Kembali ke bangunan megah dimana semua cerita ini berasal. Termasuk salah satu rumah mewah terbesar yang ada di Kerajaan Emeria. Keluarga George.
Satu-satunya gadis mutiara yang ada di rumah itu, Mira.
Kehidupannya sebagai satu-satunya anak bangsawan itu menjadikan hidupnya dipenuhi kebahagiaan. Empty.
Tangannya tengah menulis sebuah penilaian di kertas. Kedua sudut bibirnya terangkat, ia juga berhum pelan.
[[Prince Yo Ji >< Mira G.]]
Tampan, merupakan kesatria terbaik, pintar, putra mahkota, sahabat dekat dengan Eli, baik, dan ramah.
"Ella, am I beautiful?" Dia bertanya pada pelayannya meskipun ia sudah mengetahui jawabannya. "Tidak ada yang lebih cantik daripada anda, nona." Kemudian ia menulisnya satu persatu.
Cantik. Pintar. Anak perempuan keluarga george, anak bangsawan. Periang. Adik dari Eli.
"Look at this!" Ia mengangkat kertas itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya sambil memandangnya senang. "Bukankah aku sangat match dengannya?" Ella turut senang melihat tuannya bahagia. "Miss, apa kau.. jatuh cinta dengannya?" Mira tersipu malu ketika ia ditanyai secara terus terang.
Ia mengangguk.
"Itu masuk akal sih. Siapa yang tidak jatuh cinta pada pangeran kerajaan kita?"
Mira bangkit berdiri dari mejanya dan duduk di sofa. "Tapi aku sudah memikirkannya dengan sungguh.." Ia kembali melihat kertas di tangannya. "Aku sudah mengambil banyak kelas.."
Gadis itu melihat ke arah luar jendela. Namun, bukan pemandangan putih salju yang ia lihat, ia mengingat kembali pertemuan singkatnya dengan Yo Ji saat menuruti Ayahnya pergi ke istana.
Saat itu ia tengah melihat-lihat istana sendiri sementara Ayahnya berada di ruang tahta untuk berbincang dengan raja. Ketika ia tengah berjalan di lorong tidak disangka ia melihat seorang Pangeran yang tengah berjalan bersama dengan Eli.
"Eli!" Ia langsung berlari begitu melihat sosok kakaknya itu. Eli yang melihatnya juga langsung menyambutnya dengan ikut berjalan ke arahnya. "Mira, apa yang kau lakukan di sini?"
"Ayah mengajakku pergi dengannya ke istana."
"Oh! Mira, kau sudah tumbuh besar sejak terakhir kali aku melihatmu!" Mira terdistrak oleh suara itu dan mendongak untuk melihat siapa yang tengah berbicara padanya.
"Kau tidak ingat terakhir kali bertemu denganku? Waktu itu kau pergi ke istana untuk menjemput kakakmu tapi kau mengira aku adalah kakakmu. Habis itu mengetahui aku bukan Eli yang kau cari kau justru mengamuk padaku dan menumpahkan_."
"Pangeran." Eli mencegahnya untuk berbicara lebih jauh. Sementara semua perkataan itu lewat begitu saja, Mira tengah terpaku, jantungnya berdegup kencang menatap Yo Ji.
"Yah, aku yakin akan hal itu, tapi cinta tidak bisa dipaksakan.." Ella mengalihkan pandangannya, menatap Mira. "Tapi, siapa juga yang tidak jatuh cinta pada Miss Mira yang begitu mengagumkan ini." Senyum gadis itu langsung melebar.
"Pangeran akan jatuh cinta padaku?" Mira bersorak.
"Tentu saja! Kau adalah Mira George!"
.
.
.
Ting.
Cangkir itu dikembalikan pada tatakan. "Jadi, beritahu aku apa kelemahan Eli George." Satu sudut bibitnya membentuk sabit dan mata hazelnya tampak menantang.
Sarah mencoba untuk tetap ramah, bagaimanapun juga ia adalah seorang Ratu. "Anak itu mempunyai seorang adik perempuan."
Sang Ratu sedikit mencondongkan badannya kedepan dan tangannya menumpu sebagian berat badannya di meja.
"Ia sangat menyayanginya, ia yang menjadi alasan mengapa saat itu Eli terlambat kembali ke istana. Bahkan mereka menghabiskan waktu di festival bersama."
"Siapa namanya?" Sang Ratu agak mengernyit merasa tidak sabar.
"Mira George, dari yang kudengar ia merupakan adik kandungnya." Sarah mengambil cangkir tehnya, "Maaf Mira.." Ia tidak memiliki cara lain untuk melindungi Moca.
Sang Ratu kembali mengernyit, "Ah, benar, Mira George.. Anak kedua mereka.. Sekarang pasti masih berusia 10 tahun."
"Aku bisa mengundangnya dalam ulang tahun raja yang ke 60 untuk melihat wajahnya dan interaksi mereka.." Matanya kembali melihat ke arah Sarah. "Baiklah, bagaimana aku harus membayarmu untuk info yang tidak seberapa ini?"
Sarah tersenyum, "Itu bukan informasi seberapa, lagipula saya tidak kekurangan apapun."
"Mintalah." Ia memaksa, "Sekecil apapun itu aku tidak suka berhutang budi." Sarah berpikir sebentar.
"Kalau begitu, pesta daging dan alkohol akan sangat cocok bagi 25 orang di Istana Prajurit." Kini gantian sang Ratu yang tersenyum. "Bahkan dikondisi seperti ini kau memikirkan para pemuda itu.. Baiklah, aku akan mengadakan pesta makan besar disana, beritahu aku saja waktunya."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca
Historical FictionTerlahir sebagai pembawa sial ? Tema : Kerajaan . . . Kritik dan saran sangat diperbolehkan :) Bukan plagiasi dan tidak boleh :v revisi berlangsung sangat pelan karena sibuk #1 princess 07-08-2021 tanggal ditulis: 30-3-2020 s/d 01-01-2021