29. Calon makmum?

51 8 32
                                    

“Terkadang dunia ini tidak adil.
Aku yang dibuat jatuh hati, tapi orang lain yang ditakdirkan untuk memiliki.”

***

Aruna tersenyum mengingat kejadian tadi pagi. Hatinya menghangat ketika Darren selalu menyebut dirinya 'cewek gue' atau sebagainya. Tapi senyuman itu luntur seiring desahan kecil keluar dari bibirnya. Ia menunduk dan mencoba memejamkan matanya kala bayang-bayang suara Darren setelah mengatakan hal yang kelewat manis bahkan bisa menyebabkan diabetes itu tak lama keluar lagi kata yang menyebutkan bahwa dirinya hanya bercanda.

Selucu inikah Aruna hingga dijadikan bahan candaan untuk Darren?

Apakah pemuda itu tak pernah berfikir sekali saja tentang perasaannya yang selalu diobrak-abrik dengan sebuah ketidakpastian?

Walaupun Aruna tak menampik kalau dirinya mencintai pemuda itu, bahkan sudah dikategorikan tulus mungkin? Ah, kadang Aruna juga ragu. Tapi inilah yang terjadi.

Tidak. Aruna tidak mau egois dengan menyatakan perasaan yang makin hari makin menggebu ini kepada Darren. Kalau-kalau hubungan mereka hancur bagaimana? Aruna menggeleng kuat. Bisa-bisanya ia berfikir sejauh itu.

Membayangkan senyuman hangat yang dipancarkan cowok itu membuat Aruna terlena. Tatapan teduh yang menyejukan hati ini juga kalau diingat-ingat suka membuat Aruna lupa diri. Lupa kalau yang sedang berada dipikirannya itu cowok orang!

Gadis berkacamata itu melemparkan tubuhnya keatas kasur king size yang sebenarnya ditempati dirinya bersama adik perempuannya.

Oh iya, ngomong-ngomong Aruna memiliki dua adik. Satunya perempuan sedangkan satunya lagi laki-laki. Mereka semua masih kecil alias masih duduk di sekolah dasar. Aruna memang tidak terlalu dekat dengan keduanya. Ya, paling-paling adik laki-lakinya saja yang lumayan dekat. Berbeda dengan yang perempuan. Sifat keduanya sangat kontras. Walaupun Aruna kadang selalu bersikap dingin ketika dirumah, ia tidak berbohong jika sebenarnya Aruna sangat menyayangi mereka semua. Tak peduli seberapa besar tekanan yang ia dapatkan dalam rumah yang dia sendiri tidak bisa mendefinisikan apa arti rumah yang sesungguhnya.

Katanya, rumah adalah tempat pelabuhan terakhir untuk meluruhkan seluruh beban ketika sudah lelah berkelana jauh. Tapi nyatanya Aruna tak menemukan itu ketika ia berada dirumah. Keluarganya hangat, tetapi Aruna merasa masih ada yang kurang kadang. Entahlah, Aruna sulit mendeskripsikan itu semua.

Matanya terbuka kala Harry meneriaki namanya. Karena kaget, spontan Aruna langsung bangun dari tempatnya lalu keluar dalam kamar.

"Kenapa yah?" tanya Aruna dengan suara berat. Rasa kantuk itu terus menyerangnya.

"Kamu main hp dikamar?"

Apa-apaan ini? Jelas dirinya tidur dan mengistirahatkan segala jiwa raganya karena lelah dengan semua kegiatan duniawi ini.

"Aruna tidur."

"Oh." sahut Harry. "Ya udah kamu tidur aja. Awas sampe kamu ketahuan main hp kalau sudah malam. Ayah sita hp kamu."

Aruna mengangguk lalu pergi dari sana. Mendengar ultimatum yang diberikan Harry nampaknya tidak main-main, Aruna lebih memilih menahan dirinya agar tidak menyentuh benda pipih tersebut.

Jadilah sekarang Aruna melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi. Yaitu menjelajahi alam bawah sadarnya sambil melakoni mimpi-mimpi indah yang tak ia dapatkan dalam dunia nyata.

EVANESCENT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang