Selamat datang di Alkatrix.***
"pasien atas nama Jaeson Difarga Pratama telah menghembuskan nafas terakhirnya dini hari tadi pada pukul 01.15 WIB," ujar Dokter itu dengan pelan.Deghh
Pada detik itu dunia seakan berhenti berputar. Tubuh Rara seketika ambruk dengan pikiran yang masih terlalu sulit mencerna ucapan dari Dokter tersebut. Kepalanya terasa berputar dengan kencang. Matanya berkunanh-kunang.
Ini mimpi! Pasti ini hanya mimpi!
"DOKTER TOLONG SELAMATKAN ANAK SAYA DOKTER!" teriak Bunda Arga histeris.
"ANAK SAYA GAK MUNGKIN PERGI SECEPAT INI. ARGA KAMU BANGUN NAK. INI BUNDA NAK. TOLONG BANTU SAYANG," teriak Bunda Arga dengan tangisan yang pecah.
"mohon maaf Bu. Saya sudah berusaha semaksimal saya. Tapi nyawa anak ibu tidak bisa kami selamatkan. Kami turut berduka cita atas kepergian Arga. Semoga Arga diterima sisi Tuhan," ujar Dokter itu pada Bunda Arga.
"TOLONG SELAMATKAN ANAK SAYA DOKTER. ARGA KENAPA KAMU NINGGALIN BUNDA SECEPATNYA INI NAK," teriak Bunda Arga lagi.
Wijaya—Ayah Arga hanya bisa berdiri kaku mendengar kepergian anak laki-lakinya. Setelah Diana, sekarang Arga yang harus pergi mendahului dirinya. Mengapa harus mereka yang pergi lebih dulu? Kenapa bukan dirinya?
"ANDA JANGAN BECANDA DOKTER?!" ujar Niko. "ARGA GAK MUNGKIN SELEMAH ITU!"
"mohon maaf. Kami sudah berusaha semaksimal kami. Namun nyawa pasien tetap tidak bisa tertolong. Kami turut berduka cita," ujar Dokter tersebut.
"SELAMATIN NYAWA SAHABAT SAYA DOKTER. DIA ITU MASIH HIDUP. TOLONG SELAMATKAN DIA!" teriak Niko berusaha tetap menyangkal pernyataan tadi.
"GAK! INI MASIH MALAM. GUE YAKIN INI CUMAN MIMPI!" ujar Rey sambil menggelengkan kepalanya.
"SELAMATKAN NYAWA ARGA SEKARANG JUGA DOK!" timpal Aldo ikut terpukul.
"WOY CUMI SINI KELUAR! BANGUN LO ANJIR! ARGA!" teriak Adnan agar suara terdengar oleh Arga di dalam ruangan sana.
"BURUAN KELUAR! GAK USAH NGUMPET LO. BURUAN NGUMPUL BARENG LAGI GA!" ujar Rey dengan mata yang merah. .
Mereka tampak tidak percaya dengan pernyataan dokter barusan. Mereka yakin, Arga masih tetap hidup. Ini semua hanya mimpi.
"ARGA! CUMI WOY CUMI BANGUN! TIDUR MULU KERJAAN LO!" teriak Adnan dengan suara yang bergetar.
Rey berjalan mendekat ke arah pintu IGD. Ia berusaha melihat ke dalam untuk mengecek kondisi sahabatnya itu. "ARGA NGAPAIN LO DI DALEM HA?! SINI MAEN KELUAR! BURUAN GA!" teriak Rey.
"gak ini pasti mimpi. Ini pasti bohong. Ini bohong kan?" tanya Rara pada Nida disampingnya.
Nida menggelengkan kepalanya. Wajahnya sudah banjir oleh air mata. "Arga udah pergi Ra. Dia udah meninggal," ujar Nida sambil terbata-bata.
Bagai pedang yang menusuk tubuhnya. Rara berjalan mundur menjauh dari Nida. Tidak, Nida pasti berbohong padanya. Arga tidak mungkin pergi meninggalkan dirinya. Arga masih hidup, ia masih ada di samping Rara. Rara yakin Arga masih hidup.
"ARGA! GUE YAKIN LO MASIH HIDUP. GUE YAKIN," ujar Rara dengan wajah linglung.
Tak lama para perawat membawa brankar rumah sakit keluar dari ruang Instalasi Gawat Darurat. Disana Arga sudah terbaring lemah tanpa bergerak sedikitpun. Rara langsung menghentikan ranjang rumah sakit itu dan berdiri tepat disamping Arga.
Tubuhnya berguncang hebat. Matanya sudah banjir oleh air mata. Perlahan ia membuka kain putih lalu ia melihat wajah Arga yang terlihat tampan meski sudah tak bernyawa. Tubuh Rara langsung ambruk untuk memeluk Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKATRIX [COMPLETED]
Ficção AdolescenteSolidaritas? Brutal? Teka-teki? Cinta? Perjuangan? Selamat datang di Alkatrix! "Bagi gue gak ada yang namanya kebetulan, semua itu udah direncanakan Tuhan. Termasuk lo Ra," Jaeson Difarga Pratama, sang ketua Alkatrix. Laki-laki labil yang dipenuhi d...