Sudah jam pulang sekolah namun Arga belum melihat Rara. Saat istirahat tadi Arga kehilangan jejak Rara. Ia sudah mencarinya kemana-mana tapi hasilnya nihil. Saat ia pergi ke kelas Rara, tasnya sudah tak ada di kelas. Nisa bilang jika tadi Rara meminta untuk membawakan tasnya ke UKS. Namun sama saja, ruang UKS terlihat kosong.
Arga mengacak rambutnya gusar, ia sangat khawatir dengan kondisi Rara. Ponsel Rara pun tidak aktif.
"bos lo kenapa sih? " tanya Rey
"Gue bingung, "
"mungkin Rara udah balik Ga " ucap Adnan sambil menepuk pundak Arga berusaha menenangkan.
"coba lo ke apartemen dia " saran Aldo yang langsung mendapat senyuman dari Arga.
Benar. Ia harus ke apartemen Rara. Siapa tau gadis itu sudah ada di apartemennya.
"thanks" Arga langsung memakai helmnya dan menancap gasnya dengaun cepat. Hatinya sangat tak tenang, pikirannya pun terus memikirkan semua tentang Rara.
"gila si cumi belum pernah dia kayak gini cuman gara-gara cewek " ucap Niko geleng-geleng kepala melihat kepergian Arga
"emang Arga udah bisa ngelupain dia? " tanya Adnan
"gue rasa sih belum " jawab Rey seenaknya
"mungkin udah saatnya " ucap Aldo yang langsung mengeluarkan motornya dari parkiran sekolah.
Disamping itu, di jalanan kota Bandung yang ramai membuat kemacetan dimana-mana. Arga terus mengumpat dan memukul stang motornya. Bagaimana bisa ia datang dengan cepat jika macet parah seperti ini.
Setelah 45 menit berlalu, akhirnya Arga tiba di apartemen Rara. Sebelum ia membuka helm fullfacenya, ia melihat Tristan yang baru saja keluar dari apartemen Rara. Pikirannya mulai menaruh curiga pada Tristan.
Ngapain dia disini?, batin ArgaTak lama Tristan pergi dengan motor sport merahnya tanpa menyadari keberadaan Arga yang terus memperhatikannya.
Arga langsung masuk ke apartemen Rara tanpa memerdulikan Tristan. Baginya Rara lebih penting daripada lelaki itu.Bel apartemen sudah berbunyi dan pintu pun segera terbuka. Ia sangat terkejut melihat kondisi gadis di depannya ini. Mata dan hidung yang merah dan sembab, rambutnya sudah tak beraturan. Apa gadis ini baru saja menangis hebat.
"ngapain lo ke sini? "
"sensi banget lo " Arga langsung masuk ke apartemen Rara tanpa memerdulikan pemiliknya. Ia langsung duduk di sofa depan televisi.
Rara duduk di samping Arga dengan tangan yang masih sibuk mengusap hidungnya yang sudah memerah. Ia tak boleh terlihat seperti ini di depan Arga."lo abis nangis? "
Rara menoleh ke samping, "nggak " Ia mengambil tisu lagi yang tersedia di atas meja.
"nangis karna apa? " tanya Arga lagi
Menyadari tak ada jawaban dari Rara, Arga melihat kesampingnya dan mendapati Rara yang sudah tertunduk dengan bahu yang gemetar serta suara isak tangis mulai terdengar di telinganya.Arga sungguh tak tega melihat seseorang yang ia sayangi menangis seperti ini.
Tunggu. Apa katanya, sayang? Apa Arga sudah jatuh cinta?. Tidak, tidak mungkin, batin Arga.
Tanpa Arga sadari entah dorongan dari mana. Tanganya mulai menarik tubuh Rara ke dalam pelukannya. Ia tak tahu kenapa bisa melakukan hal seperti itu.
Tangisan Rara semakin kencang, ia berusaha menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Arga. Baru kali ini ia merasa nyaman seperti ini. Rasa yang dulu sempat hilang kini kembali dengan wujud yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKATRIX [COMPLETED]
Ficção AdolescenteSolidaritas? Brutal? Teka-teki? Cinta? Perjuangan? Selamat datang di Alkatrix! "Bagi gue gak ada yang namanya kebetulan, semua itu udah direncanakan Tuhan. Termasuk lo Ra," Jaeson Difarga Pratama, sang ketua Alkatrix. Laki-laki labil yang dipenuhi d...