(2) Surat Dari Mama

60.4K 5.2K 908
                                    

Seorang gadis kini tengah melamun dengan posisi terduduk dilantai yang dingin sambil memeluk bingkai foto yang sedari tadi ia tak ingin lepas.

Hampa. Itulah yang kara rasakan saat ini. Tujuan hidup bersama hara kini hilang begitu saja. Kara seperti manusia tanpa tujuan dan hanya menunggu nafasnya berhenti.

"Raa makan yaa. Lo belum makan dari pagi" Ashila memegang bahu kara pelan, namun kara tetap tidak bergerak sedikitpun

"Raa mama lo gak akan suka lo kayak gini"

"Gue kangen mama sil"  Setetes air mata kara meluncur bebas di pipi mulus miliknya. Ashila tak diam saja, ia memegang tangan kara, mencoba untuk mengerti keadaan sahabatnya saat ini

"Padahal belum apa apa ya kan. Mama gue egois ya. Ninggalin gue sendirian disini dan memilih ketemu papa gue duluan. Sekarang gue gak punya siapa siapa"

"Gue ada buat lo ra, ada darren yang siap bantuin lo. Lo tau gak kalo nyokap lo gak bakalan tenang liat keadaan anaknya kayak gini. Dia mau liat lo bahagia, ceria dan aktif lagi raa, dia gak ingin liat lo lemah"

"Kalo gitu kenapa dia ninggalin gue?" kinu kara menatap ashila

"Lo belum ikhlas aja ra. Lo tau sendiri mati itu udah takdir yang gak bisa diubah manusia, gak bisa lo cegah dan hindari. Gue juga gak tau kapan gue bakalan mati dan dimana, yang jelas semua orang akan merasakan yang namanya kematian raa"

Kara menangis lagi dengan badan yang gemetar. Ashila memeluk kara erat, mengelus elus punggung kara lembut, ashila sungguh tak tega melihat keadaan sahabatnya ini

Mata  kara yang sembab, bibir pucat, dan kaki yang diperban akibat luka tusukan paku saat kara berlari menuju rumah sakit

Tok.. Tok... Tokk

Suara pintu rumah kara terketuk, ashila melepas pelukannya dan berjalan kearah pintu.

Ashila membuka pintu, terlihat gayatri, riana, dan darren berdiri.

"Karanya didalem?" Tanya gayatri, istri pertama  pak arsenio

Ashila menangguk sebagai jawaban. Gayatri masuk diikuti dengan riana dan darren

Gayatri menghampiri kara, ikut terduduk dilantai kemudian memberikan selembar amplop kepada kara. Kara hanya menoleh tak ingin berbicara, lidahnya masih terasa kelu untuk mengatakan sesuatu.

"Surat dari mama kamu" Ucap gayatri. Karena tak ada pergerakan dari kara, gayatri menggapai tangan kara, menaruh surat itu sambil tersenyum tulus

Kara mulai menggerakan tangannya, perlahan ia membuka amplop berwarna peach itu. Mengeluarkan secarik kertas dengan berpuluh puluh tulisan milik hara.

Untuk Kara

Hei anak cengeng yang mama sangat sayangi.

Mama tau pasti kamu lagi nangis. Berhenti ya sayang. Mama gak pengen liat kara lemah.

Takdir mama memang seperti ini. Mama harap kamu bisa bersikap dewasa dan tak menyalahkan siapapun disini, apalagi menyalahkan dirimu sendiri.

Tinggallah bersama keluarga Arsenio. Mama percaya bahwa mereka bisa membuat hidup kara menjadi lebih baik

Ketika kegelapan muncul lagi, lentera baru akan siap menerangi kembali dengan sejuta cahayanya yang lebih indah ra.

Ceria lagi ya raa! Mama akan selalu ada buat kamu, dihati kamu.

Mama sayang kara.

Gayatri memeluk kara, setelah itu kembali menatap kara dan menangkup kedua pipi milik kara, menatap kara dengan dalam

7 PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang