Part 22

206 8 0
                                    

"Woy... Maju lo. "

"Anjritt..."

"Bim, lu lari sebelah sono."

Bima berlari ke arah yang di tunjuk di sana sudah banyak anak-anak LASKAR menit bertambah satu demisatu dari mereka berjatuhan.

Saga memukul lawannya dengan bertubi-tubi menendang, memukul hingga lawannya tumbang tak berdaya. Saga bisa terlihat kalem dan friendly namun jika sudah ada yang berani mengusiknya Saga yang kalem dan friendly hilang berganti emosi dan kebringasan.

Lapangan yang semula tenang menjadi tempat sparring antar dua genk, LASKAR datang dengan menantang JAGUAR mereka beradu kekuatan siapa di antara mereka yang paling kuat jika JAGUAR memang mereka rela membagi setengah dari daerah kekuasaannya.

Ngiungggggg...ngiunggggggggg...
(Anggep aja suara sirine ya)

Semua orang disana berhenti dan berlari terbirit-birit LASKAR mengakui kekalahan dan kabur dengan membawa anak buahnya yang terluka. Begitu dengan JAGUAR mereka berlari menghindari polisi dan lari menyelamatkan diri.

"Woyyyy... Anjing ada yang ketinggalan."Teriak Andra.

Mereka berbalik arah dan membantu lima orang temannya yang terluka,Saga tidak akan meninggalkan anak buahnya begitu saja dan menyelamatkan diri sendiri dia sebagai laki-laki plus merangkap sebagai ketua harus bertanggung jawab.

"Bawa cepetttt.!! "Perintah Saga.

"Berat banget badan lu Mal."Dumel Andra.

"Anjir lu."Saut Akmal dengan suara yang lirih.

Semuanya sudah berada di basecamp deru napas yang belum sempurna teratur wajah babak belur jika kita yang melihat itu pasti sangat sakit dan tidak ada untungnya sama sekali, namun mereka berkata lain hasil tonjokan itu adalah hasil seni yang sangat Bagus.

Mereka bilang seperti ini "INI BARU LAKI."

"Asik lah dapet wilayah baru kita."Bangga Saka.

"Kaga sia-sia muka ganteng gue babak belur."Lanjut Saga.

"Tulang gue berasa salah alamat."Rengek Ucup.

"Mana ada tulang salah alamat bego."Maki Juna.

"Suka-suka tulang gue lah mau kemana."Sewot Ucup.

"Bener-bener sakit ni bocah."Sambung Arion.

Saga ingat jika hari ini dia harus menemani Nara ke rumah sakit tapu dengan keadaannya yang seperti ini dia tidak mungkin bisa pulang, walaupun kakaknya tidak bisa melihat Aga pasti bertanya ini dan itu.

"Bim, lu ke rumah gue temenin kakak gue ke rumah sakit."Suruh Saga.

"Lah napa kaga lu bos."Tanya Tito.

"Muka gue ke gini mana bisa gue pulang yang ada Aga bakal tanya,lagian luka si Bima kaga parah-parah amat."Jelas Saga.

Bima mengangguk dan berlalu dari sana, sebelum itu dia berganti baju yang sudah ada di sana sebelum meluncur ke rumah Saga.

"Bawa mobil."Lanjut Saga.

Bima mengacungkan jempolnya dan berlari ke arah mobilnya. Tidak butuh waktu lama dirinya sudah berada di pekarangan rumah Saga sebenarnya dia takut jika Nara bertanya di mana Saga apa yang harus dia jawab, ahh... Pasti bisa kalo kepepet.

Aga melihat Bima yang berjalan ke arahnya dirinya bingung omnya belum pulang tapi mengapa temannya kemari.

"Eh... Ada Aga mamah mana?."Tanya Bima.

"Ada di dalem."jawab Aga.

Bima mengangguk dan berjalan masuk, dia melihat Nara sedang duduk di atas sofa. Rasa deg-degan datang dia takut salah menjawab.

"Ka."Panggilnya.

"Bima, ada apa Saga belum pulang."Jawan Nara.

"Gue tau, si Saga ada urusan jadi gue mau jemput lo buat ke rumah sakit."Jelas Bima.

Dia mengigit bibirnya dengan cemas.

"Oh, bentar ya kakak ganti baju dulu."Nara berlalu.

Bima berjalan ke arah teras rumah di mana Aga bermain tadi, dirinya duduk dan mulai berbicara dengan Aga walaupun apa yang Aga bilang dirinya tidak mengerti.

"Den, non Nara sudah siap."Bibi yang bertugas di sana memberi tahu.

"Oh ok bi."Jawab Bima.

"Om ama mamah mau kemana?."Tanya Aga.

"Mau ke rumah sakit Aga ikut ya Ayu."Aga menggangguk.

Bima mendorong kursi roda Nara dan Aga yang berjalan di sampingnya menuju mobil.

"Ka, sorry ya gue gendong lo."Bima meminta ijin terlebih dahulu.

Nara tersenyum, Bima yang mendapat ijin pun membantu Nara untuk duduk di mobil begitu juga dengan Aga dia tidak mau duduk di belakang melainkan ingin duduk dengan Nara.

Tiga puluh menit perjalanan akhirnya sampai di mana ayahnya bekerja, Bima membantu Nara dan masuk ke dalam. Aga yang Setia memegang kemeja yang di gunakan Bima.

Mereka harus mengantri disana sudah banyak orang yang mengantri Bima memangku Aga di pangkuannya. Nara yang sedari tadi diam dia tahu apa yang di rasakan Nara sekarang.

Beberapa ibu-ibu dan anak muda lainnya memperhatikan mereka bertiga ada yang berbisik-bisik

"Lucu deh dedeknyaa."

"Bapanya juga ngga kalah lucu."

"Iri deh gue."

"Serius mereka suami istri."

Begitulah desas-desus yang Bima dengan mungkin Nara juga mereka dikira pasangan suami istri yang benar saja dirinya bahkan belum lulus SMA.

"Sakit apa nak?."Tanya salah satu ibu-ibu.

"Saya mau cek mata lusa saya akan oprasi donor mata bu."Jelas Nara.

"Semoga operasi kamu lancar ya nak."Doa sang ibu.

Nara berterimakasih dan tersenyum.

"Ini suami dan anaknya?."Tanyanya lagi.

Bima seperti tersedak ludahnya sendiri bisa ae si ibu.

"Dia adik saya dan ini anak saya bu."Ibu itu hanya tersenyum.

Nama Nara sudah di panggil Bima berpamitan kepada ibu-ibu itu dan masuk ke dalam.

Sekitar setengah jam Nara di periksa di dalam Bima dan Aga duduk di depan kursi dokter menunggu Nara keluar. Bima melihat pemeriksaan sudah selesai dan membantu Nara untuk duduk di kursi rodanya.

"Mba Nara seminggu lagi sudah bisa menerima donor mata."Jelas dokter Sinta.

"Yang bener dok?."Tanya Bima.

"Iya,Mba bisa langsung urus administrasinya."jelas dokter lagi.

"Ok,terimakasih dok."Bima bersalaman dengan dokter Sinta dan berlalu keluar.

Bima mengantar Nara dan Aga kerumah dengan selamat dan waktunya memberi laporan kepada bosnya jika tugasnya sudah selesai dengan tuntas dan mengantar kakak dan keponakannya dengan selamat sentosa.







HALOOO....SEMUA... KEMBALI DENGAN SAGA...

JANGAN LUPA BINTANG YA KAKAK...

TERIMAKASIH :)

SAGA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang