Kara memutar mutar pulpennya, matanya fokus menatap kumpulan soal, otaknya berfikir lagi, memastikan jawabannya untuk soal nomor seratus tidak melenceng dari jawaban yang benar.
Kondisi ruang pembinaan olimpiade fisika cukup hening. Ada sebagian kecil siswa ataupun sisiwi yang menggerutu karena tertampar seratus soal sehari.
Ada juga yang menghela napas pelan, menatap soal fisikanya dengan malas, dan memilih menjatuhkan kepalanya diatas meja.
Buk arini selaku pembina olimpiade ini melirik jamnya yang menunjukkan waktu istirahat pertama.
"Kara kumpulin soal temen temennya, taruh di meja saya. Sisanya kalian boleh pergi makan siang"
Kara mengangguk, beberapa siswa datang menyerahkan kearah bangku kara, sebagian pergi begitu saja karena lapar.
Dion yang berada disana membantu kara mengumpulkan soal serta jawaban teman teman seolimpiadenya "Nih kak"
Kara mengambil tumpukan kertas dari dion, mengumpulkannya menjadi satu "Makasi yaa yon"
Dion mengangguk, mengikuti arah kara yang keluar dari ruang olimpiade menuju ruang guru.
"Kak kara tadi jawab berapa soal?" Tanya dion masih mengekori kara berbelok dikoridor.
Kara menoleh sebentar dengan langkah kaki yang terus berjalan "Ehmm.. seratus"
Dion manggut manggut "Sama, dion juga jawab segitu"
Kara hanya menanggapinya dengan mengangguk saja. Matanya sibuk mencari keberadaan meja Buk arini.
Ting!
Kara merogoh saku roknya, melihat tak ada notifikasi apapun disana, yang ternyata suara notifikasi itu dari dion.
"Kak kara" Panggil dion lagi.
Kara menaruh tumpukan kertas yang ia bawa dimeja buk arini, berbalik berjalan keluar dari ruang guru "Kenapa?"
"Pinjem hp boleh?" Dion menggigit bibir bawahnya, membenarkan kacamatanya yang sedikit turun "Ehmm dion mau minta kontak anak anak olim, disuruh sama buk rini"
Kara memberhentikan langkahnya, menyampingkan tubuhnya melihat dion yang menunduk "Kan udah ada di grup"
"Iyasi, tapi nama di grup itu aneh aneh kak, jadi dion gak tau itu siapa"
Kara mengangguk, merogoh kembali saku roknya, mengeluarkan ponselnya dari sana dan memberikannya pada dion.
"KARAA..." Dari sebelah barat iqbal anak osis sekaligus teman darrel memanggil kara sambil berlari.
Dengan napas memburu pemuda itu memegang lengan kara "Huh.. huh.. kenapa gue lari ya tadi?"
"Apa bal?" Tanya kara yang mengangkat sebelah alisnya, melihat iqbal yang menunduk mengatur napas dengan tangan iqbal yang masih menggenggam tangannya.
Iqbal berdiri tegak, melepaskan tangannya dari lengan kara "Disuruh gantiin pak teo di bk. Katanya pak teo ada urusan"
"Kak aziel mana?" Tak biasanya kara yang disuruh menggantikan pak teo, biasanya yang sering menggantikan pak teo ketika ada urusan adalah aziel.
"Sibuk dia, kelas dua belas persiapan buat ujian. Pokoknya gantiin yaa, banyak curut curut yang minta dispensasi soalnya" Iqbal menepuk pundak kara, berlari lagi kearah koridor timur menuju kantin.
"Kak, nih udah" Dion menyodorkan kara ponselnya "Dion mau kekelas dulu yaa kak"
Kara memasukkan ponselnya kedalam saku roknya, mengangguk saja. Ia berjalan kearah ruang BK yang terpisah dengan ruang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCE [END]
JugendliteraturKara syazerra seorang siswi yang mendapatkan beasiswa di sekolah Arsen International High School (AIHS) Sekolah ini didirikan oleh keluarga Arsenio, tempat tinggal kara saat ini yang dihuni oleh 7 orang pria tampan dengan karakter yang berbeda beda...