Kara merapikan seragam sekolahnya, menyisir rambutnya yang sedikit berantakan menggunakan jari jarinya didepan cermin sambil merutuki dirinya karena terlalu banyak menangis tadi malam yang membuat matanya sekarang menjadi sembab, bengkak parah seperti orang yang abis ditonjok preman preman gang.
"Gara gara kak fino sih nih! Kenapa gak nganggep kara syazerra ini sebagai calon istri dan ibu dari anak anaknya coba" Kara menggerutu sambil menggerakkan bola matanya kekiri atas dengan tangan kiri yang terangkat dan terkepal kuat "KENAWHY HARUS ADE ADE AN?!"
Kara kembali melihat dirinya dipantulan cermin. Gadis itu mencoba tersenyum manis, beberapa detik selanjutnya menampilkan wajahnya yang kusut seperti pakaian yang belum di seterika.
"Gue udah cantik si, manis pula" Kara menggerakkan tubuhnya kekiri dan kekanan sambil melihat pantulan tubuhnya di cermin "Tapi ya tepos"
Gadis itu tiba tiba membelalak kaget dengan ucapannya beberapa detik yang lalu " Lah iya tepos" Kara mengangguk ngangguk menempelkan jari telunjuk kanan didagunya "Biasanya kan om om kantoran sukanya sama wewe wewe bohay!"
Kara menggeleng membuyarkan lamunannya sendiri dan merampas tas punggung serta ponsel yang berada diatas meja belajarnya.
Untuk urusan menjadi cewek bohay itu akan kara pikirkan setelah pulang sekolah. Ia tidak mau kalah dengan saingan saingannya yang mengejar fino, apalagi kara tidak mau kalah juga dengan si perempuan anak dari perusahaan raksasa disini, kalau tidak setinggi burj khalifa mah kara gak akan goyah!
Masih pukul enam pagi namun kara sudah melangkahkan kaki keluar untuk berangkat duluan tanpa diantar oleh sean ataupun siapapun itu karena kara tidak ingin mereka melihat matanya yang sembab.
Untung saja kondisi ruang utama sepi hanya ada beberapa pembantu yang hormat kepada kara. Gadis itu hanya tersenyum menundukkan kepala sedikit dan menyuruh mereka diam agar tak memanggil siapapun.
Kara bergegas melangkahkan kakinya dengan cepat kearah gerbang.
Sesampainya digerbang dengan susah payah kara membuka gerbang pintu rumah kediaman arsenio itu sendiri dan menutup kembali dengan rapat.
Kara menoleh kearah kanan dan kiri namun tak menemukan angkot yang dicarinya.
Kara berjalan menjauhi kawasan rumah keluarga arsenio. Siapa tau nanti di tengah jalan kara bisa menemukan angkot.
Ditengah perjalanan tiba tiba kara berhenti dan menepuk jidatnya sendiri "Ini kan kawasan elite yak, mana ada si angkot yang lewat! Yang ada dia di sleding sama pajero sport tetangga"
Kara lupa bahwa kawasan kediaman keluarga arsenio adalah kawasan rumah elite. Bangunan rumah rumah disini bagus bagus semua bahkan mobil yang paling sedikit harganya yang pernah lewat dikawasan ini ya pajero sport. Benar benar kawasan sultan!
Tin...tin..
"HAAAAA ANJWENG!" Kara terkejut tiba tiba sesorang dengan seenak jidat mengklakson didekat kara, padahal jalanan masih luas dan terbuka lebar untuk si pengendara motor tersebut.
Kara memperhatikan si pengendara motor yang tiba tiba berhenti didekatnya. Kara menyeringit bingung, motornya hitam, jaketnya hitam, sepatunya hitam, helm fullfacenya hitam, seperti pemain ftv yang memerankan tokoh penculik.
Kara menhadap bawah memperhatikan celana pemuda itu sepertinya sama dengan celana AIHS.
"Anak Arsen kan lo?" Tanya si pemuda yang tak dikenal kara. Kara menatap pemuda itu sambil menyeringit.
Pemuda itu membuka helm fullfacenya sambil tersenyum manis kearah kara "Gue gibran. Anak lama dikomplek ini tapi baru balik lagi" pemuda jangkung itu mengulurkan tangan kanannya dengan senyuman yang cukup menawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCE [END]
Teen FictionKara syazerra seorang siswi yang mendapatkan beasiswa di sekolah Arsen International High School (AIHS) Sekolah ini didirikan oleh keluarga Arsenio, tempat tinggal kara saat ini yang dihuni oleh 7 orang pria tampan dengan karakter yang berbeda beda...