5. TRISTAN (DARATHON)

12.5K 737 44
                                    

"makasih ya maaf ngerepotin" ucap Rara sambil menatap wajah datar yang ada di depannya ini.

Rara sebenarnya tahu lelaki ini adalah murid yang ditabraknya kemarin. Dan Rara sedikit termenung melihat ketampanan wajahnya, ditambah kesan badboy.

Jujur Rara tidak pernah melihat lelaki ini, apakah dia murid baru? Atau Rara yang memang kudet dengan dunia sekitarnya? Entahlah Rara tak ingin ambil pusing.

"udah ngeliatinnya?" tanya Arga.

Rara yang kaget mulai menundukan kepalanya. Bagaimana bisa ia terus menatap pria ini. Sedangkan Arga hanya menahan senyumnya karena tingkah menggemaskan dari gadis ini. Ingin sekali ia mencubit pipi tembemnya, kalo perlu sampai blushing deh.

"Arga," ujar Arga berniat untuk berkenalan dengan gadis ini.

"Rara. Rasheilani," jawab Rara dengan senyum termanisnya.

"udah tau," cuek Arga.

Jika sudah tau kenapa ngajak kenalan ya. Dasar Arga ini bilang aja mau modus.

Arga langsung meninggalkan Rara, ia tak mau berlama-lama dengannya. Karena pasti keempat curutnya sudah menunggu Arga.

Ganteng sih tapi kulkas berjalan, gumam Rara.

***

"Ya Allah kuatkan hambamu ini, sumpah ya Taeyong itu ganteng banget nis" ujar Gia yang sudah heboh melihat pacar halunya di youtube membuat kebisingan yang tak akan ada hentinya.

"bisa-bisa hamil online nih gue ngeliat abs dia" ujarnya lagi.

Yang benar saja bisa hamil online, apa segitu pengaruh kah abs oppa yang diidam-idamkan Gia.

"duh Gi lo mesti di ruqiah nih kayaknya" ujar Nisa yang sudah geram dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini, mulai mengusap-usap kepala Gia sambil membaca mantra-mantra.

"ihh Nisa gue bilangin pacar gue nih," ancan Gia.

"jomblo aja belagu lo," ujar Nisa.

Rara yang sudah tertawa karena tingkah kedua temannya ini, tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah notif pesan dari handphonenya.

Tristan

Balik sekolah gue jemput ya

Gapapa emang?

Santai aja kali Ra kayak sama siapa aja

Oke thanks

Rara kembali teringat dengan kejadian tadi di perpustakaan. Jika diingat-ingat ia seperti mengenali lelaki itu, tapi entah siapa.

"kalian tau yang namanya Arga?" tanya Rara.

Sontak Gia dan Nisa yang tengah sibuk dengan perdebatannya mulai berhenti karena pertanyaan yang cukup bodoh dilontarkan oleh Rara.
Siapa sih yang tidak tahu seorang Arga, putra dari pemilik sekolah yang kaya raya dan tampan.

"ya ampun Ra siapa coba yang gak kenal dia?" ujar Gia.

Rara berpikir, apakah ia benar-benar sekudet itu ya. Rara memang murid pindahan dari sekolah lamanya di Jakarta. Ia pindah ke SMA Pratama Bangsa sejak kelas XI lalu. Dan memang sejak saat itu Rara benar-benar seperti anak pendiam, jangankan bergaul dengan temannya, main handphone saja ia tak pernah.

Dan baru kelas XII saja Rara kembali ceria itupun karena usaha dari Gia dan Nisa yang selalu menghiburnya. Rara bersyukur mempunyai teman sebaik mereka.

"Arga itu anak dari pemilik sekolah ini dan dia itu most wanted. Dia terkenal karena kebringasannya dan jago bela diri karena Arga adalah ketua dari geng Alkatrix. Geng yang udah terkenal se-Bandung-eun," jelas Gia.

"Arga itu punya wajah yang ganteng, idung mancung, tubuh atletis tapi sayang dia itu agak dingin," ujar Nisa.

"bukan agak kali Nis, tapi sangatttt dingin" sewot Gia

"emangnya lo kenapa nanyain dia, lo suka ya? Ciee" goda Nisa yang membuat pipi Rara menjadi blushing.
Rara menggeleng cepat, tak mungkin ia suka pada Arga si kulkas berjalan.

***

Bel pulang telah berbunyi 15 menit yang lalu. Kini Rara tengah menunggu seseorang untuk menjemputnya, sebenarnya ia bisa saja menggunakan angkot tapi ya tak apa lah kali-kali irit uang kan ya.

Suara derum motor sport sudah terdengar di telinga Rara, ia bisa melihat sebuah motor berwarna merah mendekatinya dengan seorang pengendara yang memakai jaket biru beserta helm fullface-nya.

"sorry ya lama," sapa Tristan sambil terkekeh.

"gapapa ko Tan santai aja," ujar Rara.

"yauda yuk nanti keburu sore," ujar Tristan langsung menancapkan gas pada motor merah itu dab mulai meninggalkan halte dengan kecepatan tinggi.

Arga yang sejak tadi memperhatikan mereka, mulai menaruh curiga. Ia tahu betul siapa lelaki itu, dia musuh terbesar Arga. Ya dia Tristan sang ketua geng Darathon. Ada hubungan apa Rara dengan Tristan? Berani-beraninya Tristan datang ke SMA ini.


"woy cumi bengong aja lo!" suara Niko mengagetkan Arga, hingga jus stroberi yang dipegangnya pun jatuh

"nah kan jatuh, lo sih" sahut Adnan menyalahkan Niko

"maaf bosku," ujar Niko sambik terkekeh.

Arga sudah menahan amarahnya saat melihat musuhnya itu. Mengapa ia harus melihat Tristan, apa belum cukup masa lalu itu menyadarkan mereka.

"kemana lo? " tanya Aldo

"markas," singkat Arga kini mulai menancapkan gas motornya, dan melesat cepat.

"noh si bos marah kan, gara-gara lo tuh," ujar Rey mengompori.

"lah ko gue sih Rey, kan gak sengaja elah," elak Niko.

***

"thanks ya Tan," ujar Rara setelah turun dari motor sport merah itu.

"santai aja Ra. Langsung mandi abis itu makan yang banyak ya," ujar Tristan.

"iya bawel banget ya anda," ujar Rara.

Tristan terkekeh mendengar celotehan Rara, gadis ini selalu saja membuatnya gemas. "yauda gue balik dulu ya," pamit Tristan.

"iya hati-hati," ujar Rara sambik melambaikan tangannya pada Tristan.

Rara memasuki apartemennya yang sepi, tak ada canda tawa dan keceriaan. Hanya redup seperti hidupnya saat ini. Orang tua Rara sudah meninggal setahun yang lalu, ia kini tinggal sendiri.

Sedih rasanya mengingat bagaimana kasih sayang yang diberikan Bunda dan Ayah nya, ia merindukan omelan sang Bunda, merindukan bentakan sang Ayah. Andai waktu bisa diputar ia ingin kembali ke masa kecilnya yang tak mengenal apa itu rasa kecewa dan masalah.

Tak terasa butiran bening mulai membasahi pipinya. Rara selalu aja merasa sesak saat mengingat kejadian itu, yang dimana tiga nyawa harus pergi begitu saja. Ingin rasanya Rara ikut pergi bersama mereka daripada Ia disini dengan kesendiriannya.

***

Karawang, 30 April 2020

ALKATRIX [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang