Selamat membaca
Semoga kalian suka***
Arga baru saja meloncat tembok belakang sekolah. Gerbang depannya sudah ditutup. Sebenarnya ia bisa saja meminta pak satpam untuk membukakan gerbang, tapi ia tak mau di hukum oleh pak Jos.
Saat dilihat sudah aman, Arga mulai mengendap-ngendap masuk ke koridor kelas. Saat akan naik tangga, suara gaduh di lapangan mengalihkan perhatiannya. Seluruh siswa sedang berkumpul padahal ini bukan hari senin dan jam juga sudah menunjukkan pukul delapan.
Arga melihat keempat temannya yang berbaris di barisan paling belakang. Mereka tengah mengobrol sambil bercanda ria."lah lo baru dateng Ga?" tanya Adnan
Arga mengangguk, ia mendekati keempat temannya dengan wajah heran. "ini ada apaan sih? Ada pembagian sembako ya,"
"hih udah tajir 7 turunan juga masih kepikiran ada pembagian sembako," ucap Rey yang menjitak kepala Arga.
"noh pak Jos sama bu Veni ngadaian reuni buat razia dadakan," jelas Rey
"reuni? Emang mereka seangkatan sama kita? Gak ketuaan ya," tanya Arga polos. Sepertinya ia masih ada di alam mimpi.
"si cumi kalo belum bangun gini nih," timpal Niko.
"KALIAN BERLIMA BARISAN PALING BELAKANG, MAJU!" kelima pentolan sekolah itu langsung maju ke depan saat teriakan Bu Veni menggelegar disana.
Arga lupa menyimpan tasnya, seharusnya ia menyimpannya dahulu. Bu Veni menatap tajam ke arah Arga, sedangkan Arga terus menyengir tak berdosa.
"Arga kamu terlambat lagi, SUDAH BERAPA KALI IBU BILANG. JANGAN TERLAMBAT TERUS," bu Veni menjewer telinya Arga.
"EHH ADUH BU, SAYA KESIANGAN BU TELAT," ucap Arga membela diri.
Keempat temannya hanya menahan tawa melihat Arga yang merengek kesakitan."MAKANYA BANGUNNYA KEPAGIAN BIAR GAK TERLAMBAT,"
"BANDEL BANGET SIH KAMU JADI ANAK, JANGAN MENTANG-MENTANG INI SEKOLAH AYAH KAMU YA,"
"kan emang ini sekolahan ayah saya bu," jawab Arga
Bu Veni melotot ia menarik telinga Arga hingga merengek kesakitan, "NGEJAWAB AJA BISANYA,"
"kan punya mulut bu," sewot Arga.
"A–ADUH SAKIT BU NANTI TELINGA SAYA PANJANG SEBELAH GIMANA," teriak Arga. Para murid yang lain hanya bisa tertawa melihat sang ketua geng yang terkenal kejam merengek kesakitan disana.
Begitu pula dengan Rey yang sudah menahan perutnya karna tertawa terus-menerus.
"SINI IBU JEWER YANG SEBELAHNYA," bu Veni beralih menjewer telingan sebelah kirinya. Kali ini ia menjewer dengan sangat kencang.
"AW SAKIT BU, TELINGA SAYA MAU COPOT NIH ADUH ADUH," teriak Arga.
"MAKANYA KALO DIBILANGIN TUH JANGAN NGEYEL, JANGAN BERANTEM MULU KERJAANNYA," ucap bu Veni. "PAKE IKET KEPALA SEGALA, KAMU MAU JADI PENDEKAR HAH,"
"ADUH bu lepasin dulu tangannya, lagian ini kan cuman iket kepala bu nggak ngeganggu KBM," jelas Arga.
"RAPIKAN PAKAIAN KAMU DIFARGA," bu Veni melepaskan tangannya dari telinga Arga. Arga mengusap kedua telinganya yang sudah merah. Bisa-bisanya guru itu menjewernya dengan kejam.
Para siswa yang lain sudah tahu kelakuan Arga dengan guru BK. Selalu saja ribut, bagai musuh bebuyutan.
"INI LAGI KENAPA CELANANYA KETAT KAYAK GINI, MAU PAMER KAKI KAMU!" ucap bu Veni, ia memukul kaki Rey dengan penggaris kayu yang ia bawa. "KAKI BERBULU KAYAK GITU JUGA,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKATRIX [COMPLETED]
Teen FictionSolidaritas? Brutal? Teka-teki? Cinta? Perjuangan? Selamat datang di Alkatrix! "Bagi gue gak ada yang namanya kebetulan, semua itu udah direncanakan Tuhan. Termasuk lo Ra," Jaeson Difarga Pratama, sang ketua Alkatrix. Laki-laki labil yang dipenuhi d...