“Rasanya tak sanggup aku berharap. Selain sadar diri siapa diri ini, juga aku takut kalau nantinya hanya rekayasa.”
***
Saat ini Aruna, Nayra, Keisha, Dara serta Sesillia sedang berada dirumah Aruna untuk mengerjakan tugas kelompok penjaskes. Mereka berlima juga sedang menunggu Darren dan teman-temannya yang akan datang terlambat karena satu hal.
"Kebiasaan deh ngaret." Keisha menyesap sirup yang dibuatkan oleh bunda Aruna.
"Sabar, mereka juga lagi beli bahan-bahannya." ujar Aruna.
"Emang apa aja sih barang-barangnya?" tanya Nayra.
"Gak banyak cuma pipa doang deh kayaknya." ucap Dara.
"Minep di toko bangunan deh kayaknya." ucap Sesillia.
"Asli nemen banget." timpal Nayra.
Suara klakson motor terdengar. Sudah ada Darren yang membonceng Bara dibelakangnya. Sedangkan Adnan dan Kelpin membawa motor sendiri-sendiri.
Mereka berempat masuk kedalam rumah lalu disambut hangat oleh Ananda. Bunda Aruna juga menyediakan jamuan untuk mereka.
"Tante pamit kebelakang dulu ya." pamit Ananda.
"Iya tante." sahut Darren sembari tersenyum sopan.
"Akbar mana?" tanya Nayra mencari keberadaan cowok itu.
"Balik duluan, ada urusan katanya." jawab Darren.
"Laper loh." ucap Adnan sambil memakan keripik yang disediakan. "Makan-makan geh."
"Buat dulu alat untuk estafet nya." ketus Aruna.
"Biar gue yang buat." Darren berdiri dari tempat duduknya. "Lo ada gergaji?" tanya Darren pada Aruna.
Gadis itu tak menjawab, melainkan hanya berdeham lalu meninggalkan semuanya. Selang beberapa menit, akhirnya Aruna kembali. Ditangannya ada sebuah gergaji lalu menyerahkannya pada Darren.
Cowok itu membawa gergaji itu keluar lalu memotong pipanya. Tak ada yang membantunya. Baik Adnan, Kelpin atau Bara ketiganya hanya asik bermain game diponsel mereka.
Aruna yang merasa tak enak ketika melihat sendirian duluan, entah mendapatkan inisiatif dari mana ia pun menghampiri cowok itu.
"Ada yang bisa dibantuin?" tanya Aruna dengan wajah datarnya.
Darren melirik Aruna dan tersenyum akan tawaran yang gadis itu berikan. "Gak usah, Na." tolak Darren.
Aruna diam dan memilih duduk tak jauh dari pemuda itu. Ia menopang dagu seraya menatap Darren yang sedang sibuk memotong pipanya. Dengan telaten pemuda itu mengolah pipanya tanpa kesusahan sedikitpun. Seolah sudah terbiasa.
"Biasa aja kali natap gue nya." ujar Darren.
"Dih emangnya siapa juga yang natap lo?" elak Aruna. "Gue cuma merhatiin cara lo nganuin pipanya."
"Iya deh percaya." ucap Darren terkekeh pelan.
Tak lama kemudian, Darren pun telah menyelesaikan kerjaannya. Ia mengambil sebuah pilox dan mengocoknya. Sudahnya, pemuda itu mulai menyemprotkan pada pipa putih yang sudah diamplas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT (COMPLETED)
Fiksi RemajaNamanya Aruna, nama lengkapnya Aruna Langit Rinjani yang memiliki arti yaitu warna langit kemerahan di atas gunung Rinjani. Kalau kata Darren, Aruna itu beda dari yang lain. Aruna itu kalem. Aruna itu pengertian. Aruna itu baik banget. Intinya kalau...