MOLI31

235 38 3
                                    

Gadis itu tidak biasanya bolos kelas, bahkan hingga malam datang ia juga tidak tampak berada di perpustakaan. Gadis itu tidak memiliki izin keluar atau apapun, jadi kemana perginya ketika mereka mengecek keadaan kamar gadis itu masih penuh dengan barang-barangnya. 

Siang, gadis itu mengendap-endap keluar menuju balkon gedung hanya mengenakan baju tidurnya kemudian tanpa ragu melompat ke atas genteng gendung lantai tiga. Ia sendiri tidak pernah berpikir untuk senekat ini, bahkan ia harus merambat di dinding agar bisa melompat ke bangunan sampingnya. 

"Hahah" Ia agak senang ketika angin menerpa tubuhnya dan perasaan puas ketika kakinya berhasil menapak dengan seimbang. Ia turun ke sela bangunan yang gelap, kemudian berjalan ke tempat terdekat untuk mengganti bajunya. Beruntungnya Sarah tetap membekalinya dengan seragam pengawal miliknya. 

Ia masuk ke kamar mandi wanita, sedikit merasa kasihan karena ketika ia keluar dengan seragam pengawal para wanita itu berteriak histeris. Rambut seginya itu bertambah panjang, yang mana menyisakan sedikit poni ketika ia mengucir rambutnya ke belakang.

Berkat belajar peta, ia juga mengerti seluk beluk kerajaan Emeria dari utara hingga selatan, ia pastikan untuk meraih jalan tercepat menuju istana. Seharusnya begitu kalau saja ia tidak tergius oleh jajanan yang dipamerkan dari kaca-kaca. "Nggak ada duit.." Ia mengatakannya sebelum akhirnya tertawa. Entah mengapa ia merasa sangat senang akhirnya bisa kembali bertemu dengan teman-temannya. 

"Pangeran Yo Ji dan Liel tidak mengawalnya, berarti Liel belum pulang?" Gadis itu berjalan santai dalam perjalanannya, kembali menggunakan langkah panjang. "Lihat, akhirnya pelajaran etika itu sama sekali tidak berlaku padaku" Ia semakin memanjangkan langkahnya. 

Dengan pakaiannya yang memiliki emblem kerajaan itu, ia bisa dengan mudah masuk ke istana. Ia berjalan buru-buru ke asramanya, dan berlari masuk ketika sudah berada dalam kawasan. 

Yap, ia mendapati ruang istana yang sepi seperti biasanya. Seorang wanita yang duduk di sofa menikmati kopinya langsung membelalakkan mata. "Aku pulang, Madam Sarah.." Ya, tidak ada yang perlu ditakutkan, perkataan Pangeran Yo memang hanya bercanda. Ia bisa merasakan betapa hangatnya pelukan Sarah yang menyambutnya. 

Ia juga kembali ke kamar lamanya, dan pakaian latihan membuatnya kembali bernapas lega. 

Gadis itu berjalan keluar dengan pakaian sehari-harinya. "Jangan pergi ke lapangan kalau itu maksudmu" Moca yang berada di ambang pintu itu langsung menoleh ke arah Sarah tidak mengerti. 

Sarah menghela napas, ia berjalan mendekat, "Apa disana mereka tidak memperlakukanmu dengan baik?" Moca menggeleng, selain kasus tentang kelulusannya semuanya baik-baik kepadanya. Ia mengelus rambut gadis itu pelan. "Aku akan memasak untukmu, makanlah dulu." Sarah tertawa pelan melihat gadis itu langsung terlihat berbinar setelah mendengar kata makanan. 

"Masakan Sarah memang seleraku." Ia mengatakannya senang. "Hn, ceritakan semuanya dari awal hingga kau bisa mendapat izin keluar dari sana? Mereka meluluskanmu?" Moca terkekeh mendengarnya. 

"Disana aku belajar, setelah itu kabur" Sarah benar-benar tidak bisa membantu, gadis dihadapannya sangat buruk dalam story telling. "Wait? Kau kabur?" Gadis itu mengangguk. 

"Ceritakan padaku bagaimana kau belajar, berapa jam sehari? Bagaimana kau tidur? Bagaimana dengan makanmu? Dan teman-temanmu?" 

"Eumm.. aku bangun pagi, setelah itu olahraga dan bersiap ke kelas dansa, setelah itu belajar dan mengikuti kelas-kelas seperti melukis, dan etika.. setelah itu belajar.." Ia kembali menatap mata Sarah. "Tidak ada yang asik disana"

"Berapa jam kau belajar?" Sarah mulai khawatir. "Banyak" Runtutan pertanyaan Sarah semakin menjadi sampai semua informasi terkumpulkan. Hingga pertanyaan terakhir, "Mengapa kau memutuskan untuk kabur?" 

"Pangeran mengatakan tanpa gelar bangsawan aku tidak bisa lulus begitu saja, jadi aku kabur." Melihat Sarah yang belum puas dengan jawabannya, "aku melompat dari jendela, dan dari genteng ke genteng, juga merambat dinding gedung" 

"Pangeran?" Sarah tambah bingung, memangnya Pangeran sudah kembali dari utara? "Ia merasa pernah melihatku jadi ia mengajakku berdansa" Ah, sial, Sarah jadi tambah penasaran, andai saja ia bisa membaca ingatan gadis itu. 

Ia menghela napas untuk kesekian kalinya. Pantas saja gadis itu terlihat lebih kurus dari terakhir kali ia melihatnya. "Untuk siang ini, mengapa kau tidak tidur saja?" Setidaknya untuk menghilangkan kantung mata itu. 

Gadis itu ingin bertemu dengan teman-temannya tapi jelas ia berpikir dua kali. Gadis itu mengangguk. 

Malam hari ia kembali bangun. Sembari mengusap matanya, menuruni tangga melihat suana ramai Istana. Kedua sudut bibir gadis itu terangkat. 

Gadis itu tersenyum, tapi membuat seisi ruangan itu terdiam menggigil. "Why?" Gadis itu mengernyit menyadari suasana hening. "Mo-Moca?" 

"En" Gadis itu mengangguk. "Aish, mengapa kau memanjangkan rambutmu.." Seseorang yang ekspektasinya dipatahkan itu merajuk, tapi tidak hanya dia yang kecewa. "Madam, kenapa kau tidak memotong rambutnya?" Sarah yang berjalan keluar dari ruang kerjanya menatap ke arah tangga. "...." Sepertinya menyekolahkannya mahal-mahal jadi sia-sia, masa seorang gadis terpelajar keluar dengan tampilannya yang berantakan. 

Sarah kembali melihat ke arah para pemuda yang blushing mengira seorang gadis kesasar masuk ke istana mereka. 

Gadis itu bahkan tanpa ragu berlari turun ke bawah. Ia menghampiri Andrass yang juga memalingkan wajahnya yang merah padam. "Tsk" Ia tidak paham mengapa mereka mengabaikannya. Mengetahui Andrass tidak meresponnya ia memilih untuk mendekat pada Rey. "Hn, kau pulang?" Rey yang pencari suasana itu mengusap kepala gadis itu pelan. "Kau bersenang-senang di rumah?" 

Yah, Moca sudah siap dengan semua sandiwara yang disiapkan Sarah. "Aku lebih merindukan kalian hehe" 

Mereka semua berdoa agar mereka tidak menjadi gay setelah mereka dilelehkan oleh keimutan super ultra itu. 

My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang