Majunda menggeliat merasakan betapa nyenyaknya dia tidur semalam. Dilihatnya Shabul yang masih tertidur pulas dengan posisi tengkurap. Ia kembali naik ke atas kasur dan mengecup kening Shabul.
Shabul mengernyit kemudian memindahkan posisi tubuhnya dan masih tertidur. Majunda pun beralih mendekati meja rias dan menatap cermin di sana. Rambutnya ia ikat dengan rapi, kuku-kuku tangannya di cat merah merona seperti darah. Ia tersenyum, menatap wajahnya yang berseri-seri.
Majunda kembali memakai tudung kain sari itu dengan rapi. Ia segera keluar dari dalam kamar dan meninggalkan Shabul sendiri di sana. Langkahnya terhenti di depan pintu hanya sekedar melakukan tarik napas. Ia tersenyum kemudian kembali berjalan.
"Ibu, aku sudah mencarinya kemana-mana tapi dia tidak ada!"
Majunda mendempet tubuhnya pada pilar yang besar. Ia memerhatikan dua manusia yang sedang asik berdebat. Samar-samar ia mendengar teriakan dan itu membuatnya semakin penasaran.
"Aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan."
"Em-em, tenanglah Shabir."
"Tidak bisa ibu! A-aku akan menelepon polisi."
Mendengar sedikit percakapan itu Manjunda menjadi sangat ketakutan. Jantungnya berdegup kecang sekali. Jari-jarinya meremas kain sari yang dikenakan. Ia sangat ketakutan untuk saat ini.
"Oke, tenanglah Majunda.... Kau pasti bisa menyelesaikannya," gumamnya pelan.
Majunda menghentikan kegiatan meremasnya. Ia segera berjalan dengan cepat menuju pintu masuk. Tatapannya menatap sekitar, memerhatikan bahwa tidak ada orang yang melihatnya. Dengan terburu-buru ia berlari meninggalkan rumah itu dan berjalan di trotoar.
"Ya ampun anak itu.... Kenapa dia selalu menyusahkanku," keluhnya pelan.
Kota yang penuh keramaian itu membuat pergerakkannya menjadi terhambat. Ia menyatukan kedua telapak tangan, berharap menemukan Shela dengan secepat mungkin.
Kakinya melangkah membawa tubuh itu masuk ke dalam area pemakaman. Dilihatnya beberapa orang sedang duduk sembari menaburkan bunga pada makam. Ia menatap sekitar tapi tidak lekas menemukan sosok perempuan kecil seperti Shela. Ia kembali melanjutkan perjalanannya sambil sesekali menoleh ke segala arah.
Cprat!
"Oh ya Dewa! Kain sariku," ucapnya sambil memandangi kain sari yang basah terkena cipratan air.
Ia memandang mobil yang menginjak genangan air hingga membuat sarinya basah. Kobaran api di hatinya mulai bergejolak. Saat-saat sedang pusing mencari Shela ia tertimpa masalah yang menurutnya sangat memalukan.
"Awas saja kau jika bertemu denganku, aku tidak akan mengampunimu!" ucapnya kemudian beringsut dari tempatnya berdiri.
Orang-orang yang berlalu-lalang membuat kota itu penuh dan sempit. Ditambah dengan polusi yang terus-menerus tiada hentinya, membuat Punjabi mempunyai kualitas udara yang tidak baik.
Majunda mempercepat langkah kakinya hingga akhirnya sampai di depan rumah. Ia menatap rumah itu dengan ragu. Sesuatu yang buruk menghantuinya untuk sekarang. Shela tidak ia temukan, lantas bagaimana takdirnya?
Majunda melangkah dengan ragu. Ia membuka pintu itu dan menunduk, berusaha menyembunyikan wajah berdosanya.
"Hei Majunda!" teriak nenek itu yang sedang duduk di atas sofa.
Majunda menggerakkan kepalanya patah-patah. Sumringah senyumnya tertunjuk pada nenek itu. Perlahan ia melangkah dan menghampiri nenek itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/187547356-288-k781573.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PALESTINA
Ficção AdolescenteKisah yatim piatu yang hidup di tengah konflik dua negara. Zehhad sebagai Kakak hanya bisa memberikan dunia fantasi untuk Shela, adiknya. Ia tidak tahu kapan peperangan itu berakhir, sampai suatu saat. Perjuangan mereka untuk hidup bersama dihalangi...