40. Darren kecewa?

55 4 27
                                    

"Emang bener-bener ya tuh cowok! Gila sih emang gak waras dia!" ucap Nayra berapi-api saat mendengarkan cerita Aruna bagaimana brengseknya Darren tadi yang sengaja menurunkannya sebelum gerbang karena takut dilihat oleh Livia.

Aruna sejak tadi hanya murung. Dia menatap langit biru yang kebetulan siang ini cerah sekali.

Langit saja cerah masa kamu tidak?

"Liat tuh anak anjing." bisik Nayra kala melihat kedatangan Darren bersama teman-temannya. "Lihat anak anjing, hey anak anjing."

"Nay." Aruna menahan Nayra yang sepertinya sudah nafsu ingin memaki Darren. "Please, jangan berulah." Mendengar lirihan Aruna yang seperti orang putus asa, Nayra pun mengurungkan niatnya agar tidak mengajak baku hantam cowok itu.

Sebenarnya Nayra tidak berani, hanya saja ia mau melampiaskan amarahnya pada Darren dengan sekedar memaki-maki aja deh. Tapi kalo dipikir-pikir takut juga sih, kalau tiba-tiba cowok itu ngamuk dan gak terima gimana? Makanya daripada diluapkan mending ditahan aja. Demi kebaikan bersama.

"Oke, demi lo." Aruna mendengus sebal saat mendengar alibi Nayra. Bilang aja gak berani, cibir Aruna dalam hati.

"Libur! Libur!" teriak Teo membuat kedua cewek itu kaget. Suara Teo benar-benar merusak pendengaran mereka.

"Heh bisa gak jangan jerit-jerit!" teriak Nayra kepada Teo.

Bukannya membalas, cowok bernama Teo itu menjulurkan lidahnya. "Emang gue peduli."

"Najis!"

"Gue mau balik." Nayra menahan tangan Aruna. "Jangan balik dulu."

Aruna menaikkan alisnya sebelah. "Mau sampe kapan disini? Sampe liat Darren boncengan lagi sama Livia?" Nayra melirik kearah Darren yang sedang menunggu Livia tepat didepan kelasnya. Nayra menggeleng lalu mengajak Aruna cepat-cepat pulang dan mengurungkan niatnya yang ingin Wifi-an sebentar di lorong.

***

"Kamu belum pulang?" tanya Livia yang melihat Darren menunggunya di depan kelas. Livia menunduk malu karena secara tidak sengaja, keduanya menjadi pusat perhatian.

"Nungguin kamu." ujar Darren. Livia tersenyum mendengar penuturan pacarnya itu. Hatinya juga menghangat karena Darren selalu memperlakukan bak seorang putri. "Vi, maafin aku ya."

Livia menatap Darren tak paham. "Maksudnya, aku gak bisa nganterin kamu pulang dulu hari ini. Besok aku bakal berangkat lomba futsal ngewakilin sekolah kita, jadi aku harus latihan sekarang."

"Iya gapapa." ucap Livia sambil tersenyum, menyembunyikan rasa kecewanya.

"Yang bener?" tanya Darren tak yakin.

"Gapapa, kak. Kamu latihan aja yang bener buat besok."

"Atau aku anterin pulang dulu aja gimana?"

"Gak usah aku gak mau ngerepotin kamu. Nanti kamu bakal telat juga kalau nganterin aku dulu." Livia dapat melihat jelas kalau teman satu tim Darren sudah berkumpul di lapangan dan sedang melakukan pemanasan. "Semangat ya lombanya!"

Darren membalas senyuman itu. "Pasti dong semangat, kamu nonton kan?"

"Aku gak bisa." cicit Livia. Dia tau Darren pasti akan kecewa karenanya. "Besok aku bakal ada latihan gabungan sama temen-temen ekskul silat aku. Maaf ya?"

EVANESCENT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang