Ting!
Suara mesin pemanggang roti berbunyi, kara mendekat membawa piring putih dan mengangkat roti panggangnya dari mesin toaster.
Sudah terhitung empat hari gadis itu menetap dirumahnya kembali. Dia sendiri disini, merasa kesepian. Tapi memang inilah pilihannya agar tak merepotkan siapapun disini.
Kara menatap sekeliling dari atas meja sambil mengolesi rotinya dengan selai strawberry kesukaannya yang akhir akhir ini tak pernah disantapnya.
Kara tersenyum ketika memorynya memutar kembali kehidupannya dimana ia masih bersama Hara, ketika hara selalu memarahinya karena terus berdiam dikamar setelah pulang kerja part time karena belajar, dimana ketika hara mengejar kara karena selalu melupakan bekalnya, dimana itu ketika hara bisa memeluknya ketika mendapatkan kabar bahagia ataupun sedih.
"Huh, makin kesini kara makin rindu sama mama" Kara menghela napas "Bentar lagi kara akan olimpiade ma, dukung kara dari sana yaa!"
Kara mendongak keatas, berusaha menahan air matanya yang sudah menggenang. Memang ketika memory kehidupan kara dengan hara sangat sesensitif itu bagi kara.
Tok..tok..tok...
Kara mengusap matanya, menghapus sisa sisa air matanya agar tak terlihat lagi. Gadis itu beranjak, berjalan menuju pintu, melihat siapa yang bertamu pagi pagi buta begini.
Kara membuka pintu, menatap sekeliling yang tak ada siapapun, hanya ada sebuah kotak kardus berukurang sedang dengan beberapa bagian bolongan kecil disana.
Kara mengangkat sebelah alisnya "Ada orang isengkah naroh sampah disini?"
Gadis itu menggaruk belakang lehernya yang terasa tak gatal, bingung mau membuka kotak yang berada dihadapannya itu atau tidak.
Kara berjongkok, rasa penasarannya tak dapat dibendung lagi. Perlahan, tangan kara membuka pelan kardus itu.
Meow!
Kara melebarkan matanya, mulutnya bahkan melebar, tangan kara bergerak mengangkat kucing berwarna putih dengan mata biru itu dari kardus kemudian berdiri.
"Yaampun imut banget sih!" Kara gemas mengangkat kucing itu tinggi tinggi "Punya siapa tapi ini? Sumpah lucu banget iniiii"
HAAAAATCIIIIH!
"Hee!" Kara terpelonjak kaget, termundur beberapa langkah. Untung saja ia tidak melempar kucing yang sedang berada ditangannya itu.
HAAATCIIIIH!
Kara berjalan pelan kearah tembok samping rumahnya, dimana suara bersin itu berasal.
Pada saat sampai disana, kara menemukan seorang pemuda bersetelan jas abu abu dan celana abu abu juga tengah berjongkok membelakangi kara.
"Kak sean?" Panggil kara dengan kepala yang sedikit miring kekiri, memastikan bahwa memang ia tidak salah orang.
Pemuda itu berdiri, berbalik tapi tak mau mendekat kearah kara.
"Kak sean ngapain berdiri disitu?" Kara berjalan mendekat kearah sean dengan kucing yang masih tetap dibawanya.
Sean diam. Tidak maju dan tidak pula mundur. Kondisi sean dapat dikategorikan kondisi yang sedang tidak baik, lihat saja hidungnya itu memerah, sean juga merasakan gatal gatal namun ia menahan untuk menggaruknya.
"Kak sean yang bawa kucing ini?" Tanya kara mengangkat kucing itu kedepan sean. Sean yang terkejut refleks mundur beberapa langkah.
HAAAAATCIHH!
KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCE [END]
Teen FictionKara syazerra seorang siswi yang mendapatkan beasiswa di sekolah Arsen International High School (AIHS) Sekolah ini didirikan oleh keluarga Arsenio, tempat tinggal kara saat ini yang dihuni oleh 7 orang pria tampan dengan karakter yang berbeda beda...