35. Queen of roasting.

67 7 24
                                    

"Karena sesungguhnya, dari luka itu kita bisa mengukur seberapa besar cinta yang ada."

***

Selalu ada harapan ketika dia berbicara. Juga ada kenyamanan yang membuatnya jatuh berkali-kali pada orang yang sama. Dia yang seolah akan memberikan kisah indah nyatanya hanya omong kosong belaka. Tak ada kepastian dalam hubungan ini. Jatuh cinta sepihak lalu patah hati sedangkan pihak lain masih asyik bermain-main dengan perasaan. Padahal perasaan bukan selucu itu untuk dijadikan bualan.

Sejauh ini Aruna tak menyesal jika cinta pertamanya akan seburuk ini. Tersenyum, bahagia, amarah, sedih, tangis semua bergabung menjadi satu hingga membuatnya bertahan sejauh ini. Bertahan pada secuil harapan yang persentase nya sedikit untuk memiliki akhir yang bahagia.

Padahal Aruna tau, berharap pada cowok itu adalah sebuah kesalahan terbesar. Walaupun berulang kali ditampar oleh kenyataan, tapi masih saja Aruna memeluk harapan itu.

Buktinya ia dari tadi hanya menatap nanar ponsel milik Nayra yang menampilkan room chat dari Darren yang membuatnya bertanya-tanya, apakah kebahagiaan akan berpihak padanya? Atau justru luka yang terlalu dalam ini akan berujung pada petaka dan mengakibatkannya merubah perasaan ini dari suka menjadi benci, mungkin?

"Kayaknya sebentar lagi bakal ada kejutan." ujar Aruna datar.

"Iya kejutan." balas Nayra. "Kejutan yang indah. Penantian panjang ini akan berakhir secepatnya, Na. Kita perlu nunggu waktu indah itu tiba."

"Bukan kejutan indah." bantah Aruna. "Itu semua gak mungkin, Nay."

"Perasaan manusia gak ada yang tau, Na." tegas Nayra.

"Takdir juga gak ada yang tau selain sang pencipta, Nay." balas Aruna. "Terus lo mau berharap kayak mana lagi setelah ini? Darren putus sama Livia lalu jadian sama gue?" Aruna terkekeh sinis. "Mustahil, emang lo gak liat sebesar itu cintanya Darren untuk Livia? Perlu bukti apalagi?"

Nayra bungkam seribu bahasa karena Aruna menamparnya dengan realita. Rupanya sahabatnya itu sudah tau ending dari kisah ini. Aruna benar-benar sehancur itu sekarang. Dirinya sudah pasrah akan permainan semesta entah yang akan membawanya pada akhir cerita yang seperti apa.

"Udalah disini gue juga salah. Kemarin harusnya gue gak usah baperan." ujar Aruna.

Gadis berkacamata itu mendengus sebal karena ponselnya terus berbunyi yang menandakan pesan dan telpon masuk dari Kelpin. Sepertinya cowok toxic itu selalu menggangu Aruna dimana pun ia berada. Dan Kelpin juga tidak bisa membiarkan hidupnya tenang sebentar saja.

Aruna memencel tombol hijau lalu langsung memarahi sang penelepon. "Apaan sih? Bisa gak jangan gupek?" tanya cewek itu galak.

"Galak amat sih lo." balas Kelpin tak kalah sinis. "Lo dimana?" tanyanya diseberang sana.

"Kepo amat." Lalu Aruna mematikan ponselnya karena malas meladeni Kelpin.

Kini ponsel Nayra lah yang berbunyi. Rupanya Kelpin menghubungi Nayra karena telponnya sudah dipatikan secara sepihak oleh Aruna.

"Apa?" tanya Nayra.

"Kalian dimana? Ini gue sama Adnan mau nyusul."

EVANESCENT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang