Kelompok Penista

315 51 8
                                    

     Aroma makanan yang dibawa masuk para wanita membuatnya terbangun. Zehhad duduk di atas kain dan menatap orang-orang yang terluka sedang diobati di sampingnya. Pria yang menyuruhnya memetik apel itu datang dengan membawa beberapa kosfta.

 Pria yang menyuruhnya memetik apel itu datang dengan membawa beberapa kosfta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Kakinya melangkah dengan perlahan. Senyum di wajahnya terlihat begitu mendamaikan hati. Ia menatap wajah Zehhad yang memerah segaris karena luka. Ia duduk, mengarahkan pandangan Zehhad padanya.

     "Makanlah, aku yang membuatkannya untukmu," ucapnya sembari menyodorkan sebuah mangkuk berisi kosfta.

      Zehhad mengambil mangkuk itu dan memegangnya tanpa sekalipun goyah. Kedua matanya tertuju pada pria itu. Pria yang telah menolongnya dari kelaparan.

       "Aku tidak bisa memakannya jika Shela belum makan," ucapnya membuat sebuah keadaan canggung bagi pria pemilik apel itu.

        "Tapi setidaknya kau memakan itu. Jangan sampai dibiarkan, mubazir."

        "Aku tetap tidak akan memakannya. Aku hanya ingin melihat apakah Shela sudah makan atau belum. Jika aku memakannya tetapi dia belum, itu tidak adil namanya."

        Pria itu menarik nafasnya dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan. Tangan kanannya naik dan menempel pada bahu kiri Zehhad. Ia kembali tersenyum, menunjukan senyum yang manis seperti apel.

      "Baiklah kalau begitu, aku harus kembali memasak. Makanan itu kau saja yang pegang." Pria itu berdiri dan berjalan menghampiri sisi lain tenda yang terbuka.

       "Paman!" teriaknya membuat pria pemilik apel itu kembali menoleh. "Aku ikut denganmu."

        Zehhad menggerakan kakinya untuk berdiri. Namun seketika tulang kakinya terasa kaku. Zehhad berteriak keras kemudian kembali pada posisi awal. Ia tidak dapat berjalan seperti biasanya.

        Pria itu kembali menghampiri Zehhad. Tidak ada senyum di wajahnya, hanya ekspresi khawatir yang ia tunjukan.

        "Sepertinya kau masih butuh perawatan. Diamlah di sini, kau tidak perlu membantuku. Kau menginginkan Shela bukan? Paman akan mencarinya untukmu."

        "Tidak paman, aku tidak mau memberatkanmu. Aku sendiri yang akan mencarinya. Tapi, bisakah kau membantuku untuk berdiri?"

       Pria itu mengangguk kemudian mengulurkan kedua tangannya dan membantu Zehhad untuk berdiri. Tangan kirinya melingkar pada penggung Zehhad dan sebelahnya lagi memegang lengannya.

        Zehhad tidak pernah melepaskan mangkuk berisi kosta itu. Pria itu memapah perlahan dan membawa Zehhad keluar dari dalam tenda.

        "Kenapa ramai sekali di sini?" tanya Zehhad ketika melihat banyak orang yang berlalu-lalang

        "Banyak sekali tugas yang kami emban. Aku salah satunya. Aku dipekerjakan untuk memasak, sedangkan yang lainnya berjaga."

        "Bukankah memasak itu pekerjaan kaum hawa?"

PALESTINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang