Sudah seminggu sean tidak sadarkan diri. Kara tidak lagi bisa menemani sean setiap saat karena harus bersekolah.
Sudah seminggu pula kara tidak pernah melihat alland, baik pada saat kara masih dirawat ataupun sampai sekarang ini. Menanyai kabar ataupun mengirim pesan pun tidak ada.
Kara tak fokus mendengarkan penjelasan guru yang tengah menerangkan didepan. Tangannya sibuk mencoret coret buku bagian belakang dengan tatapan kosong yang lurus kedepan.
Ashila yang duduk disamping kara menyentuh lengan kara menggunakan jari telunjuknya "Lo gakpapa kan?"
Kara mengangkat alisnya, menoleh kearah ashila sambil tersenyum singkat dan menggelengkan kepalanya.
"Mikirin apasih?" Tanya ashila berbisik, agar Miss Selly tidak mendengar ucapannya.
KRING....
Bel istirahat berbunyi, Miss Selly berhenti menjelaskan dan merapikan bukunya yang berada diatas meja guru.
"Sekian untuk hari ini, Jangan lupa tugasnya dikumpulkan minggu depan" Peringati miss selly sebelum benar benar keluar dari kelas.
Ashila memegang tangan kara "Ayo cerita sama gue. Lo kenapa?"
Kara melihat kearah depan, dimana darren dan khalid tengah berbincang sambil mengemasi bukunya "Jangan disini"
Ashila mengangguk, menarik tangan kara keluar kelas, membawa kara menuju taman depan sekolah yang jarang dikunjungi siswa siswi lain.
Mereka duduk disalah satu bangku yang disediakan disana. Suasana taman cukup sepi, hanya ada kara dan ashila.
"Jadi kenapa?" Tanya ashila langsung. Setelah kejadian dimana kara dibawa oleh gibran, sejak itu ashila mulai lebih perhatian terhadap kara.
Kara menggigit bibir bawahnya "Gue salah yaa?"
Ashila menyeringit bingung "Hah? Salah apa?"
"Lo dari awal bener shil, gak seharusnya gue gini" Kara meluruskan kedua kakinya, mendongak dan menghela napas.
"Apasih? Ngomong yang jelas biar gue bisa paham" Ashila ingin sekali menggigit lengan kara saking gemasnya. Temannya ini kenapa sih?
"Seminggu ini gue gak liat kak alland, rasanya gak enak. Dia lagi ngehindarin gue atau gimana? Gue bingung banget shil" Terang kara.
Ashila memutar bola matanya. Ia mengira ada hal yang penting "Jadi lo lagi ngegalau nih? Muka kusut lo cuma gara gara itu doang? Yaa siapa tau kam kak alland lagi sibuk sibuknya sama kuliah raaa"
Kara menatap ashila kesal "Bukan gitu ish. Gimana bilangnya yaa" Kara menarik rambut depannya frustasi.
"Ahhh gue tau!" Seru ashila sambil menunjuk kara "Lagi bingung kan lo, antara kak sean dan kak alland"
Kara menanggukkan kepalanya. Menjadi seorang gadis yang tidak tegas menjadi kesulitan baginya. Ia tak tau harus melakukan apa sekarang. Semuanya sudah terlalu jauh, dan kara tidak tau harus menghentikan yang mana.
"Gue udah bilang dari awal. Jangan samain rasa kasian sama rasa suka dihati lo" Ashila menggenggam tangan kara, mencoba menjelaskan perlahan "Kalo emang karena kasian lo pilih kak sean, itu salah. Lo seharusnya pilih yang ngebuat diri lo sendiri bahagia. Ini bukan egois, tapi pilihan. Gak semua cinta bisa dibalas raa"
Ashila berdiri, menghentakkan kakinya "Giliran nolak darren aja lo bisa, masak nolak satu lagi saudaranya gak bisa sih!"
Kara melebarkan matanya refleks berdiri "Lo tau darimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCE [END]
Fiksi RemajaKara syazerra seorang siswi yang mendapatkan beasiswa di sekolah Arsen International High School (AIHS) Sekolah ini didirikan oleh keluarga Arsenio, tempat tinggal kara saat ini yang dihuni oleh 7 orang pria tampan dengan karakter yang berbeda beda...