Sebuah rumah sudah ramai oleh motor sport yang terparkir di garasinya. Arga melepas helmnya dan menampilkan rambutnya yang sedikit basah. Dan tentunya menjadi nilai plus untuk ketampanannya.
Ia masuk ke rumah tersebut setelah mengucapkan salamnya. Di dalam sudah banyak remaja yang sibuk dengan kesibukannya masing-masing.
Ramai dan penuh kehangatan.Meskipun banyak orang yang berpikir jika anak geng yang tak tau aturan ini hanya bisa berbuat onar saja dengan keramaiannya. Berbeda dengan yang dirasakan Arga, ia tak peduli orang lain akan menilai gengnya ini seperti apa.
Yang jelas ini adalah keluarga baginya.
"baru datang Ga?" Andan yang tengah memasak menyapa Arga yang sudah basah kuyup itu.
Arga hanya mengangguk. Adnan tersenyum tapi sesaat senyumnya memudar saat melihat siapa yang tengah berjalan dibelakang Arga.
Bukan hanya Adnan melainkan semua pemuda ini memberi pandangan terkejut.Rara yang diberi pandangan seperti itu hanya bisa menunduk. Ia takut. Ia bisa merasakan bau asap rokok diruangan ini, benda yang dibencinya.
Aldo menghampiri Arga dan menatapnya intens, seolah minta penjelasan dari Arga. Arga yang mengerti dengan tatapan Aldo, berdehem sekali dan menatap Rara yang tengah menunduk sambil memeluk tubuhnya sendiri.
Ia yakin Rara tengah kedinginan saat ini."ini Rara dia anak SMA Pratama Bangsa" suara Arga memecah keheningan.
"yakin Ga?" tanya Aldo yang masih tak percaya
Bahkan semua orang disini tak percaya dengan Arga. Pasalnya tak pernah ada seorangpun yang membawa orang lain masuk ke rumah ini, apalagi orang itu adalah seorang wanita.
Arga memang pernah membawa wanita pada masa lalunya ke rumah ini. Namun saat kejadian itu, ia tak pernah membawa wanita lagi kesini.
"lo semua tenang aja, Rara ini orang baik" Arga kini menatap Rara seolah memberi keyakinan pada gadis ini, agar tak takut kepada para temannya."gue ke kamar dulu" Arya merangkul Rara membawanya ke sebuah kamar. Ya kamar itu milik sang ketua Alkatrix. Tak ada yang berani masuk selain 5 orang yang merupakan inti dari geng Alkatrix. Ya para sohibnya Arga.
"Njirr si bos mau ngapain tuh" ucap Rey yang tak percaya dengan sohibnya ini.
"ya mau mantap-mantap lah" ucap Niko seenaknya jidat. Dan langsung mendapatkan bantal sofa yang mendarat tepat di wajahnya.
"itu mulut gak pernah disekolahin apa ya"
***
Bau lavender yang menenangkan langsung memasuki indra penciuman Rara. Kamar yang bercat putih membuat tempat ini terlihat luas. Terdapat sebuah kasur dengan ukuran medium, lemari baju serta rak yang berisi buku-buku.
"mending sekarang lo mandi, baju lo basah semua. Nih lo bisa pake baju gue dulu" Rara menatap Arga. Ia sedikit terkejut karena barusan Arga berbicara dengan kalimat yang cukup panjang untuk seorang kulkas berjalan.
"kenapa bengong?"
Rara menggeleng cepat, ia langsung pergi ke kamar mandi.Setelah 20 menit berlalu, Rara keluar dari kamar mandi memakai baju Arga yang nampak kebesaran bagi tubuhnya yang mungil.
Rara memperhatikan Arga yang kini tengah menghisap sebuah rokok yang disematkan di antara jari tengah dan telunjuknya. Rara sempat menahan nafasnya, ia benci bau asap rokok.
"Arga"
Arga menoleh ke samping dan mendapatkan Rara yang tengah mengusap rambut basahnya menggunakan handuk. Rara terlihat memesona saat ini.
Arga menggelengkan kepala dan mematikan rokoknya pada sebuah asbak yang tersedia di atas meja. "Gue mandi dulu". Rara hanya mengangguk, ia berjalan ke sebuah cermin untuk merapikan rambutnya.
Ia menatap kamar ini kagum. Disini terlihat sangat bersih dan rapih. Apa Arga tinggal disini ya, batin Rara.Kemudian ia memfokuskan penglihatannya pada handphone miliknya. Saat sedang asik bermain handphone, ia dikejutkan oleh sosok laki-laki berperawakan jangkung, rambut coklat yang basah dan hanya memakai handuk sebatas pusar aja. Hal itu membuat Rara berteriak dan spontan menutup matanya menggunakan bantal yang ada di kasur.
Arya yang melihatnya hanya terkekeh, dan mencoba untuk menggoda gadis ini. "yakin gak mau liat nih, jarang-jarang gue ngepublish tubuh gue gini"
Pipi Rara sudah merona merah, bahkan daun telinganya pun ikut memerah. Ia malu sendiri melihat Arga seperti ini. "cepetan pake baju sana!" Rara masih berusaha menutup wajahnya.
Sebenarnya ia ingin melihat roti sobek milik Arga. Kan mana ada yang tahan jika dihadapkan dengan kondisi seperti ini. Namun Rara tetap konsisten menutup wajahnya. Gengsi dong gue kalo ngeliatin dia, batin Rara.
Arga mulai memakai pakaiannya. Kaos hitam polos beserta celana jeans hitam panjang, menjadikannya terlihat lebih tampan.
Memang ya cowok kalau sudah pakai kaos hitam polos itu gantengnya nambah.
Mereka keluar dari kamar, setelah Arga memaksa Rara. Rara masih saja takut dengan teman-teman Arga.
Arga duduk disebuah sofa depan televisi diikuti Rara yang duduk disebelahnya."wihh gimana bos, berapa ronde tuh?" ledek Niko sambil menaik turunkan kedua halisnya.
Arga yang mendengar pun langsung menatap tajam pada Niko. "lo kira tinju" sewot Arga.
"dih si cumi bercandanya gak lucu"
"Serah". Niko hanya cengar-cengir melihat Arga yang sudah diledek olehnya. Membuat Arga marah adalah hobi Niko.
"nih makan gue udah masakin buat kita semua" Adnan yang datang membawa spageti buatannya tadi. Ia kemudian duduk disamping kiri Rara, dan memberikan sepiring spageti untuknya.
Rey yang tengah sibuk bermain billyard pun langsung menyambar satu piring itu dan memakannya dengan lahap. "anjir gila enak banget Nan"
"jelas dong siapa dulu yang masak"
"siapa dulu yang beli bahannya" ucap Rey tak kalah sombong. Andan yang tak terima pun langsung berucap kepada Rey.
Dan terjadilah perdebatan gaes.
"kalo gak ada yang masak tuh bahan gak bakal jadi kayak gini"
"kalo gak ada yang beli tuh makanan gak bakal jadi kayak gini"
"eh lo kok nyolot sih"
"lah lo duluan yang mulai" mereka mulai saling tatap dengan tatapan tajam. Arga sudah jengah mendengar perdebatan tak bermutu dari temannya ini.
"udah mending lo pada makan dah, kata mamah tuh gak boleh ya debat soal makanan di depan makanan. Itu tandanya gak bersyukur anak-anakku" ucap Niko menasehati dengan suara yang dibuat-buat.
Rara yang mendengarnya pun hanya bisa tersenyum. Ternyata teman-teman Arga tak seburuk seperti yang ia kira. Dan ia bangga pada Adnan, ia membuat spageti dengan sangat enak.
"habisin makanannya" Rara mengangguk pada Arga dengan mulut yang masih penuh dengan spageti.
***
Karawang, 2 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKATRIX [COMPLETED]
Ficção AdolescenteSolidaritas? Brutal? Teka-teki? Cinta? Perjuangan? Selamat datang di Alkatrix! "Bagi gue gak ada yang namanya kebetulan, semua itu udah direncanakan Tuhan. Termasuk lo Ra," Jaeson Difarga Pratama, sang ketua Alkatrix. Laki-laki labil yang dipenuhi d...