(32) Kita bukan siapa siapa!

28K 2.5K 197
                                    

Kara berjalan menyusuri koridor AIHS ditemani dengan dion yang mengekori ingin mengajak kara untuk menjadi kandidat ketua osis ditahun ini.

"Kak kara, ayolah ikut" Dion tak henti hentinya mengajak kara untuk menjadi timnnya "Kak kara calon ketosnya, nanti dion waketosnya"

Kara menghela langkahnya terhenti menatap dion yang terotomatis ikut berhenti, sudah keberapa kalinya kara menolak tapi tetap saja dion tak mau menyerah.

"Gak bisa dion. Gue sibuk, ada olimpiade terakhir gue di akhir tahun. Gue gak bisa dampingin lo, cari yang lain aja"

"Dion juga ada olimpiade kak, kita sama sama sibuk tapi dion tetep ikut" Tangan dion terangkat memperbaiki kacamatanya yang sedikit miring.

"Maaf, gue gak mau nyalonin diri lagi. Gue rasa Arthur mau kalo lo ajak, jangan gue" Kara menepuk pundak dion, semoga saja pemuda ini mengerti bahwa ia tidak mau menambah tanggung jawabnya dengan mencalonkan diri menjadi kandidat ketua osis.

"Kak kara, please"Lirih dion dengan wajah melas. Kedua tangannya bergerak menggenggam tangan kanan kara.

Kara melepaskan tangannya yang digenggam oleh dion, entah kenapa ia merasa tak nyaman.

"Kalau dia gak mau, jangan dipaksa!"

Dion dan kara menoleh kearah sumber suara yang tiba tiba datang entah dari mana.

Kara menyeringit "Kak alland?" Sejak kapan pemuda itu berada dibelakangnya?

Alland mendekat, merangkul bahu kara "Jangan paksa pacar gue. Awas lo!"

Dion sedikit menunduk, membenarkan letak kacamatanya yang sedikit merosot.

"Jangan didengerin, kak alland emang gitu orangnya" Kara menyikut pinggang alland, karena perkataan alland, lihatlah sekarang dion menjadi mendadak kaku dan tidak nyaman.

"Dih, apaan?" Alland menatap kara tak terima. Apa maksud perkataannya tadi itu?

"Kalian beneran pacaran?" Tanya dion sedikit mengangkat kepalanya.

"Iya!"

"Enggak!"

Kara menggeleng sementara alland mengangguk secara bersamaan. Mereka berdua saling pandang tak terima

Dion terlihat bingung mendengar jawaban yang berbeda dari dua sejoli yang berada dihadapannya itu. Namun ia lebih mempercayai jawaban dari kara.

"Ehmmm-- dion permisi dulu yaa kak" Dion sedikit menunduk hormat dan pergi menuju gerbang AIHS.

Kara melepas rangkulan alland dengan kasar dan berjalan kearah parkiran.

Kondisi AIHS tidak ramai, hanya ada beberapa orang yang berjalan menuju gerbang AIHS untuk pulang kerumah mereka masing masing mengingat bahwa sekarang sudah pukul lima sore.

Kara masuk kedalam mobil, bersamaan dengan alland. Alland tadi siang sudah mengabari kara bahwa sepulang dari kampus ia akan menjemput kara langsung di sekolah.

Kara mengiyakan saja. Lagipula ia tidak ingin pulang bersama darrel, pemuda itu benar benar membuat kara tak bisa berkata kata karena kebrutalannya dalam membawa motor.

Alland melajukan mobilnya pelan, sementara kara mengeluarkan ponselnya.

Kara membuka aplikasi WhatsApp, menyeringit ketika melihat chat sean. Kara membuka room chat sean dan menghela napas ketika tau bahwa alland telah membuka dan membalas chat untuknya.

"Kak" Panggil kara pelan yang dibalas deheman oleh alland tanpa menoleh "Lain kali tolong hargain privasi orang"

"Hah, maksudnya?" Alland menoleh dengan dahi yang berkerut tak mengerti maksud perkataan dari kara.

7 PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang