Saus Di Kepalaku

128 19 1
                                    

     Suara riuh dan gelak tawa bersenandung bersama dengan akholol. Mereka melempar senyum satu sama lain, bahkan tak jarang mereka memberikan tatapan aneh.

     "Bersiaplah dengan cantik sayang," ucap pria berkacamata itu sembari menarik dagu Shela dan pergi dengan keluarganya.

     Shela memberontak. Ia tidak suka suasana seperti itu. Buruk dan tidak ada pencerahan sama sekali. Ia menggerakkan kedua tangannya yang dipegang dua wanita. Ia berontak dan merengek. Tetapi mereka berdua hanya tersenyum padanya.

     "Ya ampun ibu.... Aku sudah mengatakannya berkali-kali padamu. Jangan membawa anak kecil ini!" keluh Majunda pada nenek itu.

     "Kau ini bagaimana? Jika aku tidak membawanya, siapa nanti yang akan berjalan mengitari api bersama Catjuhko? Memangnya kau siap untuk ada di posisinya?"

     Majunda tersenyum simpul. Ia merasakan malu yang terngiang dalam benaknya. Perlahan kepalanya menggeleng, membuat anting dan sesuatu seperti gelang di hidungnya bergoyang.

      "Ya sudah, bantu aku membawanya pergi!"

      "Membawanya pergi? Maksud ibu pulang? Ya ampun ibu.... Baru saja kau mengatakannya padaku agar membawa anak ini, tetapi sekarang? Kau menyuruh untuk pulang? Ya tuhan, apa yang merasuki wanita tua ini..."

     "Astaga!! Otakmu memang tidak bisa berjalan dengan baik." Nenek tua itu mendengus kesal. "Aku berharap semoga dewa mecairkan otakmu dan menghilangkan bibirmu."

      "Ibu.... Kenapa berkata seperti itu?"

      "Itu karena kau sendiri. Sudahlah, bantu aku membawanya!"

      Mereka berdua membawa Shela memasuki sebuah ruangan yang penuh dengan aroma taburan bedak. Seorang wanita yang sedang menggeser-geser kursi tiba-tiba menolehkan pandangannya pada tamu yang datang dari balik pintu.

      Ia berjalan mendekat pada Shela dan mencubit pipinya. Shela membuang mukanya, merasakan betapa anehnya sikap orang-orang di sana.

     "Silahkan duduk di kursi itu," ucap wanita itu membuat Majunda dan Nenek mengangguk.

       Sekarang Shela sedang menatap dirinya menggunakan cermin yang setiap sisinya tersimpan bohlam kecil. Ia tersenyum melihat wajahnya yang begitu cantik sekali.

       "Diam di situ ya, aku akan mempercantik wajahmu."

       Shela hanya diam sambil sesekali tersenyum. Ia tertawa kecil ketika sebuah blush-on menyapu wajahnya. Kulit wajahnya mengkerut ketika merasakan gelitikan kecil.

       "Pejamkan matamu!" ucap wanita itu namun hanya membuat Shela diam tanpa menutup mata.

      "Ada kejutan ya bi?" tanyanya begitu polos.

      Wanita itu tertawa, "Tidak, kau akan mendapatkan sebuah kecantikan yang luar biasa jika menutup mata."

🕊️

     "Paman pulang!" Shabir membuka pintu kamarnya dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Shela tidak ada di sana.

      Kantung kresek yang dipegangnya tiba-tiba terjatuh seiring dengan detak jantungnya yang terasa berhenti sejenak. Tangannya mengepal kuat. Ia memukul tembok di sampingnya dan membuat tangannya memerah.

     "ZEHHAD!!!!!!!" teriaknya kecang sekali.

     Shabul yang saat itu sedang duduk menonton televisi sambil memakan kacang langsung berdiri. Ia menatap sang kakak yang sedang diburu amarah. Perlahan toples kacang itu ia simpan di atas meja dan ia mendekati Shabir.

PALESTINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang