(4) About AIHS

55.6K 4.3K 351
                                    

Canggung. Itulah hal yang dirasakan kara sekarang. Ia tengah berada didalam mobil bersama sean berdua. Bayangkan berdua!!

Hening. Tak ada yang berbicara sepanjang perjalanan. Sesekali kara melirik kearah sean yang tetap fokus menatap jalanan yang cukup padat.

Kara melirik cukup lama kearah sean. Kara akui sean sekarang sangat tampan menggunakan setelan jas berwarna hitam.

"Ganteng" Pujinya tanpa sadar. Sean menatap kara dengan tajam. Kara buru buru memalingkan wajahnya. Astaga! Dipuji saja tatapannya seperti itu, apalagi kalau kara berkata yang tidak tidak.

Kara meremas sabuk pengaman karena merasa gugup. Ia rasanya lebih gugup sekarang daripada pada saat waktu pengambilan raport berlangsung.

Akhirnya penderitaan kara usai karena mobil sean telah berhenti tepat didepan gerbang sekolahnya.

Dengan buru buru kara membuka sabuk pengaman. Namun sial, sabuk pengaman tersebut sulit terlepas, sepertinya macet. Percuma saja mobilnya bagus dan mahal seperti harga satu buah rumah mewah, tapi lihatlah untuk sabuk pengaman sekecil ini saja macet.

"Ini gimana bukanya sih!" Kara menggerutu berusaha untuk membuka pengait sabuk pengaman.

Sean mendekatkan badannya kearah kara, bermaksud untuk membantu gadis itu melepaskan kaitan sabuk pengaman.

Baru saja mau meraih dan membantu, kara sudah berhasil membuka kaitan sabuk pengaman terkuat dibumi.

Kara yang tersadar bahwa badan sean agak dekat dengannya buru buru membuka pintu dan turun.

"Makas--"

"Heuuuh! Dasar robotic"

Kara menghela napas karena sean meninggalkannya tanpa sepatah katapun. Padahal kara tak berniat apapun hanya untuk mengucapkan terimakasih saja sangat sulit.

"KARA!" Teriak ashila yang baru saja turun dari mobil. Gadis cempreng itu berlari kecil menghampiri kara.

"Tadi berangkat sama siapa?" Tanya ashila. Mereka mulai berjalan memasuki area sekolah.

"Kak sean" jawab kara malas mengingat tingkah laku sean yang begitu dingin.

"SEAN ARSENIO?!!" Kara langsung menutup mulut ashila yang berteriak lantang. Lihatlah akibat ulah gadis itu kini siswa siswi yang ada disekitar lapangan melirik mereka dengan berbagai macam tatapan.

"Serius sean arsenio?" Tanya ashila lagi. Gadis itu mau memastikan bahwa telinganya tak salah dengar.

Bukannya menjawab, kara malah berjalan cepat meninggalkan ashila yang menanyakan hal hal yang menurut kara tidak penting.

Sesampainya dipintu kelas, kara bisa melihat teman temannya sedang menyalin pekerjaan rumah milik Naomi Dominic, siswa urutan nomor dua dikelas.

"Eh, ra! Bagi pr mat wajib dong" Pinta khalid, salah satu pemuda tampan dikelasnya. Kara hanya mengangguk dan membuka tas biru langitnya.

Setelah menemukan buku latihan matematika wajib, kara menyodorkannya yang langsung diambil oleh darren yang baru saja muncul dibalik pintu.

"Gue dulu!" Darren yang baru masuk kelas bergegas duduk dibangku asal dan mulai mengeluarkan buku dan menyalin pekerjaan rumah milik kara.

Ashila baru datang dengan membawa Roti dan susu.

"Wih rame, pada nyalin pr biologi ya?" Tanya ashila yang tengah memakan roti diselangi dengan meminum susu yang baru saja ia ambil dikantin sekolah.

Arsen International High School adalah sekolah taraf internasional dengan berbagai fasilitas mewah. Dikantin resmi sekolah ini, semua warga sekolah di gratiskan untuk mengambil makanan apapun yang mereka inginkan tanpa terkecuali, karena mengingat uang bulanan yang harus dikeluarkan siswa yang bersekolah disini adalah sebesar 35 juta per bulannya, yang tentu saja kara tidak dapat membayarnya.

7 PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang