Langsung aja jangan lupa vote dan komentar khusus part ini yaaa
Selamat datang di Alkatrix
***
Kedua orang remaja sedang asik makan bubur. Mereka terlihat sangat lahap menyantapnya. Apalagi Arga, padahal laki-laki itu baru saja menghabiskan semangkok bubur. Tak apalah biarlah, semoga saja Arga cepat pulih seperti biasanya.
Rara meneguk air mineral yang ia beli tadi. "kamu beneran laper atau gimana sih?" tanya Rara.
"lwapwer Rwa," jawab Arga dengan mulut yang penuh.
Rara terkekeh. Mereka tidak sedang suap-suapan atau lainnya. Mereka makan bubur satu porsi berdua dengan sendok yang berbeda. Tentu itu yang dilakukan Rara karena ia tidak mau sesuatu yang aneh melintas dipikirannya.
Tak terasa bubur itu sudah habis dimakan. Rara membantu Arga untuk minum dan menyeka sisi mulutnya yang kotor dengan tisu. Ia lantas merapikan alat makannya yang tadi.
"Rara," panggil Arga.
Rara berdehem lantas menunggu ucapan Arga selanjutnya.
"kamu gapapa? Ada yang sakit gak?" tanya Arga.
Sejak tadi Arga memang terus memperhatikan Rara. Terlihat memberapa luka diwajah gadis ini yang mengering. Serta beberapa luka lebam di tangannya.
"aku gapapa kok. Ini semua udah diobatin," ujar Rara sambil tersenyum.
"beneran? Kamu gak bohong?" tanya Arga.
Rara menggeleng. "gak bohong kok," jawabnya.
Entah kenapa Rara merasa Arga terlihat lebih lembut dari biasanya. Kemana perginya Arga yang galak, dingin, dan cuek itu?
"aku minta maaf udah bikin kamu terluka Ra," ujar Arga pelan. Arga masih menggunakan selang oksigen serta jarum infus yang masuk terpasang ditangannya.
Rara tersenyum sendu.
"maaf gara-gara aku semuanya jadi kacau. Seharusnya kamu gak ngalamin ini yang kedua kalinya. Seharusnya kamu bisa hidup dengan tenang," ujar Arga.
"jangan ngomong gitu," cegah Rara.
Arga menggeleng pelan. "aku udah berhasil nemuin pelaku pembunuhan Rafael. Aku minta maaf selama ini aku gak sadar kalau pelaku itu adalah sahabat aku sendiri. Tapi sejujurnya Adnan punya alasan kenapa dia kayak gitu Ra. Dia gak mungkin ngebunuh Rafael gitu aja," ujar Arga.
"aku gak nyangka masalah ini bisa bikin Adnan nekat ngelakuin ini. Aku udah gagal, aku ceroboh. Aku gak bisa nyegah anggota aku buat ngelakuin hal itu," ujar Arga.
"udah gapapa kok. Kamu gak perlu merasa bersalah kayak gitu," ujar Rara menahan butiran bening di matanya.
"tapi ini semua gara-gara aku. Harusnya aku gak perlu suka sama Nida dan harusnya aku itu sadar kalau sahabat aku suka sama Nida," ujar Arga.
"kalaupun kamu gak suka sama Nida. Apa Adnan gak bakal ngebunuh Rafael? Nida kan ngejar-ngejar Rafael terus Ga," ujar Rara.
Arga menunuduk lemas, benar kata Rara. Meskipun begitu Adnan ini nekat. Ia akan berbuat apapun yang ia anggap dapat menyelesaikan masalahnya.
"jujur aja sebenarnya aku juga gak mau ini terjadi. Aku gak mangharapkan masalah ini semakin kacau. Apalagi sampai ada korban jiwa. Setelah kematian bang Rafael, aku sama sekali gak dendam sama pelaku itu. Aku cuman pingin tahu siapa pelakunya dan apa alasan dia bunuh Rafael," ujar Rara.
"dan setelah kamu tahu apa yang bakal kamu lakuin? Kamu bakal bawa ini ke jalur hukum?" tanya Arga.
Rara tersenyum getir. Sekalipun dibawa ke jalur hukum, hal itu tidak akan pernah membuat Rafael dan kedua orangtua Rara hidup kembali bukan? Kalaupun bisa pasti sudah Rara lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKATRIX [COMPLETED]
Teen FictionSolidaritas? Brutal? Teka-teki? Cinta? Perjuangan? Selamat datang di Alkatrix! "Bagi gue gak ada yang namanya kebetulan, semua itu udah direncanakan Tuhan. Termasuk lo Ra," Jaeson Difarga Pratama, sang ketua Alkatrix. Laki-laki labil yang dipenuhi d...