Akhirnya Mereka Bertemu

183 33 15
                                    

wanita itu menurunkan Shela dari pangkuannya. Tangan kirinya bergerak membuka pintu taxi dan menatap wajah Shela. Ia mengusap pipi Shela kemudian berjongkok.

"Aku hanya bisa mengantarmu sampai sini, maafkan aku ya," ucapnya penuh dengan rasa iba.

Sebenarnya ia ingin sekali pergi mempertemukan Shela dengan Zehhad. Namun karena waktu yang terus-menerus membuhnya, ia tidak dapat keluar dari dunianya.

Ia mengulurkan kedua tangannya dan merangkul Shela. Senyum itu terlihat begitu tulus sekali. Bola matanya bergerak kemudian menutup.

Wanita itu menarik kembali tubuhnya dan memegang Shela. Sekali lagi senyumnya terlihat begitu baik. Entah perawakannya yang memang luar biasa ataukah topeng, itu semua mampu dia sembunyikan jauh-jauh.

"Kau tidak masalah kan jika pergi sendiri?" ucapnya lagi dan mendapat jawaban beruba gelengan kepala. "Ya sudah, masuk ke dalam. Cepat temukan kakakmu!"

"Terimakasih bi!!"

Untuk terakhir, Shela memberikan pelukan sebagai tanda perpisahan. Ia melambaikan tangan kanannya dan melangkah masuk ke dalam mobil itu.

Tubuh mungil itu bergerak mengubah posisi duduk yang nyaman. Ia menoleh pada wanita itu yang sedang bertransaksi. Shela begitu senang sekali. Senyum di wajahnya tidak pernah memudar. Di tambah dua barang yang selalu ia pegang, tidak pernah sekalipun terlepas atau terjatuh. Ia tetap fokus pada titik yang akan dikejarnya.

Pria yang duduk di balik kemudi itu perlahan menginjak pedal gas dan pergi meninggalkan wanita yang telah menolong Shela. Shela melambaikan kedua tangannya melihat wanita itu memberikan salam terakhir. Hingga akhirnya mobil itu menciptakan jarak dan membuatnya tidak dapat melihat wanita itu.

Ia kembali pada posisi duduknya yang nyaman. Topi baret itu diletakkan di atas paha dan ia menatapnya. Wajah Zehhad yang tersenyum kembali terukir pada topi barer itu. Shela tersenyum kemudian memeluk topinya.

Pada saat itu, pengemudi menghentikan mobil yang dibawanya. Ia memerhatikan sebuah palang yang menghalangi jalan. Perlahan tangannya menarik kunci pintu dan berjalan ke depan, berniat untuk menggeser palang itu sebentar.

Jdor!

Sebuah peluru melesat tepat menusuk dadanya. Ia terjatuh menggelepar di atas aspal tanpa satupun yang menolong. Shela masih asyik dengan topi baretnya. Bahkan senyumnya itu tidak pernah menghilang. Ia begitu bahagia akan bertemu Zehhad.

Beberapa tentara Israel atau Zionis datang menghampiri pria itu. Tubuh mereka menyerong dan jalannya seperti kepiting. Beberapa senapan terarah pada pengemudi itu. Mereka perlahan menatapnya, mengarahkan ujung pistol itu padanya.

"Sudah mati," ucap salah seorang dari mereka kemudian mendendang tubuh pria itu hingga terguling.

Pria itu tetap dalam posisinya. Tidak ada pergerakkan apapun yang membuat mereka curiga. Dia telah mati, ditembak oleh mereka.

"Periksa ke dalam mobilnya!" ucap yang tadi menendang pengemudi dan membuat seorang pria menurunkan senapannya.

Ia melangkah mendekati mobil itu dan melihat keadaan yang kosong. Tidak ada apapun selain rangka dan bagian mobil yang ada di sana.

"Tidak ada siapa-siapa! Aman," ucapnya kemudian berlari menghampiri kawannya.

Pria yang sedari tadi menyuruh-nyuruh itu mengangguk dan berlari meninggalkan korbanya yang sudah kehilangan nyawa. Darah merah nan kental keluar dari dalam dada pengemudi itu. Pakaiannya seketika ternodai dengan darah yang berbau amis.

PALESTINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang