Pagi-pagi Aruna dibuat kaget sampai terbangun dari tempat tidurnya kala melihat foto yang dikirimkan oleh Keisha. Dalam foto itu nampak Aruna dengan tidak sengaja sedang tertidur di bahu Adnan. Gadis itu merasakan pipinya memanas juga sekaligus malu karena dengan tidak sadar ia melakukan hal bodoh. Apalagi teman-temannya yang terus mengejeknya habis-habisan walaupun melalui via WhatsApp.
Aruna mematikan ponselnya dan lebih memilih untuk membersihkan diri. Sebenarnya Aruna adalah tipe orang yang cukup malas untuk mandi di pagi hari. Tapi karena teriakan Ananda yang sudah memenuhi seisi ruangan, membuatnya mau tidak mau harus mandi dengan melawan segala rasa malas yang menyerangnya.
Gadis berkacamata itu termasuk tipe orang yang sangat lama ketika mandi. Hingga Ananda dibuat heran, apa yang dilakukan Aruna hingga setengah jam lamanya didalam sana. Sedangkan Aruna juga bingung, entah apa yang ia lakukan hingga memakan waktu sebanyak itu padahal saat mandi juga dirinya sama seperti orang lain yang melakukan ritual seperti sampo, sabun, sikat gigi, dan lain-lain.
Setelah selesai mandi dan memakai baju rumahan, Aruna berdiri didepan cermin untuk melihat wajahnya yang nampak pucat hari ini. Badannya jug sedikit tidak enak. Padahal kemarin-kemarin biasa saja. Ia mengambil sisir dan mulai menyisir rambut panjang kesayangannya.
"Aruna!!!" teriak Ananda dari luar.
"Iya bund!" balas Aruna tak kalah kencang.
"Cepet sarapan dulu!"
"Iya!"
Aruna meletakkan kembali sisir pink itu lalu memakai kacamatanya dan menghampiri keluarganya yang tengah sarapan pagi bersama.
***
Merayakan ulangtahun bukanlah kebiasaan dari keluarga Aruna. Tidak pernah ada acara tiup lilin ataupun memberi kado dan bahkan sekedar mengucapkan selamat ulangtahun. Mereka sama sekali tidak pernah merayakan hari ulangtahun. Sehingga bagi Aruna, hari bertambah umur itu tidak terlalu spesial baginya.
Hari itu juga nampak biasa saja seperti hari-hari yang lain. Hingga keesokan harinya Aruna bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah seperti biasa. Dengan wajah yang sedikit pucat Aruna tetap memilih pergi sekolah, tak mengindahkan Ananda juga Harry yang melarang putri mereka untuk tidak sekolah dulu hari ini. Tapi bukan Aruna namanya kalo hanya tidak enak badan sedikit langsung bolos sekolah. Dirinya tidak bisa sama sekali libur walaupun sehari, karena dapat dipastikan jika ia seharian di rumah akan dilanda gabut yang luar biasa.
"Aruna baik-baik aja bunda." ucap Aruna yang memang sedikit lemas.
"Kamu ini bandel banget diomongin." Ananda membuka lemari obat dan memberikannya pada Aruna. "Ini obatnya. Jangan kamu minum sekarang karena kamu bakal pergi naik motor." ucap Ananda memberi nasihat.
"Emangnya kenapa?" tanya Aruna polos.
"Nanti kamu mengantuk Aruna." jawab Harry.
"Minumnya setelah makan." ingat Ananda. "Atau pas istirahat nanti." Wanita paruh baya itu membawakan bekal itu Aruna yang berisikan makanan sehat. Tak ada selera untuk memakannya padahal Aruna baru saja melihat, belum mencoba.
"Bunda ngapain sih bawain Aruna bekal kayak gitu." ucap Aruna malas karena melihat ibunya banyak sekali memasukan tumisan brokoli kedalam wadah bekalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT (COMPLETED)
Teen FictionNamanya Aruna, nama lengkapnya Aruna Langit Rinjani yang memiliki arti yaitu warna langit kemerahan di atas gunung Rinjani. Kalau kata Darren, Aruna itu beda dari yang lain. Aruna itu kalem. Aruna itu pengertian. Aruna itu baik banget. Intinya kalau...