(33)Beti

24.4K 2.4K 205
                                    

Matahari sudah mulai tampak memancarkan sinarnya. Seorang gadis kini tengah berdiri didepan cermin sambil menghela napas melihat keadaan dirinya.

Matanya tampak bengkak karena semalam gadis itu sulit memberhentikan tangisannya akibat kejadian dimana ia bertengkar dengan alland.

Kara meraih kacamata hitam yang berada dimeja belajar kemudian memakainya. Hanya itulah satu satunya cara untuk menutup matanya yang cukup bengkak.

Kara melangkah keluar kearah ruang makan untuk sarapan bersama yang lainnya.

Pada saat memegang knop pintu kamarnya, tiba tiba kepalanya terasa pusing. Kara meringis memijat keningnya pelan sambil menggeleng. Gadis itu menghembuskan napas perlahan kemudian membuka pintu dan melangkah menuju ruang makan.

Diruang makan kara bisa melihat fino sudah pulang dari perjalanan luar kotanya yang kini sedang duduk menyantap sarapannya dengan tersenyum singkat ketika melihat kehadiran kara. Kara membalas senyum fino, kemudian tatapannya beralih pada alland yang tampak dingin, tangan kanan pemuda itu dililit perban yang terlihat sangat menyakitkan.

Kara menarik kursi ingin duduk, belum sempat bokongnya menyentuh kursi tersebut, tiba tiba sebuah tangan menarik kacamata hitam kara.

Kara berbalik menemukan darrel yang berdiri disampingnya "Kembaliin!" Kara membuka telapak tangan kanannya meminta kembali kacamata yang diambil darrel.

Bukannya mengembalikan, darrel malah mengangkat tangannya yang memengang kacamata kara tinggi tinggi.

"Itu mata lo abis disenget tawon?" Tanya darrel meledek.

"Kembaliin!" Kara menatap tajam darrel, saat ini dia sangat tidak ingin bercanda dengan siapapun.

"Ambil sendiri" Katanya sambil mengangkat sebelah alisnya seperti menantang kara.

Dari belakang darrel, tangan sean mengambil alih kacamata kara dan menyodorkannya kearah sang pemilik.

Brak!

Alland bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari ruangan yang terasa lagi nyaman itu.

Kara mengejar alland tanpa mengambil terlebih dahulu kacamata yang disodorkan sean.

Gadis itu mengikuti alland hingga sampai alland membuka pintu mobilnya, barulah kara menarik tangan pemuda itu yang membuat alland berbalik dengan tatapan yang sangat datar.

"Gue minta maaf" Kara masih memegang lengan alland sambil menunduk tak berani menatap wajah alland karena kondisi matanya yang masih bengkak "Jangan kayak gini"

Alland melepas tangan kara dari lengannya "Jauhin gue"

Alland masuk kedalam mobilnya, kemudian pergi dari sana tanpa memperdulikan kara yang mematung diam setelah kepergian alland.

Separah inikah akibat pertengkaran mereka berdua?

Kara menghela napas, berbalik menemukan sean yang sudah sedari tadi berada dibelakangnya.

Kara baru menyadari pelipis pemuda itu dibalut plester luka, namun sama sekali tak mengurangi ketampanan pemuda itu.

"Ayo berangkat" Ajak sean. Sean menarik kara, membukakan gadis itu pintu dan mempersilahkannya untuk masuk.

Kara masuk tanpa mengatakan apapun. Ia masih memikirkan alland. Kara juga tidak menyangka bahwa alland akan semarah itu padanya.

Sementara sean hanya melirik sebentar kearah kara yang tampak memikirkan sesuatu. Sean membuang napas dan melajukan mobilnya menembus jalanan pagi yang ramai.

7 PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang