Kara membuka matanya ketika merasakan sinar matahari yang menyinari masuk dari kaca jendela ruangannya.
Kepala kara menoleh kearah samping kiri menemukan darren yang tertidur sambil menggenggam tangan kirinya. Anak ini tidak pergi kesekolah?
Kara menarik tangannya pelan, berusaha untuk tidak membangunkan darren yang terlelap, namun usahanya gagal ketika darren perlahan membuka kelopak matanya.
"Maaf, gue gak maksud ngebangunin lo" Kara bersandar pada pembatas brankar, menatap darren yang masih dengan wajah khas bangun tidurnya.
Darren mengelap matanya pelan, masih terlihat mengantuk karena baru saja tertidur jam lima subuh dan bangun jam tujuh pagi "Ada yang sakit gak raa?"
Kara mengulum bibirnya sambil menggelengkan kepala "Gak ada, gue baik baik aja. Seharusnya gue yang nanya kayak gitu"
Kara mencondongkan badannya kedekat darren dan menekan luka lebam yang berada di wajah pemuda itu "Nih nih ni--"
"Akh... Raaa sakit ih" Darren langsung menahan tangan kara yang ingin kembali menekan nekan wajahnya yang lebam. Teman macam apa dia ini?
"Makanya liat diri sendiri dulu, baru nanyain keadaan orang" Kara menarik tangannya yang dipegang darren.
Kara mengikat cepol rambutnya, turun dari brankar dan berjalab kearah kamar mandi "Gue mau cuci muka, abis itu lo anterin ke ruang rawat kak sean yaa"
Ekspresi darren mendadak berubah. Bagaimana ini? Jika kara tau keadaan sean yang sebenarnya, akan membuat gadis itu kepikiran. Akhhh bingung sekali rasanya!
Kara membuka pintu kamar mandi setelah selesai mencuci mukanya, mendekat kearah darren yang masih mematung ditempat "Ayok"
Darren mengepalkan tangannya, berusaha tidak berekspresi mencurigakan, dan mencoba mencari cara agar kara tidak sampai diruangan sean "Ehmm raa apa lo gak sarapan dulu aja?"
"Nanti aja, sekarang anterin dulu ke ruangan kak sean" Kara menarik tangan darren "Yuk aah"
"Raa sara--"
Cklek!
Pintu ruangan kara terbuka, keduanya menoleh, menemukan seorang perawat yang membawa sarapan pagi serta obat untuk kara.
Perawat itu meletakkan makanan kara diatas nakas, menatap kara dengan senyuman singkat "Obatnya diminum setelah makan yaa"
"Hmmm, makasih sus" Kara duduk diatas kursi yang semula diduduki oleh darren, mengambil makanannya.
"Abis ini pokoknya lo anterin gue ke ruang kak sean" Kara menunjuk darren dengan wajah tajamnya.
Darren duduk di tepi brankar, melihat kara yang membuka makanan dari rumah sakit "Raa kenapa gak duduk ditempet tidur lo aja?"
Kara menggeleng, melahap makanan rumah sakit yang terasa hambar, kemudian menjulurkan darren sendok makan yang penuh dengan nasi dan lauk "Lo sarapan juga sini, buka mulut aaaaakk"
Darren menggeleng, menjauhkan wajahnya "Itu makanan lo, makan aja sampai habis. Gue gasuka makanan rumah sakit, hambar"
Kara meletakkan sendok dipiring dengan keras yang membuat darren sedikit terkejut " Iyaa tuhkan sama! Makanya gue nawarin, kalo enak mah mana mau gue bagi bagi" Kara tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi putihnya. Entah senyuman ini akan bertahan sampai kapan, semoga saja setelah melihat keadaan sean, kara masih bisa tersenyum seperti ini.
Darren mendorong kening kara "Dasar. Udah habisin tuh terus minum obat"
Kara mengambil gelas yang berisi air mineral, membuka bungkus obat, kemudian melahap obat obat yang semula tadi berada ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCE [END]
Teen FictionKara syazerra seorang siswi yang mendapatkan beasiswa di sekolah Arsen International High School (AIHS) Sekolah ini didirikan oleh keluarga Arsenio, tempat tinggal kara saat ini yang dihuni oleh 7 orang pria tampan dengan karakter yang berbeda beda...