SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA FREN!
“Jangan mencintai orang yang sudah dimiliki orang lain, karena kamu bagaikan setitik debu yang akan dihembus angin.”
***
Aruna sedang makan malam bersama kelurganya. Niat hati untuk tidak makan malam, tapi melihat menu yang dimasak merupakan makanan kesukaannya Aruna langsung melupakan niatnya itu. Dia mengambil secentong nasi dan sepotong ayam bagian paha bawah yang dimasak semur oleh Ananda. Gadis itu makan dengan lahap. Sesekali giginya menggigit kerupuk yang disediakan.
Harry, ayahnya melihat putrinya makan dengan cepat itu hanya menggelengkan kepalanya. Aruna yang kalau makan sangat cepat itu memiliki sifat turunan dari ayahnya. Tak heran bila pria paruh baya itu melihat Aruna makan, seperti melihat dirinya sendiri.
Tak ada yang berbicara, semuanya sibuk menyantap makanan masing-masing. Keheningan itu hanya dihiasi oleh suara dentingan sendok yang beradu dengan garpu.
Harry menyudahi makannya. Disusul oleh Aruna yang juga telah selesai makan. Aruna bangkit tapi langkahnya terhenti karena suara Ananda. "Jangan tidur dulu." ucap Ananda membuat Aruna kembali ke meja makan. "Habis makan itu bersihin piringnya. Udah gak pernah bantuin masak, makan tinggal makan, jangan bersihin piringnya juga bunda."
Aruna diam tak menjawab. "Cuci piringnya. Udah gadis itu harusnya punya inisiatif sendiri, jangan apa-apa disuruh." ujar Ananda. "Kamu gak inget saudara kita yang ada di Lampung tempo hari? Usianya lebih muda daripada kamu tapi dia semua yang beresin kerjaan rumah, padahal dia anak perempuan satu-satunya. Coba kalau kamu yang kayak gitu? Mau gak?"
"Gak." ceplos Aruna dengan nada pelan.
"Berubah Aruna." ucap Harry tegas. Aruna menunduk kala kedua orangtuanya mulai memberikan kultum untuknya. "Harus mandiri, jangan bergantung dengan orang tua terus. Ayah ini sejak kecil sudah mandiri. Bisa membersihkan rumah, mengurus diri sendiri, bahkan sejak SMA sudah merantau gak tinggal sama orang tua lagi."
Aruna mencibir dalam hati. Mereka kira dia tidak bisa apa-apa? Jangan remehkan dia yang tumbuh di zaman milenial seperti ini tidak bisa mengerjakan apa-apa. Dia bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah mulai dari menyapu, mengepel, mencuci pakaian, mencuci piring, kalau masak juga bisa kok ya.. walaupun cuma beberapa menu.
Dan tolong jangan samakan zaman sekarang dengan zaman dulu yang pastinya berbeda. Sangat salah kalau mendidik anak dengan cara yang dilakukan orang pada zaman dahulu. Mereka berbeda generasi dan perubahan serta perkembangan itu terus ada.
"Dengerin kalau diomongin." ucap Harry dan dibalas dehaman saja oleh Aruna.
"Nanti kalau kamu sudah ditinggal orang tua baru tau rasanya gimana." timpal Ananda.
Aruna berdiri dan mengambil piring-piring kotor lalu membawanya kebelakang untuk dicuci. Sengaja, karena dia sudah tak bisa lagi mendengar ceramah mereka yang menurutnya hanya membuat hatinya sakit saja.
Gadis itu menghela nafasnya pelan. Entah mengapa dadanya tiba-tiba merasa sesak. Kepalanya juga memberat dan terasa kaku. Tak terasa matanya mulai perih dan dipelupuk sudah digenangi air. Aruna mencoba tak peduli dan melanjutkan pekerjaannya yakni mencuci piring.
Semakin hari Aruna semakin tertekan. Dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali diam. Aruna merasa hidupnya jika dirumah sangat monoton. Tak ada yang menarik. Rumah ini hidup dan banyak kehangatan didalamnya. Tapi entah mengapa, Aruna sering merasa kesepian, hampa, juga kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT (COMPLETED)
Teen FictionNamanya Aruna, nama lengkapnya Aruna Langit Rinjani yang memiliki arti yaitu warna langit kemerahan di atas gunung Rinjani. Kalau kata Darren, Aruna itu beda dari yang lain. Aruna itu kalem. Aruna itu pengertian. Aruna itu baik banget. Intinya kalau...