13. Bermaafan.

66 12 15
                                    

Sama-sama mengikhlaskan dan memaafkan semua yang terjadi dimasa lalu memang agak berat. Tapi itu harus dilakukan demi kebaikan dimasa kini.

***

Aruna merutuki kebodohan karena saat ini ia terlambat datang kesekolah. Untung saja pintu gerbang belum ditutup. Tapi sedihnya guru yang akan mengajar hari ini telah masuk kekelas mereka. Keadaan kelas sudah kondusif dan kini mereka tengah melakukan kegiatan rutin tiap harinya, yaitu menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersamaan.

Dengan menyipitkan matanya, Aruna melihat kedalam kelas dan berharap ada lagi yang terlambat selain dirinya. Tapi nihil, sepertinya tidak ada lagi yang terlambat.

Aruna berdecak pelan. Ia menyesal karena semalam ia malah begadang sampai pukul tiga pagi karena asik membaca novel yang ia bawa dari perpustakaan beberapa hari yang lalu. Novel bersampul kuning tersebut kini berada dalam genggamannya. Aruna mengangkat tangannya dan berusaha mengetuk-ngetuk novel tersebut.

"Gara-gara lo gue telat. Kenapa sih lo itu isinya bagus banget? Kan gue jadi jatuh cinta sekarang." ucapnya pelan.

"Aruna!" Suara tersebut membuat Aruna terkejut. Ia menengok kearah seorang wanita paruh baya yang merupakan guru bahasa Inggris.

Dengan langkah pelan Aruna menghampiri guru itu dan dalam hati ia pasrah jika akan dihukum pagi ini. "Iya bu?" tanya Aruna.

"Kamu sudah buat makalah yang saya tugaskan?" tanya miss Yustin.

Senyum Aruna merekah. Dirinya yang tak cemas kini menjadi kembali semangat. Dengan cepat ia mengeluarkan makalah dari tas berwarna merah muda itu dan menyerahkannya pada guru. "Ini makalahnya miss, sudah saya kerjakan sesuai yang diperintahkan."

Guru itu membalas senyum Aruna dan mengambil makalah milik Aruna dengan senang hati. "Bagus. Saya senang sekali sama kamu ini. Tetep jadi kebanggaan guru-guru disini ya, Na?"

Pujian sekaligus permintaan itu membuat Aruna tak kuasa lagi menahan senyumnya agar lebih lebar. Gadis berkacamata itu mengangguk antusias lalu mengangkat tangannya membentuk hormat.

"Siap miss!"

Setelah berbincang sebentar lalu tak lama berpamitan dengan miss Yustin, Aruna pun kembali berjalan menuju kelasnya. Tapi saat ia sedang berjalan, tiba-tiba ada yang menariknya kuat hingga membuat keduanya menjadi tak seimbang lalu terjatuh.

"Awas!" teriakan para pemain basket itu membuat Aruna sadar bahwa dirinya hampir saja terkena lemparan bola basket yang tak sengaja mengarah kepadanya.

Aruna berdiri dan melihat siapa yang sudah menolongnya barusan. Sedikit terkejut, namun ia langsung tersenyum kikuk saat melihat Sesillia yang sekarang masih dalam keadaan sedikit shock seperti dirinya.

"Maaf ya?" tanya salah satu anggota basket.

Mendengarnya, Aruna kembali mendatarkan wajahnya lalu mengangguk singkat sebagai jawabannya.

Kini Aruna kembali menatap Sesillia yang masih diam dan belum buka suara. Dengan inisiatif tinggi, akhirnya Aruna duluan lah yang membuka pembicaraan kali ini.

"Makasih banyak Ses." ucap Aruna sambil mencoba tersenyum walaupun sedikit agak canggung. Mereka memang satu kelas tapi hal itu tidak membuat mereka dekat. Aruna dan Sesillia memiliki circle lain, juga karena ada segelintir masalah yang terjadi diantara keduanya di masa lalu.

EVANESCENT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang