(42) Lose

21.1K 2.2K 369
                                    

Allland memegang dadanya, merasakan detak jantungnya yang terasa begitu cepat. Dia merasa gugup, gugup sekali hari ini sampai sampai ia tidak bisa diam sedari tadi.

"Ngapain sih kak?" Tanya kenan yang sedang duduk disofa, memperhatikan tingkah alland yang tak bisa diam.

"Deg degan gue!" Alland duduk disamping kenan, menggeser tubuh kenan hingga kenan tersingkir sampai dipembatas sofa.

Kenan menatap alland heran "Perasaan dulu kak alland gak gini gini amat, kak alland bahkan dulu gamau tuh adain gini ginian"

Alland mencubit kedua pipi kenan gemas "Iyaa dulu gue belum kepikiran" Alland menahan senyum "Gue mau ngajak kara tunangan"

"Eh gak bisa gitu dong!" Kenan menepis tangan alland yang bersarang dipipinya, melebarkan mata mendengar perkataan alland "Kenan gak setuju!"

"Kenapa gak setuju?" Alland mengacak acak rambut kenan namun langsung ditepis oleh kenan.

"Yaa gamau lah! Kalian gak cocok tau. Kak kara itu baik sedangkan kak alland itu jahat, buaya kepala kuning lagi"

"Buaya kepala kuning?" Semakin hari rasanya alland tidak mengerti dengan jalan pikir adiknya itu. Aneh sekali!

"Iya buayanya abis ketempelan tai disungai" Kenan berdiri, sambil menahan tawa "Makanya sikap kak alland kayak tai"

"Heh! Mulutnya" Alland ingin menarik kenan, namun adiknya itu buru buru berlari keluar ruangan sambil tertawa. Ada ada saja memang!

Aziel tiba tiba muncul dari balik pintu, sudah rapi dengan tuxedonya "Tamu tamu udah dateng, lo disuruh keluar"

Alland mengangguk, berdiri dan berjalan menuju tempat inti acara pesta ulang tahunnya.

Sudah banyak orang yang berdatangan. Teman teman kuliah alland, kolega bisnis keluarganya, dan masih banyak lagi.

Alland menatap kearah sean, melihat pemuda itu sedang berbincang dengan salah satu rekan bisnisnya. Dimanapun sepertinya otak sean hanya tercipta untuk bisnis.

Alland melihat jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Jam sudah menujukkan pukul delapan malam, yang artinya sebentar lagi acara ini akan dimulai.

Namun sepertinya gadis yang ditunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. Apakah dijalan macet?

Alland mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, mencari kontak kara dan menelpon gadis itu. Memastikan kara benar benar datang hari ini.

"Halo?"

"Lo dimana? Lo dateng kan?" Alland membahasi bibirnya yang basah, tetap gugup sejak tadi.

"Iya, ini mau otw. Gue matiin yaa byeeee"

Pip!

"Eh ra?" Alland menatap layar ponselnya, sambungan telpon sudah terputus "belum juga selesai ngomong"

***

Kara memasukkan ponselnya kedalam slingbagnya. Ia sudah rapi menggunakan dress berwarna putih dengan flat shoes agar tidak ribet nantinya saat berjalan.

Kara memasukkan kotak kecil yang ia siapkan untuk alland. Hanya sebuah gelang buatannya sendiri, sesederhana itu karena kara tidak mempunyai cukup uang untuk membelikan alland barang barang mahal yang sering dipakainya.

Setelah selesai mengemasi barang barang yang akan dibawanya, kara berjalan kearah pintu utama rumahnya, mengunci rumahnya.

7 PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang