(1) MAMA

89.7K 5.6K 565
                                    

Kara menekan tombol lift, senyum diwajahnya tak luntur sedari tadi. Sudah larut malam namun gadis ini masih menggunakan seragam Arsen International high school yang membuat orang orang menatapnya heran.
Ketika lift terbuka, kara berlari dengan senyuman lebar yang mengiasi wajahnya. Tepat pada salah satu kamar pasien yang berada dilantai 3, kara mengatur napas dan membuka pintu dengan pelan. Dilihatnya wanita paruh baya yang sangat ia cintai, satu satunya pelita hidup yang ia punya saat ini.

"Assalamualaikum maa" kara menyalami tangan Hara, wanita paruh baya yang dipanggil mama oleh kara.

Hara tersenyum dengan bibir pucat yang menghiasi wajahnya beberapa bulan belakangan ini"Waalaikumsalam cantik"

Kara terduduk, beberapa detik kemudian mengeluarkan 2 amplop coklat dari ransel miliknya "Taraaaa! Kara gajian maaa" katanya sambil tersenyum menampilkan deretan gigi putih miliknya.

"Kara mau beli apa?" Ucap Hara lembut sambil mengelus pucuk kepala kara

"Gak beli apa apa, ini buat mama. Buat pengobatan mama biar cepet sembuh. Abis sembuh kara akan bawa mama belanja kemanapun mama mau"

"Gimana sekolah? Lancar?" Tanya Hara kembali

"Lancar kok" jawab kara apa adanya

"Raa, kalo seandainya mama mau donorin jantung mama gimana?"

Kara yang semula menelungkupkan kepala di brankar milik mamanya langsung terduduk tegap. Ia kaget dengan pertanyaan mamanya yang dianggap cukup konyol.

Kara menggeleng, menatap Hara dengan sendu "Mama pasti tau jawaban kara"

Hara terkekeh "Mama becanda sayang" Ucapnya sambil menangkup pipi kara

"Tidur ya!" Lanjut hara yang di angguki kara. Kara naik di brankar seraya memeluk Hara dengan erat.

"Mama sayang Kara. Kara harus bahagia" hara mencium pucuk kepala kara

"Kara sayang mama. Mama harus sembuh"

***

Mentari telah keluar dari peristirahatannya, kara sudah siap dengan seragam yang sudah melekat sedari tadi dibadannya.

Hara turun dari brankar, membuka laci yang terdapat diruangannya dan mengeluarkan roti yang kemudian ia olesi dengan selai strawberry kesukaan kara.

"Maa, kara bisa sendiri" kara merebut roti yang ada ditangan hara.

"Mama duduk manis aja ya! Gaboleh gerak banyak banyak" lanjutnya

Hara kembali naik ke brankar, kara duduk disebelah kiri hara. Hara menatap kara dengan lekat, tersenyum simpul dan berdoa didalam hati agar anaknya cepat menemukan kebahagiaan.

"Kenapa ma? Kara belepotan?" tanya kara yang sedari tadi sadar ditatap terus oleh hara.

"Mama boleh peluk kara?" Tanya hara merentangkan tangan tak lupa bibir pucatnya yang selalu tersenyum.

"Yaa boleh dong" Kara berdiri, memeluk mamanya erat.

Mata hara terpenjam, ia terus mengeratkan pelukannya. Begitu pula dengan kara, ia sangat nyaman didalam pelukan hara. Keduanya seolah tak mau lepas, namun pada akhirnya hara melepas pelukan erat itu, menatap sebentar kara dan mencium pucuk kepala kara .

"Mama apa apaan sih, kok tumben alay" ucap kara bercanda.

"Gapapa dong sekali untuk selamanya"

"Hehe gapapa si, kara suka. Besok lagi yaa ma" kara cengengesan. Hara yang gemas melihat putrinya sendiri mendorong kening kara menggunakan telunjuk miliknya.

7 PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang