“Mengapa kamu secandu itu bagiku, sedangkan aku secanda itu bagimu."
***
Aruna menatap cermin yang ada didepannya. Wajahnya nampak lesu pagi ini. Dari jam tiga pagi ketika dia mendapat chat dari Nayra bahwa nanti Darren akan mengajaknya berbicara serius membuat dirinya kepikiran dan sampai pagi dia tidak tidur.
Akhir-akhir ini juga jam tidurnya berantakan. Belum lagi jadwal les yang membuatnya lelah jiwa raga karena selain les disekolah Aruna juga memiliki tambahan les diluar. Sampai dirumah dia harus mengerjakan PR, latihan-latihan soal ujian, membaca pelajaran untuk besok, dan tau sendiri bukan bagaimana tertekannya dirinya sekarang?
Apalagi tau Darren akan berbicara, membuat Aruna panik bukan main. Aruna takut, kalau nanti ternyata semuanya tak sesuai ekspektasi. Kemungkinan presentase ending bahagia sangatlah kecil. Keadaannya saja seperti ini. Mana mungkin Darren akan memilih dirinya sedangkan cowok itu saja masih menyayangi Livia.
Pacar Darren adalah Livia. Dia sangat mencintainya dan untuk putus?
Mustahil.
Aruna bisa melihat sendiri bagaimana Darren teramat mencintai gadisnya itu. Bagaimana memperlakukan Livia bak ratu, melindunginya, menjaganya, dan masih banyak lagi.
***
Aruna tiba disekolah bersamaan dengan Darren yang kebetulan datang pagi kali ini. Biasanya cowok itu akan berangkat agak siangan, mengingat rutinitas paginya yang pastinya akan memakan waktu lebih. Aruna mempercepat langkahnya menghindari Darren sebisa mungkin. Dirinya masih takut menghadapi kenyataan yang mau tidak mau harus dihadapi nanti. Aruna belum siap. Dia belum mau menghadapi permainan semesta yang selanjutnya.
Sampai dikelas Aruna melihat Kelpin bersama Bara yang sudah nangkring dibangkunya. Mereka seenaknya makan diatas meja. Bau uduk menyeruak dan mendadak Aruna mual menyiumnya. Faktor buruknya mood memang berimbas kemana-mana.
"Pergi gak?!" usir Aruna kesal saat melihat mejanya ada bekas minyak-minyak. Dia paling tidak suka kalau mejanya kotor apalagi kalau ada aroma-aroma tak sedap. "Kalian ngotorin meja gue tau gak sih!"
"Numpang makan aja lebay bener." ucap Kelpin santai. "Baru dateng udah marah-marah. Tetangga gue kemaren kayak gitu besoknya masuk rumah sakit."
"Demi apa?" tanya Aruna lugu.
"Gak percaya."
"Ih amit-amit jangan sampe!"
Bara mendengus kesal. "Bego lo, mauan aja dikibulin sama dia." kata Bara pada Aruna membuat cewek itu tersadar kalau sudah dibodohi dan menatap sengit Kelpin yang sedang cengar-cengir.
"Sialan." maki Aruna. "Udah sana pergi!"
"Iya ini gue pergi." Bara mengalah. Cowok itu mengangkat mangkoknya lalu pindah tempat.
Aruna tersenyum kala Bara nurut dan pindah, tapi senyumnya seketika luntur saat Kelpin juga pindah tapi malah menaruh sampah-sampah bekas makanan yang dia beli diatas meja Aruna.
Kelpin memang senang membuat Aruna naik darah pagi-pagi.
Baru saja Aruna ingin melontarkan makian, tapi tertahan diujung lidah kala ada murid kelas yang memanggilnya. Katanya dia dipanggil oleh guru dikantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT (COMPLETED)
Teen FictionNamanya Aruna, nama lengkapnya Aruna Langit Rinjani yang memiliki arti yaitu warna langit kemerahan di atas gunung Rinjani. Kalau kata Darren, Aruna itu beda dari yang lain. Aruna itu kalem. Aruna itu pengertian. Aruna itu baik banget. Intinya kalau...