MOLI.21

307 47 6
                                    

"What's this?" Moca langsung mengernyit melihat kedua teman setendanya menggelar selimut di lantai. "Kalian ingin hanya aku yang tidur di ranjang?" Moca memiringkan kepalanya tidak mengerti. "No, kemarin aku hanya sedang kesal, sekarang kita bertiga bisa tidur diranjang itu, lagipula itu cukup untuk bertiga.."

"Benarkah?" Eklis langsung terlihat senang sebelum kepalanya di gampar Andrass. "Kita tidur dibawah." Andrass berkata datar. 

".... Kalau begitu biar aku yang tidur dibawah." Moca tidak mengerti mengapa mereka bersikap seperti itu tetapi ia merasa tidak enak. "Ck, Kau mau menyalahkan kami kalau kau kembali sakit?" Andrass merujuk pada lantai yang dingin. 

"Kalau begitu kau mau menyalahkanku kalau kau sakit?" 

"Kami tidak mudah sakit." Hari ini, Andrass terus berkata datar dan bersikap cuek padanya, itu membuatnya kesal. Ia berpikir ulang apakah ia melakukan kesalahan pada Andrass. 

Andrass sendiri hanya tidak tau harus bagaimana karena ia telah mengetahui bahwa Moca adalah perempuan. 

"Andrass kau kenapa?" Moca berterus terang menanyakannya. "Apa yang kau maksud aku hanya ingin tidur di bawah." 

"Kalau begitu biarkan Eklis tidur di_"

"Nggak." 

Apa yang dilakukan Andrass sama sekali tidak menyentuh logikanya. Ia mengamati Andrass yang biasanya terlihat carefree itu tampak dalam masalah. "O_ok.. Aku akan keluar sebentar." Moca merasa tidak nyaman berasa dalam situasi tidak biasa, mengambil mantelnya dan berjalan keluar. 

Ia berjalan keluar, mendapati beberapa pemuda yang tengah berbincang dan beberapa tengah berlatih di lapangan. Ia bergabung dengan para pemuda itu, tidak banyak bicara dan mendengarkan. 

"Roy.. apa Andrass sedang dalam masalah?" Ia berbincang pelan pada Roy yang berada disampingnya. "Hm? Bocah itu? Ia selalu bermasalah dengan dirinya sendiri. Tidak perlu terlalu memikirkannya.." Roy berkata santai. 

"... Benarkah tidak ada yang serius? Aku rasa yang kali ini moodnya benar-benar buruk.." 

"Hm? Biarkan saja, dia hanya perlu waktu untuk berpikir." Roy kembali fokus bercanda bersama temannya. 

Moca mengangguk. Ia melihat para pemuda itu tampak riang berbincang di depan api unggun, tapi tempat itu tampaknya tidak cocok dengannya. Para pemuda itu membicarakan banyak hal yang ia tidak minati.  Ia kemudian bangkit dan berjalan menjauh. "Cough_cough" Ia menarik kedua belahan mantelanya mendekat sembari berjalan menuju tenda Eli. Membuka tirai tenda sembari berjalan masuk hanya untuk mendapati tenda tersebut dalam kondisi kosong. 

"Apa ia sudah pulang?" Moca mengangkat bahu. 

Tidak merasa ingin kembali ke tendanya melihat Andrass, ia berjalan menuju lapangan mengamati orang-orang yang tengah berlatih. Ia meninggalkan jejak tipis di atas salju. 

Pats! 

Moca langsung menoleh ke arah hutan. Merasa ada yang bergerak di sana. "Who is there?" Moca melangkah pelan namun langsung berhenti menyadari jalan itu menuju ke hutan. Ia melihat ke kanan dan kiri, kembali mengeratkan mantelnya dekat ia memilih untuk berjalan pulang. "Empph!" Tangannya mencoba melepas tangan yang menutup mulutnya erat. "Ssh, Eli tengah mencariku, diamlah." 

Suara itu tidak lain adalah Pangeran Yo. "Ikut aku."

Ia menggandeng Moca ke istal kayu, bersembunyi dibalik papan. Ia mengangkat Moca naik ke kudanya sebelum ia ikut menunggang. "Hah!" Ia langsung memacu kudanya cepat masuk ke jalan hutan. 

"Prince Yo, kau mau membawaku kemana?" Ia menutup wajahnya dengan mantel, tidak tahan dengan udara dingin yang menerpa wajahnya. "Berterimakasihlah aku mengajakmu, ini bukan tempat yang siapa saja ketahui." 

My MocaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang