Kara merebahkan kepalanya diatas meja menghadap kearah kanan, dengan tangan kanan yang memutar mutar pulpen dengan malas.
Setelah upacara selesai dan acara serah terima jabatan ketua osis membuatnya merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat diruang osis.
Kara tidak ingin pergi ke uks karena disana sudah ramai siswa siswi yang mengeluh sakit. Saat ini kara hanya butuh waktu sendiri.
Jika kalian pikir disukai banyak orang adalah keberuntungan, tapi tidak bagi kara. Apalagi jika mereka memiliki ikatan saudara seperti alland dan sean itu sangat merepotkan dan membingungkan sekali.
Kara lelah sekali memikirkannya. Jika dia ingin bersikap egois maka ia akan memilih alland saja tanpa memikirkan perasaan sean kedepannya. Tetapi disini kara tidak ingin melukai siapapun karena dirinya.
Tuk!
Tuk!
Tuk!
Kara mengangkat sedikit kepalanya, kemudian membenturkan kepalanya diatas meja berulang kali. Ia sering melakukan hal ini ketika bingung dan saat sedang mengalami kesulitan dalam belajar.
Pada saat kara ingin membenturkan kepalanya lagi, tiba tiba sebuah tangan memegang keningnya hingga kara tak jadi melakukan aksi membenturkan kepalanya.
Kara mengangkat kepala, mendapati aziel yang menggeser kursi dan kini duduk disamping kirinya.
Kara mengerjap ngerjap menatap aziel. Sejak kapan pemuda ini sampai disini?
Aziel menggeser minuman dingin yang ia bawa kedekat kara. Dengan matanya aziel mengkode kara agar mengambil minuman dingin yang ia beri "Lagi ada masalah ya?"
Kara mengambil minuman kaleng yang berada diatas meja, membuka kemudian meneguknya sampai habis.
"Makasih" Bukannya menjawab kara malah berucap terimakasih sambil mengelap mulutnya, meremukkan kaleng yang berada ditangannya untuk menyalurkan emosinya yang selama ini ia tahan.
Aziel meringis, mengusap belakang lehernya tak tau harus mengatakan apalagi.
Kara meletakkan kaleng yang sudah abstrak bentuknya diatas meja "Kak aziel ngapain disini?"
"Hmm" Aziel menjeda kalimat, mengulum bibirnya sebentar "Bisa dibilang lagi mengenang ruangan ini"
Kara merogoh sakunya, menyodorkan tisu kearah aziel. Pasti pemuda ini tengah sedih sekarang.
"Ngapain nyodorin tisu?" Tanya aziel dengan alis yang terangkat, beberapa detik kemudian terkekeh "Gue gak sedih kali. Gue cuma mau liat ruangan ini sebentar, karena nanti kalo gue kangen gue belum tentu bisa kesini"
"Kak aziel ngomong gitu kayak mau pergi jauh aja" Kara meletakkan tisu yang tadi ia sodorkan diatas meja, mengambil pulpen kemudian mencoret coret tisu tadi.
"Bisa dibilang gitu si" Aziel menyodorkan sebuah kertas kearah kara.
Kara mengambil kertas itu dengan alis yang terangkat "Apanih?"
Aziel mengangkat bahunya "Barangkali lo mau ikut"
Kara membaca kertas yang berada ditangannya tentang formulir pertukaran pelajar kelas dua belas di jerman dengan lanjutan universitas yang sudah ditentukan "Kak aziel..."
"Iyaa gue mau kuliah dijerman. Oh yaa itu formulir program pertukaran pelajar, barangkali lo mau ikut" Aziel menepuk pundak kara, berdiri kemudian berlalu dari sana.
Kara menatap kertas yang berada ditangannya. Haruskah ia ikut kemudian pergi meninggalkan semuanya disini. Ah aziel bukannya membuat tenang malah menambah kebingungan saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCE [END]
Подростковая литератураKara syazerra seorang siswi yang mendapatkan beasiswa di sekolah Arsen International High School (AIHS) Sekolah ini didirikan oleh keluarga Arsenio, tempat tinggal kara saat ini yang dihuni oleh 7 orang pria tampan dengan karakter yang berbeda beda...