(38) Payung

26.3K 2.3K 152
                                    

Alland menopang dagunya menghadap jendela cafe yang menampakkan pemandangan jalanan yang cukup ramai dengan matahari yang tertutup oleh awan hitam yang menggumpal diatas sana. Seolah olah hari ini matahari tak dibiarkan menyinari sisi kota negara ini.

Sudah pukul empat sore yang artinya sudah dua jam alland duduk di cafe menunggu temannya yang mencetak undangan pesta ulang tahunnya yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi.

Alland menghela napas bosan, menyesap lemon teanya kemudian menatap kembali kearah luar jendela cafe.

Alland melirik kearah sebelah kiri, melihat empat orang gadis yang sedang berbisik bisik sambil menatapnya dengan tatapan memuja dan menperhatikan barang barang yang alland kenakan yang terlihat sangat mahal dan menakjubkan dimata mereka.

Mengapa alland rasanya tidak disukai ditatap seperti itu? Padahal dulunya jika ada seseorang yang menatapnya seperti itu alland akan langsung mengodanya dan menjadikannya sebagai pacarnya yang kesekian untuk dijadikan mainan.

Alland menyisir rambut sebelah kirinya dengan tangan kiri, melirik keempat gadis itu dengan tatapan biasa. Namun sepertinya para gadis itu tidak menganggapnya biasa, mereka terlihat kegirangan karena alland meliriknya.

Alland menunjuk gadis yang paling kegirangan diantara keempatnya. Gadis yang ditunjuk pun menunjuk dirinya seolah tak percaya, mimik wajahnya pun tidak bisa berbohong bahwa ia sangat antusias melihat alland.

Bibir alland menyeringai, menggerakkan tangannya menyuruh gadis itu untuk pergi kemejanya.

Gadis itu berdiri, meremas bawahan bajunya gugup. Sementara teman temannya saling memukul satu sama lain kegirangan.

Gadis itu duduk dihadapan alland, menampilkan senyum tercantik yang ia miliki agar alland terpikat olehnya.

"Nama gue Nina" Gadis bernama nina itu mengulum bibirnya gugup "Nama lo siapa? Boleh minta nomer wa lo gak? Eh atau gak ig lo aja dulu. Gue tinggal di--"

"Lo suka gue?" Tanya alland menyela.

Nina mengerutkan alisnya sedikit terkejut karena pertanyaan alland tepat sasaran "Hah?"

"Lo suka sama gue?" Tanya alland mengulangi pertanyaannya yang tadi dengan jelas.

"I-iiya s-suka. Lo tipe cowok gue banget ih" Jawab nina gugup sambil menunduk, semakin kuat meremas ujung bajunya.

Alland mengambil ponselnya yang terletak dimeja sebelah kanan, mengutak atik benda pipih itu kemudian memperlihatkannya pada nina.

"Dia istri gue. Gue adalah cowok beristri yang udah punya 4 anak" Alland menarik dan menaruh ponselnya diatas meja, menatap nina yang menatapnya dengan tatapan antara percaya dan tidak percaya "Lo mau jadi pelakor? Perusuh? Atau penjilat?"

Nina melotot tidak menyangka dengan perkataan alland. Nina ingin berdiri meninggalkan alland namun tangan alland lebih dulu menahannya.

"Gak baik liatin cowok yang udah beristri. Ingetin sama temen lo jangan liatin gue kayak gitu, jijik" Alland melepas cengkramannya dari tangan Nina, menatap kearah luar jendela cafe lagi. Setidaknya sekarang tidak ada yang menatapnya dengan tatapan menjijikan seperti itu.

Kring!

Alland melirik kearah pintu cafe, melihat kean- temannya akhirnya menampakkan batang hidungnya juga setelah sekian lama menunggu disini.

Kean menghempaskan bokongnya dikursi tepat didepan alland, tempat duduk nina sebelumnya sambil menghela napas lelah.

Alland menatao kean dengan wajah malas "Lo nyetak undangan apa semedi dulu nyet?"

7 PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang