Orang Tidak Dikenal

359 64 8
                                    

     Mentari kembali beredar mengganti posisi bulan. Zehhad membuka kedua matanya dan melangkah turun dari dalam gerobak. Tubuhnya terasa sakit karena gerobak itu begitu kecil. Ia menatap gerobak itu. Hatinya sedikit tenang karena setidaknya ia masih dapat tertidur meskipun di dalam gerobak.

       Zehhad menatap pintu yang masih tertutup. Perutnya bersuara untuk meminta diberikan makanan. Tetapi pagi itu, sarapan pun tidak dia dapatkan. Zehhad tertunduk lesu. Ia tersenyum simpul kemudian melangkah menuju ladang untuk kembali membereskan pekerjaanya.

       Kakinya melangkah perlahan menelusuri jalanan setapak. Ia berhenti menatap sekitar, perutnya sudah sangat lapar. Kebetulan sekali, ia melihat pohon apel yang sedang berbuah lebat. Zehhad melangkah dan menaiki pohon itu.

         "Hei!"

        Zehhad menarik kembali tangannya yang sudah hampir memetik satu buah apel. Ia melihat seorang pria berpakaian serba putih sedang bertolak pinggang melihat Zehhad yang lancang memetik apel miliknya.

         "Turun dari sana! Atau aku akan membuatmu malu karena telah berani mencuri," ucap pria itu membuat Zehhad kembali turun.

         Perlahan Zehhad menapakkan kaki di atas tanah. Dia menatap wajah pria itu yang sepertinya tidak suka berada di dekat Zehhad. Zehhad hanya tersenyum simpul berusaha menahan lapar dan malu.

        "Kau sudah besar! Tidak pantas melakukan tindakan tercela seperti itu."

        "Maaf paman." Zehhad menurunkan pandangannya.

        Pria itu mengangkat tangannya hendak memukul Zehhad. Zehhad menutup mata siap untuk menerima pukulan keras. Namun yang terjadi sangatlah tidak di duga. Pria itu kembali menarik tangannya dan tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Zehhad.

        "Lucu sekali! Kau begitu ketakutan. Padahal aku hanya bercanda," ucapnya sambil tertawa.

         Zehhad mengangkat wajahnya kembali. Ia memerhatikan pria dihadapannya dengan penuh selidik. Perlahan kakinya melangkah mundur, Zehhad akan segera pergi dari kepanikannya.

         "Hei!" teriak pria itu membuat Zehhad menghentikan langkahnya. "Kemari sebentar!"

         Zehhad kembali berjalan menghampiri pria itu, "Ada apa paman?"

         "Bantu aku mengambil apel-apel itu. Aku sudah tua, tidak dapat memanjat pohon lagi."

        Zehhad tersenyum lebar. Ia segera naik kembali ke atas pohon dan mengambil beberapa apel yang ia simpan di dalam bajunya.

        "Tangkap ini!" Pria itu melemparkan kantung kertas yang cukup besar dan Zehhad menangkapnya.

        Ia mengambil satu persatu apel hingga tidak ada yang tersisa satupun. Setelah itu Zehhad kembali turun dan menyerahkan apa yang baru saja diambilnya pada pria itu.

         "Tunggu dulu!" ucap pria itu menghentikan Zehhad yang hendak pergi.

         "Apa ada paman?"

         "Terimalah ini." Pria itu memberikan beberapa buah apel pada Zehhad.

         "Terimakasih paman!" Zehhad bersujud di bawah kaki pria itu.

        "Sudahlah, jangan melakukan ini. Aku bukan seorang raja," katanya sambil membantu Zehhad berdiri.

        Pria itu menarik kantung kertas yang sudah diisi apel dan duduk di samping pohon.

        "Kemari, dan duduklah!" titahnya pada Zehhad.

         Zehhad mengikuti perintah itu. Ia duduk di samping pria itu dan mulai menggigit satu buah apel untuk menuntaskan rasa laparnya.

PALESTINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang