Part 33

196 12 1
                                    

Satria berhenti di salah sati rumah sedikit mewah mungkin gadis yang di boncengnya termasuk orang kaya.

"Makasih ya."Satria mengangguk.

"Gue duluan."Nada mengangguk.

Suara deruman motor menyala, Satria menoleh dan melambaikan tangannya lalu melaju dengan kecepatan sedang.

Raya berjalan memasuki gang rumahnya masih beberapa rumah lagi terletak tempat tinggalnya namun suara gaduh sudah terdengar, kaki jenjangnya melangkah dengan besar saat membuka pintu rumah semua barang berantakan tidak pada tempatnya.

Matanya mencari-cari keberadaan ibunya suara teriakan membuatnya berlari ke arah sumber suara. Alangkah terkejutnya sang ibu tengah di siksa oleh ayahnya.

"Ayahhh! Lepasin ibu yah."Teriak Raya sembari berusaha menyingkirkan badan sang ayah.

"Dari mana kamu jam segini baru pulang?!."Bentak Herman.

"Aku emang baru pulang yah."Jelasnya sambil menangis.

"Belajar bohong kamu ya."Herman mengambil gayung berisikan air dan menguyurnya.

"Kalian berdua sama saja merepotkan."Herman membanting gayung tersebut dan berlalu pergi.

Raya segera memeluk ibunya mereka berdua sama-sama basah, dengan pelan Raya membantu ibunya untuk berdiri.

Saga baru saja memarkirkan motornya di garasi rumah suara teriakan melengking Aga sudah terdengar.Saat memasuki rumah suara tangisan Aga lebih terdengar jelas dia melihat bocah itu tengah berguling-guling di karpet ruang tamu dan kakaknya yang hanya duduk memandang Aga.

"Bocil napa nangis dah suara lo itu kedengaran ampe luar."Aga masih saja menangis.

"Napa si kak?."Tanya Saga.

"Dia nanyain Gatta waktu kakak bilang ngga ada dia nangis liat tuh."Benar saja saat menangis pun mulut kecilnya memanggil-manggil musuhnya itu.
"Papahhhh!!! Huhu... Hu.... "Nara hanya bisa diam dari tadi dia berusaha menggendong namun tetap saja.

"Aga papah lo itu lagi sibuk."Jelas Aga.

"Ndaa!! Aga mau papahh... Huuu.. Huuu."Ucap Aga sambil menangis.

"Gimana ni?."Tanya Nara.

"Bentar gue punya nomor dia kaga."Saga mengotak-atik hpnya.

Dan ternyata ada sejak kapan dirinya menyimpan nomor si kuman itu.

Tutttt...

Tutttttt...

"Halo."

"Kuman sini lo ke rumah gue."Ucap Saga to the point.

"Apaan lo suruh-suruh gue."Jawab Gatta dengan sinis.

"Anak lo nangis kaga denger lo budek."Saga mulai emosi.

"Bentar gue otw."Tutt.

"Dia lagi otw."Nara mengangguk.

Aga masih menangis sesenggukan Nara yang melihat itu merasa kasihan napasnya yang tersendat-sendat.

"Aga sini yu sama mamah."Aga menggeleng dan terus menangis.

"Pa-pah."Ucapnya terbata.

Aga duduk di pojokan kursi sembari menangis memanggil papanya. Suara bel berbunyi bi Minah tergopoh-gopoh untuk membukakan pintu dan Gatta datang dengan penampilan yang di bilang kurang rapij celana jeans yang di bagian lututnya sobek, kaos putih dan jaket kebesarannya yang di bagian dada kanan bertulis leader.

Gatta berjalan masuk dan mendengar suara Aga menangis mata elang hanya melihat Nara yang tengah duduk di bawah beralaskan karpet.Nara menunjuk ke arah pojok kursi ternyata bocah itu masih menangis.

"Aga, itu papah."Aga menoleh dan merentangkan kedua tangannya sembari menangis.

Gatta meraih tubuh kecil Aga ke dalam gendongannya, Aga membenamkan wajahnya ke ceruk leher Gatta.Gatta meringis mendengar Aga menangis sesenggukan sesekali tangangannya mengucap air mata Aga.

"Pa-pah... Huu.. Hu..."Tangisnya.

"Aga tau kan kalo mau jadi anak gue ngga boleh nangis."Aga mengangguk di dalam ceruk leher Aga.

Nara yang melihat itu tersenyum, Gatta keluar rumah menuju teras mengajak Aga dalam gendongannya. Di ambang gerbang rumah Gatta melihat ke kanan dan kiri Aga sedari tadi hanya diam, ibu-ibu lewat dan menyapa Aga.

"Eh... Aga kenapa?."Tanya ibu-ibu itu.

Gatta tersenyum terpaksa sangat aneh memang jarang sekali kelewat tidak pernah merespon orang yang menegurnya.

"Oh... Ada papahnya ya."Sahut ibu-ibu yang lain.

"Pantes Aga ganteng turunan papahnya toh."Gatta seperti tersedak air liurnua sendiri.

"Mari mas."Gatta mengangguk.

Gatta kembali ke dalam dan melihat-lihat bunga yang di tanam oleh Nara jenis bunga di sana lebih dominan bunga Mawar. Suara dengkuran halus terdengar tepat di telinga Gatta ternyata Aga tertidur.

Dia berjalan ke arah rumah untuk menidurkan Aga dikamarnya.

"Aga tidur?."Tanya Nara.

"Emm."Jawab Gatta

Saat Gatta ingin memberikan Aga ke tangan Nara bocah itu bangun dan menangis tidak ingin di turunkan Gatta menghela napas dan memilih duduk lesehan di sebelah Nara.

Saat Saga ingin keluar dari rumah pandangannya tertuju ke arah dua orang yang tengah duduk berdua di ruang tamu matanya amat jengah.

"Berduaan mulu awas ada setan."Nara terkejut begitu pun dengan Gatta.

"Mau kemana kamu?."Tanya Nara.

"Main."Jawab Saga dan langsung pergi begitu saja.

Saga menjalankan motornya menuju basecamp hari ini rencana membereskan basecamp yang sudah berapa abad tidak di bersihkan seperti kandang sapi dan mereka para sapinya.

Saat sampai dia membua helm fullfacenya dan berdiri memandang basecamp yang sudah satu tahun dia tempati, bangunan dua lantai dan beberapa bendera bergambar gengnya berkibar di depan.

Bangunan tersebut lumayan tidak bisa di jangkau dari keramaian namun hanya satu dua orang penduduk yang lewat dan tahu siapa yang menepati bangunan itu segerombolan anak motor yang selalu berkumpul.

Keenam sohibnya datang dan mulai membersihkan area depan dan belakang basecamp, sofa-sofa yang di rubah posisinya dan yang lainnya menyapu dan membersihkan debu.

Di area basecamp memang terdapat sekelompok pemulung yang membangun rumahnya di sana jadi tak heran jika banyak anak-anak yang membawa karung dan mendekati basecamp untuk mengambil botol-botol dan kaleng yang mereka buang.

"Bang, kita boleh ambil botol-botol ini?."Tanya bocah sekitar berumur empat belas tahun.

Satria menoleh dan melihat tiga bocah dengan penampilan kotornya.

"Ambil aja, bentar di dalem mungkin masih banyak."Satria berlari ke arah dalam.

Matanya tertuju pada dua kantong plastik besar di pojokan ruangan.

"Ga, gue kasih ini ke anak ono ya."Saga menoleh dan mengangguk.

"Nih, lumayan lah."Bocah itu menerima dan berterimakasih.

Mereka memang anak motor yang di takuti namun masih ada sedikit rasa kemanusiaan di sana apalagi kepada orang-orang yang kemah seperti mereka yang membutuhkan uluran tangan.










Sekian terimakasih

SAGA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang