Monice

301 30 3
                                    

Musim panas telah datang. Para pasukan itu sudah siap dengan baju zirah mereka. Tak terkecuali Moca, meskipun baju zirah itu seukurannya, beratnya membuat bahu dan pingganggnya terasa berat. 

Ia sudah akan melontarkan eluhannya ketika Ia melihat sosok Sarah yang mendekat. "Moca, kau benar-benar merelakan debudantemu untuk ini?" Sarah berusaha meyakinkan gadis itu sekali lagi kalau ini mungkin bukan keputusan yang tepat. 

"Sarah, aku sudah terdaftar menjadi salah satu pimpinan barisan samping. Aku yakin aku bisa." Moca sambil tersenyum yakin. "Moca.. kau tau fisikmu tidak bisa bertahan terlalu lama.." 

"Eih, Aku sudah bukan gadis kecil kurus lagi.." Moca melirik ke arah Rey yang sama dengannya, baju zirah itu terlalu berat. "Sarah.." Ia berpikir untuk menanyakan satu hal yang selama ini ia duga-duga, membuat Sarah memfokuskan atensinya pada Moca. "Rey.." Ia berpikir sekali lagi, memutuskan untuk tersenyum simpul, "Rey dan aku berada di satu perkemahan aku akan pastikan dia baik-baik saja" Sarah tidak mengerti mengapa Moca berkata seperti itu, tetapi ia hanya membalasnya dengan senyum juga. 

"Berkumpul!" Suara Andrass membuat mereka serempak mengarahkan kuda mereka untuk saling berhadapan. 

Yo Ji dan Eli tampil beda dengan baju zirah yang lebih kokoh serta kuda yang terlihat lebih tinggi dan kuat. 

Moca tidak bisa membayangkan berat baju zirah yang satu itu. 

Seperti yang sudah direncanakan oleh Keluarga Kerajaan. Yo Ji akan memipin perang di utara, sementara Eli akan memimpin perang di Selatan. Begitu juga dengan 60 pasukan pemimpin dibagi sama rata. 

Andrass menjadi berada di tim Pangeran Yo Ji, sedangkan Moca, Rey, dan Roy ada di tim Bangsawan Tinggi Eli. 

Andrass menatap ke arah Moca yang barisnya tidak jauh di depannya. Ia masih ingat wajah kecewa gadis itu ketika tidak satu tim dengannya. 

"Kenapa kau tidak memilih untuk berada di kubu Eli? Rey kan bisa bersama dengan pangeran?" Waktu itu gadis itu agak bingung. 

"Puahahah, kalau aku sama Eli jadi satu adanya aku yang dijadiin pelampiasan kalo ada masalah. Kakakmu tuh nggak lebih dewasa dari aku tau.." Ia bisa melihat wajah gadis itu sedikit kecewa. "Kenapa? Kau ingin setidaknya kita pergi ke arah yang sama?" Ia menggoda gadis itu, "Kalau memang kau ingin pergi denganku, tukar posisi dengan William dan pergi ke utara. Mudah." 

Gadis itu langsung menggeleng. "Kau cekatan dan aku dekat denganmu jadi tadinya aku pikir kalau setim lebih bagus." Gadis itu hanya merasa kalau tidak ada Andrass suasananya jadi berbeda. 

Pasalnya dibandingkan bersama dengan Eli, yang paling sering bermain dengannya adalah Andrass. 

"Hahah, ngaku aja, aku lebih deket daripada kakakmu Lieli itu kan.." Moca langsung mengernyit. "Nggak tuh! Lebih bersyukur ada Liel ada Rey, kamu kan jail mulu." Melihat gadis itu berlalu ia hanya bisa tersenyum miring. 

"Aish" Kembali ke sekarang ini, ia bisa melihat baju itu terlalu berat untuk gadis itu. Peperangan 8 tahun lalu, Ia iseng meninggalkan baju zirahnya, dan kepalanya hampir terpotong, jadi ia tidak bisa menganjurkan apa-apa untuk mengurangi berat baju itu. 

Tapi pelatihan ada efeknya juga, meskipun berat baju itu setengah kali berat badannya setidaknya ia hanya merasa sedikit berat pada bahu dan pinggangnya. 

"Hidup Emeria!" Pangeran menyelesaikan pidato penyemangatnya. Pasukan itu bersorak mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. 

Mereka yang dari istana berangkat hari ini, sementara Patih George --Ayah Eli sudah lebih dulu berada di selatan, berjaga bersama pasukan tentara. Dan Pelatih Pascal sudah berada di utara, menunggui musuh. 

My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang