada dirinya sendiri. Rey yang jarang-jarang pergi ke perpustakaan itu pergi untuk mengembalikan buku yang diselesaikannya. Hanya untuk mendapati gadis itu sudah belajar 10 level diatasnya.
Kalau masalah hafal menghafal ia juga bisa, tapi tidak untuk kemampuan memahami buku-buku itu. Tapi ia juga tidak tertarik, buku-buku itu tidak menarik minatnya.
Barulah mereka menyadari kalau gadis itu sudah jauh memimpin didepan, ketika ia mendapat nilai tinggi dalam musik, dansa, melukis, dan sejarah bahkan sosiologi dan hapalan kitab-kitab dan hitungan dasar. Satu-satunya nilai yang ia gagal dapatkan adalah etika.
Dan mulai saat itu ia mulai dirayu untuk mengikuti ajang-ajang perlombaan. "No" Jawabannya tegas, ia lebih memilih menghabiskan buku-buku itu. Ia tidak merasa kompetisi sebagai keperluannya.
Ia masih terus belajar menunggu hingga guru-guru itu mengakuinya.
"Ini sudah bulan ketiga kau disini, tapi kau masih belum menguasainya juga?" Guru etika itu geleng kepala. "Kemampuan komunikasimu juga buruk, etikamu juga berantakan, kau bahkan tidak pernah mengganti model rambutmu dan terus menggerainya." Ia menghela napas. "Apa kau tidak tau seberapa pentingnya penampilan bagi seorang perempuan?"
Lagi-lagi gadis itu tidak tau harus menjawab apa yang benar. Ketika ia bilang tidak, nilainya akan dikurangi dan ketika ia bilang tahu, maka ia akan disalahkan karena penampilannya yang ditata begini-begini saja. Lagipula memang benar ia tidak tau bagaimana untuk mengurus rambutnya, ia hanya bisa mencuci, mengeringkan, dan menyisir rambutnya saja. Ia tidak tau bagaimana harus mengurus rambut palsu panjang itu.
"Maaf" Ketika kata-kata itu keluar, lagi-lagi poinnya dikurangi karena tidak terlihat ketulusan. Padahal ia serius mengatakannya.
Hingga akhirnya ia benar-benar bertekad untuk mendapatkan pengakuan dari guru etika itu. Ia berusaha untuk tampil dengan sempurna, bahkan belajar untuk mengucir rambutnya. Juga duduk dengan tenang di perpustakaan berjam-jam.
Ia menyeka hidungnya, lagi-lagi mendapatkan darah sudah mengotori lengan bajunya. "Hey, kau tidak apa?" Arka yang memang mengamati gadis itu langsung mendekat, bertanya dengan nada berbisik. "Sebaiknya kau istirahat"
Mungkin ini pertama kalinya bagi orang lain melihatnya mimisan karena biasanya hanya terjadi malam hari saat ia berada di kamarnya. Gadis itu hanya mengangguk, mengeluarkan sapu tangannya dan menutup hidungnya. Ia mendongak, tetapi harus membereskan bukunya. "Ah, aku akan bawakan bukunya." Ia menatap. "Tidak apa, mimisan bukan hal yang besar." Tangan satunya meraih buku-buku itu dari tangan Arka.
"Bener nggak papa?" Gadis itu mengangguk, menundukkan kepalanya sedikit untuk berterimakasih dan berjalan keluar.
Ia berjalan cepat dengan langkah panjang, buru-buru ke kamarnya. "Monica!" Sialnya suara itu benar-benar memukul gendang telinganya keras. Ia meresponnya dengan memelankan jalannya, berharap ia bisa lolos sekali saja dari mata guru etika ini.
Kali ini rasa pusing yang datang itu tidak main-main dengannya sehingga secepat mungkin ia ingin terbaring di ranjangnya dan tidur. "Moni_" Ia terhenti melihat buku-buku yang dipegang gadis itu terlepas, menggunakan tangan itu untuk bersandar pada pagar pembatas. Menciptakan suara barang jatuh yang cukup keras.
"Monica" Guru etika itu langsung mendekat, "kau baik-baik saja?"
Moca berusaha untuk menstabilkan pandangannya yang kabur. Agak lama barulah gadis itu mengangkat kepalanya, menatapnya. Senyum terlihat tulus. "Tidak apa-apa, Nyonya Sharada." Ia menunduk mengambil buku-buku itu. "Beneran?" Ia kembali bertanya. Gadis itu mengangguk.
Ia mengumpulkan buku itu dengan satu tangannya sementara tangan lainnya masih memegang sapu tangan menutupi hidungnya.
"Terimakasih, saya pamit." gadis itu menundukkan lagi kepalanya dan setelah itu berjalan pelan menuju kamarnya.
"Haaf.." Ia benar-benar benapas lega sudah berada di kamarnya. "K" Meskipun ranjang itu berada tepat di depan matanya, tubuh itu memilih jatuh terbaring di lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
Historical FictionTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021