Selamat membaca
Semoga kalian suka dan jangan lupa vote serta komen yaaa***
Hari ini Rara memakai jaket pink kesayangannya di sekolah. Bandung terasa sangat dingin kali ini. Ia terus memeluk tubuhnya sendiri sambil berjalan menuju lokernya. Buku catatan untuk hari ini sengaja ia tinggalkan di loker karena buku itu cukup berat.
Sebenarnya Rara masih mengantuk dengan kantong matanya yang sedikit menghitam. Malam tadi, ia sibuk mengerjakan soal-soal untuk persiapan nanti.
Loker siswa-siswi SMA Pratama Bangsa dengan warna biru muda dilengkapi dengan berbagai sticker di loker pemiliknya. Loker Rara bernomorkan 78 tanpa sticker atau coretan apapun. Lokernya selalu terlihat bersih karena ia memang rutin membersihkannya.
"kalo udah di lingkungan sekolah itu, gak boleh pake jaket,"
Rara langsung berhenti tepat di depan lokernya dan berbalik badan melihat siapa yang berbicara dengannya. "ini kan dingin Han," jawab Rara.
"siapa bilang panas Ra," ujar Farhan.
Cowok berseragam rapi itu menyadarkan tubuhnya pada loker di samping loker milik Rara. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan mendelik tajam pada Rara.
"peraturan tetap peraturan Rasheilani," ujarnya lagi.
"iya maaf deh. Tapi jujur deh ini Bandung kenapa sekarang dingin banget ya, atau cuma perasaan gue aja," ujar Rara.
"perasaan? Maksudnya perasaan gue ke lo nih?" ujar Farhan menggoda Rara.
Rara mendelik sinis, "apa? Apa? Mau coba jadi ketos yang doyan ngegombal sekarang?".
Farhan terkekeh, "boleh juga tuh, ya itung-itung bisa jadi sampinganlah ya,"
"gue gak ngerti lagi Han. Kenapa cowok kayak lo malah jadi ketua osis, apalagi lo banyak yang suka Han," ujar Rara.
"kenapa? Lo suka sama gue?" tanya Farhan. "gue tau kok Ra. Gue itu emang banyak fansnya,"
"ishh enak aja lo," elak Rara.
Farhan kembali terkekeh dan melihat ke arah sekeliling mereka yang nampak masih sepi. Mungkin karena ini masih terlalu pagi untuk datang ke sekolah.
"lo ngapain masih pagi udah ada di sekolah Han?" tanya Rara.
"lah gimana? Kan gue ketua osis. Sudah sepatutnya gue mencerminkan yang baik di sekolah ini," jawab Farhan dengan nada yang dibuat sombong.
"ishh boong banget. Bilang aja mesti ngontrol murid lain yang telat kan lo?" curiga Rara dengan wajah yang dibuat-buat.
Farhan tertawa, ia memang selalu datang pagi karena tugasnya sebagi ketua osis. Sebenarnya ia harus berjaga di gerbang sekolah dan memeriksa kelengkapan murid yang bersekolah disini. Terlebih jika murid itu telat, maka ia akan menuliskan nama murid itu dan memberikannya hukuman. Tentunya tugasnya ini sudah disetujui oleh kepala sekolah.
"terus lo sendiri ngapain pagi-pagi udah nongol di sekolah, tumben gak telat lagi," ujar Farhan.
"lagi pengen aja," cuek Rara.
Rara mulai membuka lokernya, sedangkan Farhan masih setia bersandar di loker samping Rara dan fokus pada ponselnya. Tanpa Rara duga, sebuah kertas berwarna putih yang terlipat baru saja terjatuh dari lokernya. Ia berjongkok dan meraih kertas yang nampak masih bersih itu.
Dahi Rara berkerut, ia mencoba mengingat kertas apa ini. Seingatnya ia tidak pernah menyimpannya di loker. Tanpa berpikir panjang lagi ia langsung membuka lipatan kertas ini. Hal itu berhasil membuat dahinya semakin berkerut. Apa maksudnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKATRIX [COMPLETED]
Teen FictionSolidaritas? Brutal? Teka-teki? Cinta? Perjuangan? Selamat datang di Alkatrix! "Bagi gue gak ada yang namanya kebetulan, semua itu udah direncanakan Tuhan. Termasuk lo Ra," Jaeson Difarga Pratama, sang ketua Alkatrix. Laki-laki labil yang dipenuhi d...