"Mo?" William, --seorang pemuda yang umurnya tidak terlalu jauh darinya, sekadar teman latihan, menyentuh pundak pemuda itu. Itu pagi buta, bisa dibilang jam 3 pagi. "Apa kau juga terbangun?" Jujur saja ia sempat kaget melihat gadis itu berdiri di dalam dapur yang gelap, horor.
"Eum." Gadis itu mengangguk singkat bahkan tidak memandang ke arahnya. Ia menutup toples biskuitnya dan berbalik memandangnya. "Aku tidak pernah melihatmu sekitaran jam segini apa terjadi sesuatu?"
"Laper" Moca berjalan tenang melewati William, melambaikan tangannya. "Oh, hahah" William hanya tetap ditempat sejenak mengamati gadis itu pergi kemudian berjalan membuka toples biskuitnya. "Aku juga" --lapar, William memasukkan biskuit itu ke dalam mulutnya.
Tapi paginya terlihat jelas, sembab. "Eli kembali dan kau malah nangis?" Siapa lagi yang berani menggodanya kalau bukan Andrass. "Ck" gadis itu mungkin terlihat biasa saja, tetapi ada sesuatu yang ganjal di matanya.
"Kenapa kau menangis?" Gadis itu malah mengayunkan pedang padanya lebih keras. "Aku tidak menangis. Aku hanya ngantuk."
"Hmm, kau ada masalah dengan Eli?" Andrass tersenyum miring, membully bocah yang satu ini memang memuaskan.
"Aku hanya ngantuk." Tetapi pedang gadis itu berubah menjadi kasar. "Tidak biasanya kau kesal tau"
"Makanya, berhenti mengganggu" Andrass hanya menurut melihat situasinya terlihat lebih serius daripada biasanya.
Tampaknya energi gadis itu sudah kembali, ia berlatih dengan santai tapi benar.
Hari-hari berlalu dan mereka mulai bertanya ada masalah apa antara keduanya, apa hanya perasaan mereka saja melihat hubungan keduanya merenggang, Eli dan Mo.
Sarah tau masalahnya, ia juga setuju pada Eli. Demi kebaikan Moca sendiri, sebaiknya ia tidak pergi ke medan perang. Mereka mengira gadis itu hanya marah karena tidak diperbolehkan pergi menemani Eli. Simpel.
"Sudah berapa hari ini, kapan baikannya" Andrass berterus terang. "Hm" Moca malas menanggapi. "Apa ini? Kau sudah tidak mengagumi Eli lagi?" Mana mungkin, Liel masih nomor satu dimatanya.
"Andrass."
"Ha?"
"Battle kuy"
"Y" Segampang itu, mereka berdua pergi menuju lapangan tarung berbentuk persegi.
Andrass ingin meremehkan, pasalnya ia yakin tidak kalah dari seorang perempuan yang bahkan lebih muda darinya. Di sisi lain, gadis itu serius, ia tidak pernah menang melawan Andrass ditambah lagi tubuhnya mungkin menjadi kaku karena berhenti selama ia membuang-buang waktu belajar.
"Andrass"
"Lagi? Kau mau kalah terus?" Sudah berapa hari mereka selalu battle, tapi hasilnya juga Andrass mulu.
"Hm" Moca sudah berjalan ke arena persegi itu, membuat Andrass tertawa kecil. Mereka juga sudah bosan menonton pertandingan yang ujungnya selalu dalam posisi Andrass mengarahkan pedangnya ke leher Moca. Percayalah kali ini berbeda.
Moca mengambil pedang sungguhan dari rak dan melemparkannya pada Andrass. Kemudian menghunuskan pedangnya. Andrass agak terkejut, tapi sudahlah, turuti saja, yang tua mengalah pada yang muda, iya kan?
"Sialan!" Kurva perkembangannya memang parabol kuadrat, tidak keliatan tau-tau melonjak. Sudah lama tidak melihat mata gadis itu mengkilat, menatapnya tajam.
Pedang mereka mulai beradu.
Roy, merasa agak ngeri. Andrass pernah bermain di medan perang dengan pedang yang berarti ia pernah betulan menghabisi musuh.
Bulu kuduknya berdiri melihat senyum kecil di bibir gadis itu setelah mengarahkan pedangnya ke lehernya. "Baiklah, hentikan" Andrass tidak ingin gadis itu salah langkah dan menebasnya betulan. "Aku kalah"
Gadis itu masih belum puas. Ada satu orang di benaknya yang benar-benar ingin ia ajak bertarung, tapi itu mustahil. Pangeran.
Tidak tahu kapan semuanya akan berubah padanya 180 derajat.
Gadis itu hanya terus berlatih.
"Andrass, apa aku pantas masuk medan tempur?" Ia bertanya ketika Andrass berada di sebelahnya dalam barisan lari. "Entah" Ia agak kesal mendengarnya. "Medan pertempuran itu berbeda, jauh berbeda."
"Kau harus memastikan kau tetap berlari mendekat meskipun melihat ribuan barisan musuh di depan." Andrass mengingat apa yang pernah ia lakukan. "Kau melihat apa yang seharusnya tidak kau lihat" Dia dulu agak kaget, pasalnya menyembelih ayam saja tidak pernah dan harus memotong orang. "Kanan-kiri-depan-belakang yang mana musuh dan yang mana kawan, anyir."
Moca : "...."
"Kau suka tempat yang sepi, tapi disana ramai, mayat iya, hidup iya"
"Liel.." Liel bahkan masih lebih muda darinya saat pergi ke medan perang.
.
.
.
Malam kembali datang, gadis itu mengabaikan bulan purnama yang bersinar terang di langit. Matanya menulusuri bebatuan di tanah. Ia berjalan-jalan mengililingi sekitar halaman istana. Kemudian berjongkok sembari menggambar acak di pasir. Sudah terlalu lama, ia ingin kembali dekat dengan sosok yang ia tunggu. Ia mungkin mengganggu. Mungkin.
Seolah ada sosok yang memanggilnya, gadis itu menengadah dan berdiri. Gadis itu langsung berlari, tanpa aba-aba memeluk sosok itu erat. "Moca?" Rasanya hatinya yang dingin langsung berubah menjadi hangat ketika gadis itu memeluknya. Gadis itu mengusap-usap mukanya pada dadanya. "Moca.."
"Liel." Gadis itu tersenyum menatapnya refleks membuatnya langsung tersenyum. Gadis itu bersungging senyum tapi, "Apa Moca mengganggu?" ia memberanikan diri.
Mana ada, gadis itu tidak pernah mengganggu. Tidak pernah menyulitkannya. Dekat dengannya adalah sebuah kebahagiaan tersendiri untuknya. Bahkan karena belakangan gadis itu selalu mendiamkannya, rasanya moodnya anjlok.
Moca : "...?" Eli dengan enteng mengangkat tubuh Moca. Meluruskan tangannya, seolah memajang gadis itu ke langit. "Kau tambah berat.." sudah berapa lama sejak terakhir kali ia mengangkat tubuh gadis itu.
"Aku sudah 13 tahun!"
"Hn, berapapun umurmu kau masih terlihat seperti gadis kecil di mataku"
"Turun!" Sialnya Eli malah berputar, dan berjalan masuk sambil mengangkatnya tinggi-tinggi. Baru menurunkannya dekat teras. Mengacak rambutnya asal.
Pemandangan itu menyenangkan bagi sang Bulan. Tidakkah terlihat, ia tersenyum senang hingga wajahnya berseri-seri?

KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
Fiksi SejarahTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021