Arga baru saja kembali dari markas Alkatrix. Ia dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Jaket yang dipakai Arga menjadi lambang geng Alkatrix dengan warna hitam.
Saat diperjalanan ia sengaja berhenti dipinggir jalan, mata nya terus fokus pada seorang wanita yang sangat familiar baginya. Tiga orang pria tengah melakukan hal yang tak senonoh pada gadis itu.
Arga memberikan bogeman yang sangat kencang hingga pria itu tersungkur di tanah. Ia mendekat dan melihat gadis yang tengah menangis itu adalah Rara. Emosinya mulai naik saat pria itu kembali bangkit dan berusaha menarik Rara.
"jangan ganggu cewek gue bangsat! "
Arga mulai melempar helm yang dipegangnya tadi ke arah pria berkaos hitam. Ia menendang dan memukul pria itu hingga darah keluar dari mulut pria itu.
Kurang fokus, punggung Arga ditendang oleh pria berkumis tebal dan memukul perut Arga. Arga bangkit dan mengambil pisau kecil yang tersimpat dibalik jaketnya.
Pisau yang selalu ia bawa kemana-mana. Ia memukul pria itu tepat pada bagian mata sebelah kanannya. Ia beralih pada kedua teman dari pria itu dan memukulnya dengan membabi buta.
Tak lupa pisau yang ia pegang tadi ia tancapnya pada seluruh bagian pria itu. Darah segar mulai berserakan dimana. Pisau itu memang kecil tapi sanggup itu menusuk tubuh seseorang hingga ia kehilangan nyawa.
Arga terus menancapkan pisau itu pada lengan pria berkas hitam dengan temannya. Ia benci tangan ini yang sudah memegang tubuh Rara. Tangan kedua pria itu sudah robek hingga tak terbentuk.
Rara sudah tak sanggup melihatnya. Arga begitu kejam menghabisi ketiga lelaki yang mengganggunya tadi. Ia terus menutup matanya dan menangis. Ia berpikir yang di depannya ini bukan hanya Arga yang dingin. Namun benar-benar Arga yang kejam seperti seorang spikopat yang lapar akan mangsanya.
Tatapan Arga menusuk tajam pada pria yang tadi berusaha mencium Rara. Ia tersenyum miring saat melihat bibir pria yang dihiasi kumis tebalnya. Ia berjalan mendekati pria itu dan memberikan pukulan yang bertubi-tubi tanpa jeda hingga pria berbadan besar itu tak bisa melawan.
Pria itu kembali tersungkur di tanah dengan wajah yang penuh luka."ampun bos ampun" pinta pria itu memohon ampun.
Arga berjongkok disamping pria itu dan berbisik, "maaf bang, gue benci sama bibir kotor lo". Arga langsung menyayat pipi kanan pria itu hingga robek.
"dan ini hadiah buat lo " ia menancapkan pisau kecil itu tepat dibagian dada pria itu dan langsung mencabutnya. Darah sudah memenuhi jalan sepi ini. Jalanan ini lebih seperti jalan setapak di sebuah hutan.
Ia memasukkan pisaunya kembali pada saku jaketnya setelah ia membersihkannya dari darah. Arga menatap Rara yang sudah menutup matanya dengan pundak yang bergetar. Tangannya mulai memegang pundak itu.
"Rara " panggil Arga.
Rara langsung memeluk lelaki dihadapannya ini. Ia menangis dengan sangat kencang. Sebenarnya ia takut pada Arga setelah melihat kejadian yang dilakukan Arga dengan sangat brutal. Tapi ia lebih takut jika harus sendirian disini bersama orang jahat.
Arga langsung menuntun Rara ke tempat motornya terparkir. Ia memakaikan helm pada Rara dan menyuruhnya untuk segera naik ke motor.
Saat diperjalanan, Rara tak banyak bicara. Arga yakin Rara masih menangis dibelakangnya. Dengan cepat mereka tiba di apartemen Rara.
"mau mampir dulu? " tanya Rara dengan wajah yang terus menunduk. Ia takut jika melihat wajah Arga.
"iya, gue harus mastiin lo gak kenapa-kenapa sampe lo tidur " Ia turun dan mengaikatkan tangan Rara pada jemari nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKATRIX [COMPLETED]
Teen FictionSolidaritas? Brutal? Teka-teki? Cinta? Perjuangan? Selamat datang di Alkatrix! "Bagi gue gak ada yang namanya kebetulan, semua itu udah direncanakan Tuhan. Termasuk lo Ra," Jaeson Difarga Pratama, sang ketua Alkatrix. Laki-laki labil yang dipenuhi d...