63. Penantian yang terbalaskan.

33 2 5
                                    

Now playing: Katakan Saja — Khifnu feat Putri Delina.

“Kenyataan yang begitu pahit tak lain adalah kita sama-sama memiliki perasaan yang sama tapi takdir tak memperkenankan kita untuk bersama.”

***

Kelulusan menjadi momen yang dinanti-nanti bagi setiap siswa. Bak kemerdekaan dari penjajahan, mereka merayakan hari kemenangan ini dengan penuh suka cita. Tiga tahun sudah tak terasa mereka berjuang dalam masa putih biru. Kenangan-kenangan manis akan selalu tersimpan dan akan menjadi abadi.

Masa-masa indah telah dilewati. Suka duka telah dijalani. Kini, usai sudah fase putih biru mereka. Masih ada perjalanan yang harus ditempuh untuk menuju kesuksesan pada mimpi masing-masing. Perjuangan masih panjang. Biarkan waktu berjalan semestinya.

Aruna melihat teman laki-lakinya sedang merayakan hari ini. Mereka mencoret-coret baju kemeja putih mereka menggunakan piloks, ada juga yang saling memberikan tanda tangan, belum lagi membuat kalimat-kalimat di dinding gedung putih yang menunjukkan nama sekolah mereka.

Perasaan sedih jelas ada. Masih tak menyangka, sudah sejauh ini perjalanannya. Perasaan baru kemarin dia masuk sekolah menengah pertama diantar ayahnya lalu memasuki gerbang yang dipenuhi wajah-wajah yang tak dia kenal sebelumnya. Semua nampak asing, begitupun Aruna yang sangat pemalu itu tak tau caranya menegur mereka. Hingga waktu demi waktu berlalu Aruna mengenal satu persatu dari mereka. Sebagian menjadi sahabat yang paling berarti dan berperan penting dalam hidupnya. Kedekatan bak keluarga, seperti saudara tapi tak sedarah. Begitulah hubungan yang mendeskripsikan kedekatan mereka. Aruna berharap walaupun setelah pisah, kekompakan mereka tetap ada. Juga jangan saling lupa diri kalau mereka pernah sedekat ini.

Sibuk dengan lamunanya, Aruna tak sadar dengan kehadiran Darren yang ada didepannya. Aruna mengedipkan matanya beberapa kali saat Darren tengah tersenyum padanya. Baju pemuda itu terlihat bersih. Tak dicoret-coret seperti yang lainnya. Jangan lupakan jaket navy yang menutupi bajunya.

Senyum yang menghangatkan juga tatapan teduh itu membuat Aruna jatuh sejatuh jatuhnya pada pemuda itu. Senyum Darren menular hingga tak sadar Aruna juga melengkungkan bibirnya.

"Ikut aku." Darren menarik Aruna menjauh dari keramaian. Keduanya menaiki tangga untuk sampai ke lantai atas. Aruna mengikut saja dalam hati ia sibuk bertanya-tanya mau kemana Darren akan membawanya.

Rooftop.

"Aku suka ngeliat pemandangan dari atas sini." ucap Darren sambil menatap pemandangan dari atas gedung.

Pemuda itu membawanya ke rooftop. Aruna melirik Darren yang sedang menikmati semilir angin yang berhembus dengan wajah tenang. Beda dengan dirinya yang berusaha menyembunyikan 'gemetar' nya itu karena dia takut ketinggian.

"Kenapa kamu diem aja?" tanya Darren saat melihat Aruna tak kunjung memberikan respon.

"Aku takut ketinggian." cicit Aruna.

Darren tertawa saat tau Aruna yang takut akan ketinggian. Karena tak mau membuat Aruna begitu tertekan, akhirnya Darren mengajaknya menuju tengah agar tak terlalu dekat dengan batas pagar. Aruna pasti begitu ketakutan kalau melihat kebawah dari atas gedung tinggi ini.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu." ucap Darren dengan wajah serius.

Aruna mendadak tegang lagi kala melihat wajah serius dari pemuda itu. "Apa?" tanya Aruna.

EVANESCENT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang