36. Kerandoman sang Bunda.

74 8 32
                                    

Aruna menyengir saat mendapat tatapan tajam dari bundanya karena telat sampai kerumah. Bilang jam 5 tapi hampir pukul 6 gadis itu baru juga memunculkan batang hidungnya. Hal itu sudah jelas membuat Ananda marah. Apalagi ibunya itu adalah tipe-tipe orang yang sangat over protective dengan anak-anaknya.

"Kamu kemana aja sih? Ngapain aja kamu disana?" semprot Ananda saat Aruna baru saja duduk dan membuka sepatunya.

"Kan Aruna nonton, habis itu makan, belum nongkrongnya, terus belum diperjalanannya makan waktu setengah jam lebih karena macet, terus—"

"Kamu jalan sama cowok?" potong Ananda padahal Aruna belum saja menyelesaikan ucapannya.

Gadis itu menelan ludahnya susah payah. Sampai berapa kali lagi ia harus berbohong agar bundanya itu percaya dan tidak jadi memarahinya lagi?

"Enggak kok." balas Aruna.

"Awas kamu kalau sampe bunda tau kamu main-main sama cowok apalagi kalau sama Kelpin ataupun Adnan."

Peringatan yang Ananda layangkan membuat Aruna mencibir dalam hati. Jika berurusan dengan Kelpin pasti bundanya itu akan sinis padanya. Wanita paruh baya itu memang tidak menyukai jika Aruna berteman dengan Kelpin. Sebenarnya Kelpin baik, hanya saja tampangnya seperti kriminal.

Beda lagi kalau dengan Darren. Ananda begitu kepo dengan cowok itu sampai-sampai pernah waktu itu Anansa menanyakan bobot bibit Darren mulai dari siapa nama bapaknya, apa pekerjaannya, belum lagi dia berapa bersaudara, sukunya apa, saudara-saudaranya sekolah dimana saja, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang membuat Aruna kelimpungan saat menjawabnya.

Dan sejauh ini pertanyaan terandom yang pernah ditanyakan oleh Ananda adalah dimana rumah cowok itu, besar tidak rumahnya, lalu ada berapa kamar didalamnya. Aruna hanya bisa memijat pelipisnya yang nyut-nyutan karena ucapan Ananda  tempo hari.

"Kalo jalannya sama Darren?" celetuk adik laki-laki Aruna yang usianya masih sembilan tahun.

"Kak Darren." ralat Aruna.

"Iya sama kak Darren." ulang bocah itu.

"Kalo sama dia mah gapapa asal jangan aneh-aneh."

Lihat. Itulah jawaban Ananda yang membuat Aruna terperangah saat mendengarnya. Sesuka itukah bundanya itu pada Darren hingga ia menyetujuinya tanpa pikir panjang?

Jawabannya sudah pasti iya. Apalagi bundanya itu sering membangga-banggakan Darren karena dia tau bahwa Darren adalah cowok baik-baik, terkenal memiliki citra yang baik disekolah, termasuk murid yang pintar, belum lagi pernah waktu itu Darren main bersama yang lain kerumahnya lalu cowok itu numpang ibadah salat magrib yang pastinya Ananda dibuat terkagum-kagum pada cowok itu. 

Jangan lupakan bahwa Darren itu pintar matematika, dan sialnya Ananda tau akal hal itu karena Aruna tak sengaja keceplosan saat curhat tentang nilai ujian matematikanya yang anjlok. Sontak mengetahui kabar itu Ananda langsung menyuruh Aruna untuk belajar bersama cowok itu daripada harus les dan buang-buang duit karena ujung-ujungnya Aruna juga tidak paham.

Sudah, Aruna tidak mau membahas cowok itu lagi. Ia memutuskan untuk pamit membersihkan diri daripada harus meladeni Ananda lagi yang nantinya akan menanyakan hal-hal yang kelewat random.

***

Pagi ini ketika Aruna tiba di sekolah ia melihat Darren sedang latihan futsal bersama teman-teman satu tim-nya. Cowok itu terlihat gigih memperebutkan benda bulat tersebut. Ambisi Darren ingin masuk Timnas Indonesia benar-benar besar. Kemahirannya juga sudah tidak bisa diragukan lagi.

EVANESCENT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang