Matahari menyapa para penghuni bumi, Gatta merasakan sesuatu menyentuh wajahnya ternyata makhluk yang sedari tadi menganggu tidurnya adalah Aga.
"Papahhh."Sapanya dengan diiringi senyuman.
"Ini masih pagi Aga."Gumamnya menurut Gatta sekarang masih sangatlah pagi.
"Ndah tiang papah."Aga menarik-narik lengan Gatta.
Gatta bangun dan berjalan dimana Aga arahkan ternyata ruang makan di sana sudah ada Nara dan Saga. Saga yang melihat itu langsung memunculkan aura ketidaksukaan dia menggigit rotinya dengan kasar.
"Silakan di makan."Nara memberikan roti yang sudah di olesi dengan selai dan segelas susu.
"Enak bener berasa sultan."Sindir Saga.
Gatta hanya melirik dengan sinis apa-apaan bocah ini pagi-pagi sudah membuatnya kesal.
"Saga, jangan banyak bicara habiskan rotinya dan pergi sekolah."Omel Nara.
"Yayaya."Jawabnya dengan malas.
Saga meraih tasnya dan berlalu pergi, Aga sedari tadi merecoki Gatta makan kesabarannya tengah diuji rasa kesal mulai menyelimuti.
"Aga, ngga boleh gitu om Gatta mau sarapan nak."Nara memperingati.
Aga menolehkan kepalanya menghadap Gatta dengan wajah lucunya.
"Maaf papah."Ucapnya.
Gatta tersenyum dan menyuapi roti miliknya ke dalam mulut mungil Aga.
Jam menunjukkan pukul 06.30 Saga sudah datang ke sekolahnya rekor muri menurutnya jam segini waktu subuh untuknya. Para murid belum semuanya datang hanya murid-murid teladan dan yang mendapatkan tugas piket saja.
Dirinya tidak masuk dua-duanya yang pertama anak teladan Saga jauh dari kata teladan menurutnya masa SMA harus di nikmati dengan baik-baik sekarang boleh nakal kalo udah tua baru tobat, yang kedua piket seumur hidup dirinya sekolah tidak pernah melaksanakan piket dia sengaja menghapus namanya di papan piket dan dia akan beralasan mules, sakit perut, rambut patah tulang, kaki pusing dan masih banyak akal bulusnya.
Saga nelempar tasnya ke atas meja dan menarik kursi agar berjejer tiga dan walahh... Bagaikan pak tarno kursi-kursi itu berubah menjadi kasur portabel. Segera dia rebahkan badanya dengan perlahan merasakan kenikmatan dan kesunyian sunguh-sungguh surga dunia.
Baru saja surga itu datang dan tiba-tiba pergi dengan keributan teman-temannya, dirinya geram dan langsung melempar mereka dengan ranselnya.
"Anjir punya siapa ni."Omel Andra.
"Gue, apa?."Satria terkejut.
"Kaget gue babi."Maki Ucup.
"Lo? Tumben berangkat subuh-subuh gini?."Tanya Damar.
"Terus napa lo lo semua dateng tengah malem gini mau ngelonte?."Saga kesal sebab semua orang pasti menanyakan mengapa dirinya datang sepagi ini.
Apa salah jika dirinya datang pagi, sekarang dia tengah mentaati peraturan sekolah untuk datang tepat waktu walaupun mungkin hanya hari mungkin tidak tahu besok, lusa, atai suatu hari nanti.
"Ini sekolah curut."Jawab Saka.
"Bangga ni gue bisa dateng sepagi ini."Racau Andra.
"Halah, bilang ae lo abis di omelin emak lo."Ledek Arion.
"Emak gue kaga ada dodol lupa lo!."Sahutnya dengan geram.
"Woles bebek, gue tendang juga lo."Celetuk Satria.
"Bos, gimana ama si kuman?."Tanya Andra penasaran."Aman, kesel anjir gue rasa pen gue kunyah trus gue telen."Ucapnya dengan menggebu-gebu.
Mereka yang mendengar bergidik ngeri.
"Serem juga lo bos."Celetuk Andra.
"Asal kalian tau tuh kuman dan macem bawangnya si Aga anjir,trus gue jadi di luapin kak Nara juga bikin gue keselll ahhh...bangsat gue rasa mau makan orang."Mereka masih Setia mendengarkan keluh kesah bosnya.
"Lo curhat bos."Celetuk Damar.
Saga yang asik dengan ocehannya seketika berhenti sedari tadi bicara ngalor ngidul dan jawabannya bikin hati mecelos.
"Sini."Panggil Saga.
"Kaga mau."Tolak Damar.
"Sini."Panggilnya lagi.
Damar berjalan dan mendekati Saga dann...
"Aduhhh... Anjirr ketek lo bau goblok."Jerit Damar.
Gelak tawa menggema di seluruh isi kelas yang masih sepi."Heh... Kadal gue dah mandi pake aer bunga sepuluh rupa."Ucapnya dengan percaya diri.
"Tujuh kali bos sepuluh kebanyakan."Ceplos Andra.
"Suka-suka gue lah mau sepuluh seratus seribu gue yang mandi ini lo yang repot."Semprot Saga.
"Semerdeka bos ae lah."Akhirnya Andra mengalah.
"Nah gitu sama bos harus ngalah."Andra memutar bola matanya jengah dosa apa dia punya sahabat plus bos macem gini.
Satu persatu mara murid datang karena lima menit lagi bel masuk akan berbunyi Saga dan teman-temannya asik mengobrol tidak karuan di pojok belakang yang di sana adalah sarang mereka.
Pelajaran ekonomi di mulai pagi-pagi sudah di suguhi dengan pelajaran menghitung penghasilan pengeluaran dan kurva membuat otak Saga berdengung.
Saga amat membenci pelajaran yang satu ini karena membosankan dan membuatnya pusing di tambah guru yang berbicara amat pelan membuat Saga dan teman-teman geram karena tidak bisa mendengar dengan jelas.
"Saga, coba kamu kerjakan soal ini."Pak Makmur menunjuk dengam spidol.
"Kenapa harus saya sih pak di kelas ini ada tiga puluh enam murid kenapa harus saya yang di tunjuk."Omelnya.
"Bapak maunya kamu."Saga sangat malas pasti dirinya yang menjadi sasaran.
"Punya dendam apa sih pak sama saya?."Saga mulai memberi jurus andalannya.
"Banyak omong kamu cepett."Dengan malas Saga maju dan menerima spidol yang Pak Makmur sodorkan.
Semua siswa memperhatikan ke depan melihat jawaban yang telah Saga jawab dan ternyata... Mata pak Makmur melebar memang anak ini otaknya terbuat dari apa.
Di sana tertera sebuah tulisan yang tertulis "KALO BAPAK MENGERTI KENAPA TANYA SAYA, JADI YANG GURUNYA BAPAK ATAU SAYA?."Murid kurang memang.
Semua murid tertawa tidak habis pikir dengan polah pikir Saga yang berani menantang para guru untuk battle dengannya.
"Udah ah pak saya ngantuk suruh si Andra aja pak."Saga berjalan kembali ke arah bangkunya tanpa bersalah.
"Sabarkan hamba ya allah."Pak Makur mengelus dadanya sambil beristighfar.
Bintang... Ayoo... Bintangnya dongg
Kalo ngga author suedihhhh....
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGA [COMPLETED]
Teen Fiction---- " Rasa ini akan selalu sama, yang membedakan hanya tempatnya, Lo di bumi gue di langit sar. " - Saga ---- kehidupan kakak beradik yang penuh cobaan dan lika-liku hidup. akankah kehidupan mereka berakhir bahagia? #start : 27 Desember 2019 #finis...