12. jelangkung ganteng

8.3K 535 3
                                    

Rara sibuk dengan buku novel barunya. Ia tak ingin melewatkan setiap bagian peristiwa. Gia dan Nisa sudah pergi ke kantin beberapa menit yang lalu, dan ia memutuskan untuk tak ikut dengan mereka.

Rara ini termasuk siswi yang agak cuek dengan sekitar, ia akan berbicara pada orang lain jika itu perlu. Entahlah sikap Rara selalu berubah-ubah.

Merasakan seseorang tengah mengawasinya. Rara mulai menurunkan buku yang menghalangi wajahnya. Ia melotot kaget. Sejak kapan orang ini ada didepannya.

"ngagetin aja sih. Sejak kapan lo di situ?"

"sejak tadi"
Ada urusan apa lelaki ini datang ke kelasnya. Apa Rara membuat masalah?.

Teman-teman sekelasnya kini menatap mereka berdua dengan berbagai macam pandangan.

"nih makan dulu" Arga menyodorkan sebungkus nasi goreng yang sudah ia beli di kantin.

"tadi Gia bilang kalo lo di kelas dan belum makan"

Gia, awas saja anak itu. Lemes sekali mulutnya.

Rara mulai memakan nasi goreng itu, tapi matanya terus saja menatap tajam ke arah Arga. Lelaki ini terus saja menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"lo gak makan?"

"udah ko"

Kringg kringgg

Bel sudah berbunyi menandakan istirahat sudah berakhir. Arga tersenyum tipis melihat Rata sudah menghabiskan makanannya.

Ia kemudian berdiri dan beranjak pergi dari kelas Rata tanpa mengucapkan satu kata pun.
Rara yang sadar bahwa ia belum mengucapkan terimakasih pada lelaki itu, mulai mengambil ancang-ancang untuk berteriak.

"Arga makasihh"
Arga menoleh ke belakang dan tersenyum sangat manis seolah menjawab perkataan Rara barusan.

Para siswi yang melihat Arga tersenyum pun berteriak histeris. Arga tak pernah sekalipun memerlihatkan senyumnya pada orang lain, yang ada hanya wajah datar saja yang setia menghiasi wajahnya.

"anjirr Arga bikin meltingg"

"Arga ganteng banget senyum gituu"

"pacar aku tuhh"

"bang Arga, kapan jadi pacar aku"

Kira-kira seperti itulah ucapan-ucapan yang terdengar di telinga Arga.

Btw, Arga kayak jelangkung ya datang tiba-tiba. Makin curiga gue kalo dia itu makhluk astral, batin Rara.

***

Sore ini hujan deras mengguyur kota Bandung. Rintikan air yang jatuh menghasilkan bunyi yang sangat khas. Pepohonan menari mengikuti irama hujan dan angin yang menambah suasa menjadi sangat dingin membuat siapapun pun memeluk tubuhnya erat.

Suara bising kendaraan perlahan mulai menghilang dikalahkan oleh suara hujan. Para pengendara menepikan kendaraannya dan singgah di sebuah warung angkringan menunggu hujan berenti sambil minum kopi.

Gedung sekolah pun mulai sepi seperti tak berpenghuni. Manusia berseragam SMA sudah meninggalkan tempat ini sekitar 30 menit yang lalu. Menyisakan seorang gadis berjaket pink berdiri di halte depan sekolah. Angkot yang ia tunggu tak kunjung tiba, bagaimana ia pulang jika seperti ini.

Rara, ya Rasheilani Dwikaniza Rahman. Putri dari seorang pengusaha besar di Indonesia. Tapi itu dulu saat orang tuanya masih hidup, perusahaan ayahnya kini sudah bangkrut. Beruntung ia dulu tak terlalu dimanja dengan kemewahan. Oleh karena itu, ia sampai saat ini masih bisa hidup dengan kesederhanaan.

Rara terus memperhatikan jam tangannya. Ia berharap ada satu saja angkot yang lewat agar ia bisa cepat pulang. Ia bisa saja memesan taksi online jika saja handphonenya tidak lowbat.

Sadar seseorang memberikan helm padanya, membuat Rara mendongkakkan wajahnya. Ia lantas mengembangkan senyumnya.
Rara berdiri mengambil helm itu dan naik ke motor sport tersebut. Ia bersyukur Tuhan sayang padanya. Saat ia susah pasti ada saja orang yang membantunya.

Nyaman. Satu kata yang dapat menggambarkan perasaan Rara saat ini. Meski diguyur hujan tak membuat Rara melepaskan pelukannya. Tangannya masih setia melingkar di pinggang si pengendara.

Entah sejak kapan tangan itu mulai nyaman melingkar disana. Sudut bibir Rara mulai terangkat menghasilkan lengkungan yang manis menghiasi wajahnya.

***

Karawang,  30 April 2020

ALKATRIX [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang