TITIK NOL

5.7K 533 24
                                    


Hai!

Ini gue, Lalisa Manoban. Just call Lisa, kalau kita cukup dekat, panggil Lala.

Gue adalah Cewek cantiq kelas XI yang baperan, suka ngegas, hobi rebahan, santuy dan bodoamatan sama tugas sekolah. Di OSIS, jabatan gue yaitu Sekretaris Umum. Nggak usah digambarin lah ya, udah jelas di bab-bab sebelumnya.

Kalian mungkin udah tau gue sebagai apa di cerita ini. Bisa jadi pemeran utama bisa jadi nggak juga. Yang terpenting Kak Bae a.k.a Kaka author, maunya nulis bagian ini dari sudut pandang gue.

Oke, nggak usah perkenalan lebih lanjut karena kalian pasti udah kenal gue sejak baca part awal.

Kalau diperhatiin Kak Bae nulis awal cerita ini waktu gue lagi ngurusin SK pembina baru. Bener ga sih? Iya deh kayaknya. Intinya semua ini bermula sejak tahun 2020, waktu gue udah tahun kedua masuk OSIS.

Tahun 2020 nggak begitu banyak kenangan, nggak banyak event yang berjalan sebab semuanya dicancel karena adanya pendemi Corona, otomatis juga nggak banyak cerita yang bisa dilanjutin Kak Bae.

Part terakhir—pas si Jaehyun dateng kerumah gue, itu adalah satu-satunya peristiwa terakhir yang membekas, nggak ada lagi yang bisa diceritain. Bukan gue bilang kalau semuanya udah berakhir sampai disini, bahkan gue nggak tau ini udah mulai apa belom.

Sekadar info, kalian nggak perlu khawatir, gue saat ini udah baikan sama dia. Kemarin dia ngechat gue buat minta dokumentasi kegiatan, katanya mau dimasukin di web sekolah. Terus dia juga sempat nanya-nanya soal KOPSI, dianya curhat kalau Pak Jongdae lost contact, jadi proposal dia sama Jennie nggak ada progres.

Gue sama Jaehyun.... udah baik-baik aja kok, kita sebenarnya cuman tunggu emosi reda satu sama lain.

Jangan khawatir yaa :)

Titik Nol.

Hm, gini. Kak Bae mau nulis kisah gue dari titik nol, titik dimana semuanya bermula, gimana gue bisa masuk OSIS, cerita first love gue sama Kak Taehyung *anjay, dan kenapa gue bisa jadi Sekretaris.

Oh ya, mungkin diantara kalian yang bertanya-tanya tentang—Jaehyun, kenapa gue kadang kayak berharap sama dia, atau dianya yang kayak suka sama gue tapi demen banget ngomporin gue sama Mark.

Gue nggak bisa jelasin disini, karena setelah ini Kak Bae bakal nulis semua itu, seiring waktu kalian bakal paham.

Jadi, mari flashback ke dua tahun yang lalu, 2018. Masa awal mula semuanya bisa terjadi. Awal gue masuk OSIS, kenal seorang Kim Taehyung dan sempat tergila-gila sama dia.

Ah, hari ini tepat satu tahun event memperingati Hari pendidikan disekolah gue, yang adain OSIS. Tahun lalu gue berjuang sama dia loh, haha. Dia jadi ketua panitia, gue sekretarisnya. Kita—gue sama Kak Taehyung lumayan akur waktu itu, meski dia banyak diemnya tapi dianya rajin pake banget. Dulu gue inget dia selalu dateng kekelas gue buat nanya administrasi.

Kak Taehyung apa kabar?

Ah, tahun ini dia udah lulus. Nggak bisa liat dia lewat-lewat lagi didepan kelas atau sekret.

Taehyung....

Dia, orang pertama di OSIS yang buat kesan buruk sama gue. Gue benci sama dinginnya, cueknya, dan tingkat kepedeannya. Gue benci gimana dia nggak pernah gubris perkataan gue dengan baik. Gue benci pas lagi ngomong tapi dia seolah jijik buat natap gue. Gue benci gimana dia bisa akrab, ngomong bebas, ketawa lepas dan mendadak ramah waktu sama yang lain. Dan rasa benci itu membuat gue tertantang buat merubah dia supaya bisa akrab dan anggap gue ada.

Tapi, kayaknya Tuhan punya skenario lain, semesta membuat gue jatuh sama sosok dia yang susah ditebak itu. Dan lagi, gue benci pas sadar kalau gue suka sama punya orang. Dia udah punya pacar, dan yang bisa gue lakuin cuma memendam perasaan itu dalam diam, karena gue emang nggak niat buat milikin dia. Perasaan yang datang tanpa alasan, juga nggak butuh balasan, kan? Hari-hari gue lewatin dengan dihantui rasa itu buat dia.

Sampai suatu hari, manusia bernama Jung Jaehyun perlahan masuk di kehidupan gue. Dia—bukan menggantikan, tapi lama-lama gue rasa dia bisa nutupin luka bekas Kak Taehyung dengan baik—sampai gue benar-benar sembuh.

Jaehyun...

Dia, orang yang sama sekali nggak gue tau keberadaannya, yang sempat nggak gue peduliin apa dia hidup atau nggak. Seseorang yang pernah paling gue benci kehadirannya, gue kutuk keberadaannya, dan suaranya udah kayak malapetaka buat gue. Sampai suatu hari keadaan seolah berbalik, perlahan dia berhasil membuktikan, bahwa tanpa dia, ternyata gue nggak bisa apa-apa.

Sejujurnya gue benci sama perasaan ini sejak awal. Gue benci selalu khawatir pas mau rapat atau ada kegiatan terus dia nggak muncul tanpa alasan. Gue benci selalu berhasil ngakak pas dia ngelawak, senyum pas dia ketawa, dan ikut sedih kalau dia lagi kena masalah. Gue benci gimana gue bisa tenang cuma dengan ngeliat muka dia, gimana dia nggak pernah ngeluh dan bersikap sabar sepanjang waktu. Gue benci yang nggak tau kenapa lama-lama jadi kagum sama sosok dia yang berubah jadi lebih baik

Mungkin sebenci itu gue sama  keadaan yang nggak salah apa-apa, sampai semesta menjatuhkan hukumannya dengan mengubah rasa benci itu jadi suka.

Pantas nggak sih kalau gue bilang kalau gue suka sama dia? Apa gue nggak terlalu jahat buat dia yang selama ini begitu tulus sama gue? Gue juga bingung.

Buat kalian yang berkenan ikutin perjalanan gue dari Titik Nol nanti, semoga kalian bisa bantu nemuin titik terang dari perasaan gue ini.

Selamat jatuh, tertawa dan terluka...


KETOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang