Bab 13 : Recovery

13.8K 1.5K 25
                                    

Delta menutup toko rotinya di kantin kampus. Sekarang wanita itu sibuk mengurusi Alfa di Rumah Sakit. Menemani pria melakukan terapi, makan dan kadang ia pulang larut bersama Dafa hanya untuk menemani Alfa sampai pria itu tertidur.

Alfa sedikit-sedikit keadaannya mulai membaik. Meski pria itu tetap tidak mau tersenyum dan kadang hanya menurut saja apa yang di perintahkan Delta. Setidaknya ia sudah mau melakukan kegiatan lain, selain mengurung diri di ruang rawat.

Sayangnya pria itu belum mau menjenguk ayah dan ibunya yang berada di ruang ICU.

Delta mengelus rambut Alfa. "Kita mungkin nggak tau kapan mereka sadar. Tapi setidaknya kita tau mereka masih hidup. Aku tau kamu bukan pria lemah seperti ini, aku tau kamu marah, takut dan frustasi. Tapi kediaman mu ini nggak akan menyelesaikan masalah."

Delta meletakkan Dafa di pelukan Alfa. "Aku bertemu dengan adik mu pagi tadi." Delta tersenyum. "Aku bahkan sempat berpikir kalau kamu itu anak tunggal. Adikmu….mirip denganmu, terutama matanya. Dia anak yang benar-benar tampan dan baik. Dia udah nggak sekolah 3 bulan demi mengurusi perusahaan kamu. Ah…aku baru tau kalau perusahaan ayahmu itu perusahaan Media yang memiliki banyak saluran stasiun tv asing, kamu dulu cuma bilang kalau perusahan kamu adalah perusaan periklanan. Adikmu pasti sangat sibuk sekarang. Dia bilang padaku dia kesulitan mengelola perusahaan karena dia tidak tertarik di bidang ini."

"…."

"Dia juga sangat menyukai Dafa." Delta menunjukkan foto-foto mereka di ponselnya. "Bukankah wajah adik mu terlalu pucat, dia juga terlalu kurus. Dia sudah seperti ini sejak awal??."

Alfa menatap foto adiknya. Pria itu menyadari kalau adiknya itu memang lebih kurus dari sebelumnya.

"Nafta….

"Dia bilang, di kangen dan ingin melihatmu tersenyum lagi. Juga mengelus kepalanya dengan penuh sayang, juga memarahinya ketika dia melakukan kesalahan. Juga memeluknya ketika dia bersedih."

Delta membiarkan Alfa menatap foto adiknya. "Dia sekarang….juga sangat merindukanmu, sedih atas….kepergian orang yang dia sayangi dan marah atas peristiwa yang membuatnya kehilangan. Tapi dia tidak bisa terpuruk. Nafta takut kalau kau akan memarahinya karena tidak bisa bersikap dewasa. Ia juga takut dia akan kehilangan kalian juga."

Delta kembali mengelus kepala Alfa."Tidak kah kamu kasihan? Tidak kah kamu mau membantunya? Nafta sudah berusaha keras lepas dari depresinya, bisakah….setidaknya kamu meringankan beban yang di tanggungnya."

Alfa menitikkan air mata. Ia sadar, bukan hanya dia yang menderita kesedihan. Ia tau, adiknya itu bahkan tidak bisa menunjukkan kesedihannya di depan banyak orang, demi melindungi keluarganya.

"Aku.akan ke perusahaan besok."

"…."

"Aku…akan memperbaiki semuanya."

🌺🌺

Masih dengan kursi roda, Alfa keluar dari rumah Sakit dan langsung menuju perusahaan. Nafta baru saja rapat saat itu dan kehilangan salah satu investor asing yang memutuskan kerja sama dengan perusahaan media mereka.

Anak laki-laki 16 tahun itu, langsung menangis dan memeluk Alfa begitu melihat pria itu di dalam kantor Direktur utama.

"Ma'af karena kakak terlambat datang."

The Last Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang