Langkah kaki seorang gadis menuruni anak tangga dengan cepat, tubuhnya sudah rapi dibalut dengan seragam sekolah, tangan kanannya sibuk memegang almamater sekolahnya yang berwarna merah maroon, sementara tangan kirinya memegang ransel hitamnya.
"Pagi raa" Sapa seorang pemuda yang membuat kara menoleh kearah belakang menemukan darren yang menuruni anak tangga sudah rapi juga dengan seragamnya, tak lupa dengan senyuman ramah hingga matanya menjadi menyipit.
Kara berhenti menunggu darren agar mereka pergi keruang makan bersama, kara memindahkan ranselnya ketangan kiri kemudian mengangkat tangan kanannya untuk bertos ria dengan darren "Pagi man!"
Disaat menuruni tangga terakhir, darren berhenti. Pemuda itu menarik tangan kara hingga kara juga ikut berhenti.
Darren memegang bahu kara, memutar gadis itu hingga mereka kini saling berhadapan. Tangan darren bergerak membenarkan dasi kara yang sedikit longgar dan miring " Nah perfect!"
Kara mengangguk ngangguk memajukan bibir bawahnya, menghadap dasinya yang sudah rapi diperbaiki oleh darren.
Ibu jari serta jari telunjuk tangan kanan kara bersatu membentuk lingkaran. Beberapa detik kemudian tangan kanannya menarik lengan baju darren menuju ruang makan.
Sampai diruang makan, darren duduk didekat kenan sementara kara berjalan mengitar duduk didekat sean yang kini sibuk mengolesi rotinya dengan sedikit selai coklat.
Kara menggeser kursinya mendekat kearah sean. Ia ingin memastikan bahwa sean sudah benar benar sadar " Kak sean" Panggilnya pelan.
Sean hanya berdehem, masih sibuk mengolesi rotinya dengan selai coklat yang kini semakin tebal.
"Pusingnya udah berhenti belom?" Tanya kara sambil memiringkan kepalanya melihat raut wajah sean yang masih datar.
Sean menjawab dengan deheman, masih tetap tidak menoleh kearah kara.
"Kemarin sup kaldunya dimakan kan?" Kepala kara memiring hingga menyentuh meja makan, tetap memperhatikan raut wajah sean.
"Hm. Lain kali gausah repot repot" Jawab sean dingin.
"Oke sama sama" Ibu kari kara dan jari telunjuknya kini bersatu kembali membentuk sebuah lingkaran yang ditujukan untuk sean. Kara menipiskan bibirnya, tubuhnya kini ia tegakkan " Lain kali kalo kak sean ada masalah, kak sean bisa cerita ke kara atau ke orang lain yang kak sean percaya. Jangan ngelampiasin ke minuman beralkohol kak, gak sehat" Ucap kara tulus sambil menyunggingkan senyum manis yang ia punya.
Kali ini sean menoleh kearah kara yang tersenyum. Tangan sean yang memegang roti terangkat menempelkan roti yang berada ditangannya di wajah kara.
Kara menyingkirkan roti tersebut dari wajahnya, beruntung saja sean tidak membalik roti itu sehingga muka kara tidak ikut terbalut selai coklat. Kara menaikkan alisnya bingung dengan kelakuan sean.
Kara berkesimpulan bahwa sean tidak suka dinasehati seperti itu. Padahal kara tidak tau bahwa sean mengalihkan pandangan agar tidak tersenyum dihadapan kara, sudut bibirnya sudah sedikit naik tadi nyaris membentuk senyuman.
Tiba tiba sebuah tangan menarik kursi kara yang membuat kara tersentak.
"Gausah mepet mepet!"
Kara mendelik kearah alland yang kini duduk disamping kirinya. Jarak diantara mereka pun kini seperti jarak kara antara sean tadi.
Kara berdiri menarik kursinya kekanan dan duduk, namun kursi kara bergeser ditarik kembali kekiri oleh alland. Kara menoleh kearah alland menatap pria itu dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCE [END]
Подростковая литератураKara syazerra seorang siswi yang mendapatkan beasiswa di sekolah Arsen International High School (AIHS) Sekolah ini didirikan oleh keluarga Arsenio, tempat tinggal kara saat ini yang dihuni oleh 7 orang pria tampan dengan karakter yang berbeda beda...